Kuroko No Basuke
milik Tadatoshi Fujimaki sensei seorang
Pairing Akakuro, Shounen Ai
(Maaf kalau cerita sedikit tidak nyambung, )
ini fanfic fantasy saya yang pertama jadi mohon bantuannya
'...' pikiran karakter
"..." bicara biasa
"..." cara bicara seorang familiar atau makhluk fantasy
Malam yang kelam, begitu banyak reruntuhan dari gedung yang hancur karena perang yang begitu besar. Darah dan korban berceceran dimana-mana, sunyi, sepi, menyakitkan semuanya campur aduk menjadi satu. Masih terdengar bunyi tangisan dimana-mana, mereka yang menangisi keluarga, kekasih, teman, sahabat yang telah gugur dalam pertempuran itu dan mereka akan di kenang sebagai pahlawan. Pertempuran antar penyihir bangsawan yang memperebutkan kekuasaan di dunia ini. Tampak seorang wanita berjubah sedang menggendong seorang anak kecil yang tertidur di gendongannya dan ditutupi dengan jubah pula. Sang ibu tak ingin membuat anaknya takut dan sedih melihat pemandangan mengerikan yg terlihat di hadapannya jika anaknya terbangun nanti, karena itu dia segera pergi dari tempat itu dan menyingkir ke tempat yang jauh lebih aman dari pengawasan para tetua. Mereka segera pergi tanpa menunda-nunda waktu lagi.
Perjalanan yang sungguh panjang telah di tempuh oleh ibu dan anak itu. Mereka kini berada di sebuah desa kecil yang di kelilingi oleh sawah dan perbukitan. Tampak pemandangan yang sangat luar biasa indah. Sepanjang memandang terlihat warna hijau pepohonan yang tumbuh kelihatannya ini adalah tempat yang sangat aman serta nyaman. Semilir angin berhembus dan terasa begitu menyejukkan seakan angin tersebut membawa kebahagiaan tersendiri bagi mereka berdua.
.
.
.
Beberapa Tahun Kemudian
Sinar mentari pagi memasuki celah-celah jendela kamar seorang remaja yang masih bergelut di balik selimutnya seakan sinar mentari itu berusaha membangunkan remaja yang kini masih tertidur pulas. Dan sepertinya usaha sang mentari berhasil, kini remaja itu mengerang karena sinar mentari itu mengenai matanya. Tidak lama kelopak mata itu terbuka menampilkan iris yang begitu menawan dan sangat indah, warna biru laut yang jika kau menatapnya akan jatuh kedalam pesona mata itu. Sang remaja itu akhirnya bangun dan duduk sejenak di atas kasur lalu beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lima belas menit dia keluar dan segera memakai baju untuk turun kebawah. Dari tangga dia sudah mencium bau harum yang berasal dari dapur, sepertinya sarapan sudah siap dan tertata di meja makan.
" Ohayoo Tet-chan" sapa seorang wanita cantik dan anggun itu kepada seorang pemuda yang kini duduk dikursi meja makan.
" Ohayoo Okaa-san" Jawab si pemuda yang mempunyai nama lengkap KurokoTetsuya.
" Apakah tidurmu semalam nyenyak sayang?"
" Un, sepertinya begitu okaa-san buktinya aku tak mendengar alarm dari jam weker ku berbunyi." Jawabnya dengan wajah datar
Sang ibu yang di ketahui bernama Kuroko Tetsuna terkekeh mendengar penjelasan anak semata wayangnya. Mereka memulai sarapan dengan khidmat tanpa ada suara.
" Hari ini kau mau membantu okaa-san lagi tidak?" tanya sang ibu sambil mencuci piring bekas sarapan tadi
" Apa hari ini pasiennya banyak okaa-san?"
" Sepertinya,..karena kemarin okaa-san lihat banyak yang mengaduh sakit "
Ibu tetsuya adalah seorang tabib di desa sini desa Shirakawago, sejak kedatangan Tetsuna di desa ini, warga merasa tertolong atas bantuan yang di berikan Tetsuna. Dia bukan seorang dokter namun bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dan mampu meracik obat sendiri. Dan Tetsuya selalu membantunya untuk meracik obat sekaligus belajar dari ibunya Tetsuna untuk menyembuhkan orang.
Kalian menanyakan dimana ayah tetsuya? Saat kecil tetsuya pernah menanyakannya pada ibunya dan jawabannya adalah " Ayahmu telah pergi jauh tetsuya" karena tetsuya masih kecil sehingga tidak paham dengan maksud ibunya. Tetapi setelah tumbuh dewasa tetsuya tahu bahwa ayahnya sudah tiada.
" Nee..Tetsuya apakah kau akan selamanya tinggal bersama okaa-san di desa ini?"
Sejenak tetsuya berpikir, apa ia akan selamanya berada disini. Sebenarnya dia penasaran dengan dunia diluar sana seperti apa. Tetapi jika dia pergi, ibunya akan sendirian dan siapa yang akan membantunya.
" Sepertinya okaa-san, lagi pula aku tidak hafal dengan dunia diluar sana. Jadi…. Aku akan disini bersama okaa-san."
Kuroko Tetsuna diam, ia ingin menjelaskan sesuatu kepada anak semata wayangnya itu tetapi ia urungkan. Sejenak terseyum tipis lalu berjalan menghampiri anaknya serta mengelus surai biru lautnya yang mirip dengan surainya.
" Kau tahu Tetsuya…ibu tidak keberatan sama sekali jika kau ingin pergi ke kota. Lagi pula disini ada Fujiwara-san yang akan membantu ibu menangani pasien disini. Tetsuya tak perlu khawatir, kau masih muda dan kau harus mencari banyak pengalaman di luar sana. Okaa-san yakin tetsuya pasti bisa melaluinya, karena tetsuya adalah anak Kuroko Tetsuna dan Kuroko Kazuya"
.
.
Universitas Tokyo
Suasana tampak sepi di lorong universitas Tokyo ini. Benar saja karena jam pelajaran mahasiswa/i sedang berlangsung.
Tap tap tap
Tampak seorang pemuda berjalan sendirian di lorong itu. Auranya tampak mengintimidasi seluruh ruangan. Tatapannya begitu tajam, mata heterokrom nya tampak berkilat dan selalu awas. Akashi Seijuurou nama pemuda itu, dia adalah salah satu pemuda yang di juluki pangeran kampus atau lebih tepatnya dia adalah pimpinan dari kelompok itu. Ia lalu belok ke lorong yang lebih gelap dan menghilang dari sana.
Saat ini Akashi beserta teman-temannya berada di ruangan yang asal mulanya kosong sekarang mereka sulap menjadi sebuah markas. Orang biasa atau orang luar pun tidak akan bisa masuk mungkin lebih tepatnya orang tak akan ada yang mau masuk karena dari luar hanya tampak gudang tua yang terkunci dan tak berpenghuni. Mereka semua tampak berkumpul dan memasang wajah yang serius. Masing-masing sekarang duduk di kursi yang tersedia membentuk barisan yang berhadapan dan diujungnya tampak king chair dengan ukiran naga dimatanya terdapat batu ruby berwarna merah yang di huni oleh Akashi Seijuurou.
" Aku tak mengerti , dengan kelakuan para tetua itu nanodayo" Pemuda dengan surai hijau dan nama lengkap Midorima Shintaro salah satu pangeran kampus dan juga seorang sorcerer dengan kemampuan penyembuhan yang luar biasa
"Ck.. Dasar orang tua itu, sampai kapan mereka akan terus menyembunyikan kebenaran." Sahut seorang pemuda berkulit tan Aomine Daiki seorang sorcerer dengan kemampuan bertarung yang hebat.
" Mungkin mereka merasa terancam jika kebenaran yang sesungguhnya di ketahui oleh penyihir bangsawan itu-ssu" jawab pemuda bersurai kuning keemasan yang memiliki suara cempreng Kise Ryouta seorang sorcerer juga yang memiliki cara bertarung sama seperti Aomine Daiki namun kemampuan yang lain yaitu bisa mengembalikan sihir lawan kepada musuhnya.
"Nyam...Nyam.." ini suara kunyahan dari seorang sorcerer yang nggak banyak bicara muka terlihat selalu malas, tapi kesetiaannya tidak pernah diragukan lagi dan kekuatan penghancurnya begitu dasyat dialah Murasakibara Atsushi.
" Kita ikuti saja permainan mereka" jawab sang ketua dari kelompok itu Akashi Seijuurou dengan seringai yang terlukis di wajahnya yang tampan dan rupawan. Sorcerer yang sudah tidak diaragukan lagi kemampuan sihirnya di usianya yang baru menginjak dua puluh tahun itu. Ayahnya Akashi Masaomi seorang sage yang sangat dihormati dan berpengaruh.
Suasana kota dengan pedesaan memang sangat berbeda, kuroko tetsuya yang dari kecil di besarkan di pedesaan tentu saja merasa asing dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi di depan matanya saat ini. Kota Tokyo memang padat penduduk dan sangat ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang itu karena Kota Tokyo adalah Pusat pemerintahan Negara Sakura atau Jepang. Kuroko telah memutuskan untuk pergi ke kota karena ingin belajar, dia ingin menimbah ilmu lebih dalam lagi. Sang ibu pun tak keberatan bahkan ibunya Kuroko Tetsuna menyarankan agar dia pergi ke Kota Tokyo dan masuk Universitas disana, untuk masalah tempat tinggal itu tak masalah, tetsuna memiliki teman lama yang dengan senang hati akan menampung dan menjaga kuroko selama berada di Tokyo. Kuroko segera mencari seseorang yang katanya orang itu akan menjemput tetsuya anak teman lama ibunya. Dengan ciri-ciri yang diberitahukan ibunya kuroko menghampiri seseorang yang berdiri sambil bersandar di dinding dekat pintu keluar stasiun dengan membaca novel.
" Anoo…" sapa kuroko, namun karena hawa keberadaannya yang tipis si empu yang di sapa tidak menyahut atau mungkin tidak menyadarinya.
" Anoo…sumimasen" sapa kuroko lagi meninggikan suaranya
Pemuda yang dimaksud terkejut saat melihat kuroko tiba-tiba berada didepannya. Seingatnya tadi tak ada tanda-tanda ada orang yang mendekat ke arahnya, apa dia keasyikan membaca sampai tak menyadari ada seseorang yang menyapa dan berada di depannya tak mau ambil pusing pemuda itu langsung memasukkan novelnya.
" Ah, maafkan aku. Sejak kapan kau-"
"Cukup Lama" potong Kuroko, yang membuat pemuda di depannya sedikit melebarkan matanya.
" Mayuzumi Chihiro"
" Kuroko Tetsuya desu"
Mereka berdua berjabat tangan sebagai salam perkenalan meski mereka sudah tahu nama masing-masing karena ibu mereka sudah menceritakannya. Tapi tidak pas rasanya kalau tidak berkenalan sendiri. Selama perjalanan ke rumah keluarga Mayuzumi mereka berdua jarang mengobrol , sesekali mengobrol hanya menyakan keluarga masing-masing dan maslah tempat tinggal setelah itu hening tak ada pembicaraan. Rumah lantai dua dengan gerbang warna hitam mulai terlihat, mayuzumi membuka gerbang untuk masuk lalu di ikuti oleh kuroko.
" Tadaima"
" Okaeri" Sahut seorang wanita yang keluar dari dalam, wanita cantik berambut kelabu sebahu menyambut kedatangan mereka berdua.
" Kuroko Tetsuya desu. Yoroshiku onegai shimasu" sapa kuroko dengan sopan dan membungkukkan sedikit badannya.
Mayuzumi Hikari ibu Chihiro sejenak memandang tetsuya dengan tatapan yang tak bisa dibaca. Chihiro sendiri ( mulai dari sini kita panggil mereka nama kecil saja biar saya tidak bingung -_-) bingung dengan sikap ibunya yang tidak biasa, beliau hanya diam memandangi tetsuya dengan tatapan yang sedikit terkejut, senang, terharu dan entahlah itu yang chihiro lihat. Tiba-tiba Hikari melangkah maju dan langsung memeluk Tetsuya dengan erat. Pertama Tetsuya jelas kaget dan tak tahu apa yang terjadi dengan wanita didepannya ini yang tiba-tiba memeluknya dengan isak tangis ? itu yang dipikirkannya.
" Yokatta…kau tumbuh dengan sehat" kata Mayuzumi Hikari. "kuroko-kun apa kau lelah dengan perjalananmu? Sebaiknya kau membersihkan diri dulu aku sudah menyiapkan kamarmu dan kita akan makan malam bersama."
" Hai , Arigatou Gozaimasu"
" Iee, Daijobu desu. Kau tidak perlu seformal itu dengan kami. Aku dan ibu mu adalah teman lama kami sangat dekat jadi anggaplah rumah ini sebagai rumahmu juga."
Kuroko terseyum tipis, dia senang setidaknya di kota yang besar ini dia tidak sendirian, karena baginya kota ini masing terasa asing.
" Nee… kuroko-kun apa ibumu disana baik-baik saja?" tanya Mayuzumi Hikari. Saat ini mereka bertiga makan di ruang makan dengan tenang sesekali ngobrol agar suasana tidak canggung.
"Okaa-san baik-baik saja bibi" jawab tetsuya dengan muka datar khas andalannya.
" Souka.." jeda sejenak " Apa ibumu tidak mengatakan apapun sewaktu kau pergi ke kota?"
" Maksud bibi?" Tanya Tetsuya bingung
" Ah, Lupakan! Oh iya kau akan mendaftar di universitas yang sama dengan dengan chihiro-chan jadi kau besok bisa mulai mendaftar disana."
" Okaa-san, berhenti memanggilku dengan embel-embel 'chan'." Protes chihiro
" Mou… chihiro-chan selalu begitu, kau tahu tetsuya meski tampak luar chihiro-chan kelihatan cuek tapi dia baik, sayang dia jarang senyum." Setelah berbicara seperti itu hikari memandang tetsuya lalu chihiro dan tiba-tiba menahan tawa. " nee, nee, kalian tahu ternyata kalian itu mirip. Ha ha ha" sambung hikari setelah melihat kedataran wajah tetsuya dan chihiro yang sama-sama jarang mengekspresikan emosinya.
Dan tetsuya serta chihiro saling memandang, apa yang perlu di tertawakan? Batin mereka, melihat mayuzumi hikari menahan tawa sampai mengeluarkan air mata di sudut matanya.
Rembulan malam ini bersinar dengan sangat indah, cahayanya seakan mampu menerangi kegelapan yang ada di bumi. Cahaya nya memasuki celah jendela kamar sang pemuda baby blue seakan bulan itu menyambutnya dan ingin mengajaknya berbicara. Tetsuya berdiri di depan jendela menatap langit-langit malam yang begitu indah dengan anak-anak bintang yang saling unjuk kebolehan dengan memancarkan cahaya mereka, seakan berlomba cahaya siapa yang lebih terang. Mencoba membuka jendelanya dan seluruh tubuhnya bermandikan cahaya bulan sekarang, tiba-tiba semilir angin berhembus yang membuat pemuda itu heran, angin malam ini tidak dingin padahal jam menunjukkan tengah malam rasanya hangat dan tidak merasa asing. Cahaya bulan yang membentuk garis didepannya memperlihatkan serpihan-serpihan cahaya kecil yang lama-kelamaan membentuk siluet seseorang, dan semakin jelas sosok itu terlihat. Tetsuya tercengang tak bisa berkata apa-apa, terkejut tentu saja. hal ini tak pernah tetsuya alami sebelumnya apalagi fenomena yang terjadi depan matanya saat ini, terbukti dengan berdirinya seorang wanita anggun nan cantik dengan balutan gaun putih berlengan menjuntai ke lantai, kulit putih, rambut biru muda yang hampir mirip dengannya namun yang dimiliki wanita ini lebih muda lagi bergelombang sepaha, mahkota yang indah yang berada diatas kepala wanita tersebut memberi kesan semakin cantik. Dengan tatapan lembut wanita itu tersenyum kearah Tetsuya.
" Si-siapa kau?"
" Nama saya Mizuki Tetsuya-sama"
" Tetsuya-sama? Bagaimana kau mengenalku?" tanya tetsuya kaget serta heran
" Saya adalah Ratu bulan yang telah bertahun-tahun telah mengabdi dan melindungi keluarga anda Tetsuya-sama." Jelasnya
" Apa maksud dari ucapanmu itu? aku sungguh tidak tahu yang kau bicarakan mizuki-san."
Mizuki sang Ratu Bulan tersenyum "Saya kemari untuk menyambut Anda kembali Tetsuya-sama dan sepertinya Lady Tetsuna belum memberitahukannya kepada anda."
"K-Kau mengenal okaa-san?" tetsuya semakin bingung,
"Benar. Saya mengenal ibu anda Lady Tetsuna. Baiklah,, saya akan memberitahukan sedikit kebenaran kepada anda, ibu anda Lady Tetsuna adalah seorang Ratu dari Kerajaan Teikoku dimana tepatnya dua puluh tahun yang lalu lady Tetsuna dan Raja Kazuya masih memimpin kerajaan dengan makmur. Namun dua tahun setelah itu ada peperangan antar penyihir bangsawan yang memperebutkan posisi sebagai Raja dari Kerajaan Teikoku karena selama dipimpin oleh Yang Mulia Kazuya perkembangan kerajaan semakin pesat dan rakyatnya hidup damai namun hal itu membuat bangsawan lain iri dan ingin merebut tahta di kerajaan Teikoku. Peperangan berlanjut selama satu bulan, banyak korban berjatuhan yang tak dapat terhindarkan. Mereka yang menyerang ingin sekali menghabisi seluruh keluarga kerajaan sampai tak bersisa tetapi ibu anda Lady Tetsuna berhasil melarikan diri dan membawa Anda dari kekacauan yang melanda ke tempat yang lebih aman dan jauh dari pengawasan para tetua disini." Kata Ratu Bulan Mizuki menutup ceritanya
Tetsuya yang sedari tadi fokus mendengarkan cerita dari Sang Ratu Mizuki tanpa sadar meneteskan air mata dengan raut muka terkejut dan tak percaya. Apakah ini mimpi ? jika ini mimpi dia ingin segera bangun dan menghapus semua ingatan yang dia dengar dari wanita cantik didepannya. Dia memegang dada sebelah kiri dan meremas piyama yang menyelimuti tubuhnya, merasa sesak, rindu, marah, sedih dan semua itu bercampur aduk jadi satu. Air mata terus mengalir, meski dia tidak ingat apapun tetapi perasaan ini sungguh membuatnya rindu, rindu akan kehangatan keluarganya. Keluarga? Tunggu tapi Tetsuya tidak ingat apapun tentang Ayahnya yang seorang raja itu.
"Mizuki-san..." panggil tetsuya sambil menundukkan kepala dan tangannya tetap meremas dada sebelah kiri. "Kau pasti tahu, kenapa aku tidak bisa ingat wajah Otou-san dan bagaimana keadaan Otou-san ?" tanya Tetsuya yang dengan pasti tahu jawaban yang akan diberikan oleh Mizuki.
" Soal Yang Mulia Kazuya, maafkan saya Tetsuya-sama..." tetsuya tersenyum miris mendengar jawaban darinya, dia tidak bodoh dan tahu akan keadaan ayahnya, ibunya kan sudah pernah bilang dulu. "Tetapi... beliau menyampaikan pesan terakhirnya sebelum pergi bahwa dia bangga memiliki seorang putra seperti Anda. Beliau yakin bahwa suatu hari nanti Anda bisa membawa kedamaian kembali di Kerajaan Teikoku. Beliau juga berpesan jika Anda tidak boleh bersedih karena Ayah anda selalu mengawasi dan tetap melindungi anda serta Lady Tetsuna. Untuk Soal ingatan Anda.., maafkan saya Tetsuya-sama saya tidak diperbolehkan mengatakan semuanya tetapi anda bisa menanyakannya langsung kepada ibu anda." Lanjut Mizuki sambil menutup kisahnya.
Hening menyelimuti mereka berdua, tak ada kata-kata lagi yang terlontar dari mulut kedua belah pihak. Tetsuya masih mencerna semua kenyataan yang barusan terdengar, sedangkan mizuki sendiri masih setia menatap Tetsuya dengan tatapan lembutnya.
"Ah"
"Ada apa Tetsuya-sama?"
" Jika menurut ceritamu tadi bahwa dulu terjadi perang antar penyihir bangsawan,,berarti keluargaku..."
"Benar sekali. Keluarga anda adalah penyihir lebih tepatnya sagedengan yang kemampuannya melebihi penyihir lainnya jadi, anda sendiri adalah seorang penyihir juga." Jelasnya
.
.
Hari senin, dimana itu adalah awal untuk melakukan rutinitas sehari-hari setelah libur sehari dan biasanya orang-orang akan malas untuk bangun dan pergi ke kantor atau ke sekolah bagi pelajar. Apalagi jika cuaca mendung dan tidak bersahabat seperti sekarang ini, Tetsuya dan Chihiro berjalan beriringan untuk menuju ke ruang administrasi mengurus soal pendaftaran tetsuya di Universitas Tokyo ini. Mereka melewati lorong yang masih sepi, jelas saja mereka datang lebih awal. Setelah semua persyaratan pendaftaran beres dan Tetsuya bisa mulai studynya hari ini juga dengan mengambil jurusan sastra sama seperti Chihiro tetapi beda angkatan.
" Apa yang sedang kaupikirkan?" tanya Chihiro
"Tidak ada apa-apa mayuzumi-kun" balasnya datar
Chihiro hanya mengedikkan bahu, tak mau mencampuri urusan pemuda disampingnya tapi ia tahu bahwa ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh pemuda manis baby blue ini.
" Jika ada sesuatu yang menganggumu kau bisa menceritakannya padaku"
Tetsuya terkekeh mendengarnya, "ternyata benar kata mayuzumi-san, mayuzumi-kun memang orang yang baik tapi tak bisa mengekspresikannya".
" Diam lah" jawab mayuzumi sambil memalingkan wajahnya, samar-samar terlihat ada rona merah di pipinya
" Chihiro"
"Eh?"
" Panggil aku chihiro saja, tak masalah bagiku. Rasanya aneh jika kau memanggil okaa-san dan diriku dengan nama keluarga yang sama."
" Wakatta, Chihiro-kun. Kalau begitu panggil aku Tetsuya juga, mulai hari ini mohon bantuannya."
Setelah mengikuti pelajaran dihari pertama masuk Tetsuya merasa sedikit lelah, karena belum berkenalan dan belum mempunyai teman dia memutuskan untuk mengambil ligh novel yang dibawanya ke dalam tas dan melanjutka membaca dengan khidmat. Suasana itu berakhir saat terdengar suara cempreng yang sangat berisik dan menganggu konsentrasinya membaca. Dilihatnya di sebelah kanan sumber suara itu muncul, pertama tetsuya sedikit terkejut dan heran disana ada sekumpulan manusia yang berwarna-warni bagai Teletubies yang ada di acara tv Negara Timur. Sungguh warna yang menyilaukan si pemuda pirang mirip boneka teletubies yang kuning bersifat ceria, pemuda ungu mirip boneka yang ungu, sedangkan yang pemuda navy hitam manis dan pemuda bersurai hijau mirip dengan boneka teletubies yang berwarna hijau tetapi kulitnya hitam manis persis dengan pemuda navy itu. Sejenak Tetsuya menahn tawa tetapi rasanya ada yang ganjil kuning, biru, hijau, ungu… merahnya dimana? Batin tetsuya. Mungkin warna itu tidak ada , andaikata ada mungkin Tetsuya akan mengabadikannya jika warna itu terkumpul. Oh tetsuya andai kau tahu warna merah itu milik seorang Akashi yang saat ini berada di gedung ekonomi, dan seseorang yang mungkin akan merubah nasibmu nak.
.
.
.
Uknown Place
"Perasaan apa ini?"
"Maksudmu?"
"Aku merasakannya ini seperti dulu. seakan-akan dia…..dia.., tidak, ini tidak mungkin!" serunya membulatkan mata karena terkejut, mata itu berkilat tajam penuh kebencian.
"Apa yang terjadi denganmu?"
" Tidak mungkin."
" Ada Apa sih?"
" Aku merasakan firasat buruk, . Aku merasakan sihir dari," jeda sejenak lalu ia melanjutkan kata-katanya yang menggantung."Kuroko Kazuya"
Rekannya pun tercengang setelah mendengar perkataan sosok didepannya yang kemungkinan besar adalah pemimpinnya. Sangat tidak bisa dipercaya, dia tahu bahwa dua puluh tahun yang lalu Yang Mulia Raja Kuroko Kazuya telah gugur di medan perang karena menggunakan sihirnya dengan skala besar untuk melindungi seluruh rakyatnya untuk menghindari ledakan dasyat yang terjadi akibat pertarungan antar familiar mereka.
"Ck. Sial!"
"Kenapa tiba-tiba? menghadapi Akashi saja kita butuh persiapan apalagi di tambah kehadiran sosok kuroko ini. Apa kau yakin kalau ini sihir dari mereka?"
" Tidak salah lagi, kehadiran sihirnya sama seperti beberapa tahun yang lalu, tetapi…..ada yang aneh, sihirnya masih terasa lemah dan sepertinya terlindungi. Kita harus bergerak cepat, sebelum sihirnya terasa semakin kuat . Dasar para tua bangka, mereka menyembunyikannya selama ini. Imayoshi cepat kau selidiki siapa dia!" perintah nya
" Baik Tuan" sahutnya lalu menghilang bagai angin dengan sihirnya.
.
.
Kantin di kampus Tokyo ini tak pernah sepi, selalu penuh dengan para mahasiswa/i yang bersantai entah itu untuk makan, nongkrong, atau menyalakan laptop memanfaat wifi gratis. Tak terkecuali pemuda baby blue yang saat duduk di bangku dekat jendela karena kantin disini terletak di dalam ruangan yang begitu luas seperti ballroom, didepannya berdiri segelas vanilla milkshake dingin yang tampak isinya sudah setengah. Sambil tak lupa light novelnya yang sedang dibacanya saat ini mengabaikan seseorang didepannya. Merasa risih karena dari tadi dilihatin terus akhirnya tetsuya angkat bicara.
"Hentikan itu Chihiro-kun!" protesnya
"Kenapa memang?"
"Dari tadi kau melihatku terus, aku jadi tidak bisa konsentrasi membaca novelku padahal lagi klimaks-klimaksnya." Gerutunya
"…"
"Kenapa malah diam saja?"
"Tetsuya"
"Ha'i "
"Kau tahu…?"
"Tahu apa Chihiro-kun?"
"Aku…"
" Ya?"
"Aku…." dengan tatapan datar miliknya, chihiro semakin membuat tetsuya penasaran, "Aku…,ingin menciummu" lanjutnya
Tetsuya melongo dengan tidak manisnya
" Chihiro-kun, sepertinya kepalamu tadi kena lemparan baki dari ibu-ibu tetangga. Perlu ke UKS?' katanya datar
"Pffftttt…hahaha, lihat lah mukamu itu tetsuya, lucu sekali "
" Tidak lucu" gerutu tetsuya sambil memanyunkan bibirnya, malah membuat semakin manis.
" Gomen, gomen , salah sendiri serius amat bacanya. Mengacuhkanku saat ngobrol denganmu"
" Tidak biasanya kau tak membaca novel, apa hobimu ganti Chihiro-kun?"
" Ah, itu.. Novelku sudah selesai aku baca semua mau beli seri berikutnya tapi belum keluar."
"Uhm.." karena hobi juga mereka bisa sedekat ini sekarang, biasanya chihiro tak banyak omong namun saat bersama tetsuya sifat itu langsung hilang. Hampir setiap saat mereka selalu terlihat bersama seperti kakak adik dari luar mereka terlihat mirip sama-sama mempunyai wajah datar,minim ekspresi, tak banyak omong namun bedanya tetsuya memiliki hawa keberadaan yang tipis.
Tak jauh dari tempat mereka duduk ada sepsang mata dwiwarna yang setia mengawasi gerak-gerik mereka. Akashi seijuurou saat ini fokus melihat pemuda bersurai kelabu dan baby blue . Namun mata itu tertarik melihat pemuda bersurai teal yang manis didepannya, selama kuliah disini dia belum pernah bertemu dengan pemuda itu walau universitas ini besar namun Akashi hafal dengan wajah-wajah para mahasiswa/i disini, otak jeniusnya diatas rata-rata dan daya ingatnya tidak pernah diragukan lagi alias sangat luar biasa. Ada rasa tertarik untuk lebih mengenal pemuda manis baby blue itu, namun disisi lain dia kurang suka saat melihat keakraban pemuda surai baby blue dengan pemuda bersurai kelabu itu. Dan sepertinya teman-teman (budaknya) merasa aneh karena pemimipin mereka terus melamun dan pandangan mata terus menatap sesuatu di sebelah kirinya. Karena penasaran mereka mengikuti arah pandang sang surai merah semua diam tak ada yang berani mengintruksi sang ketua takut nanti di lempar dengan benda keramat miliknya.
" Akashi "panggil midorima dengan menaikkan kacatamanya yang tak seincipun melorot menghilangkan rasa takutnya. "Apa yang kau lihat nanodayo?"
Si empu yang dipanggil namanya menoleh sejenak, lalu kembali memandang pemuda manis itu "Apa dia anak baru disini?" bukan sebuah jawaban yang diberikan melainkan pertanyaan
" Kalau yang kau maksud pemuda biru itu, sepertinya begitu. Aku tak pernah melihatnya." Jawab Midorima
"Are…bukannya itu teman sekelas kita-ssu?" sahut kise
" Heh?! Kau yakin Kise? Aku tak pernah melihat dia dikelas kita?"
" Aku yakin Aominecchi. Dia salah satu teman sekelas kita, Midorimacchi tidak ingat waktu kelas kita digabung karena dosenku absen, dia duduk di pojok waktu itu aku mau berkenalan dan menghampirinya tapi tiba-tiba dia hilang seperti hantu-ssu." Jelas kise panjang lebar
" Ryouta, apa kau tahu siapa dia?"
"Eh? Aku tidak tahu-ssu"
Kurang puas dengan jawaban anak buahnya Akashi mendecak kesal. Ah, dia mempunyai ide untuk bisa mengetahui sosok baby blue itu. Tiba-tiba dia berdiri mengabaikan kebingungan anak buahnya. Menghampiri pemuda baby itu yang sepertinya beranjak dari tempat duduknya dan…
"Ah"
Terjadilah penabrakan yang disengaja. Tentunya .
"Sumimasen, saya tidak sengaja hontou ni sumimasen" kata tetsuya menyesal. Ketika kedua mata azure dan heterokom saling pandang, Akashi seolah tersihir oleh kedua mata biru langit itu, seakan dia memasuki lautan yang dalam nan indah itu dan membuat dirinya terpana beberapa saat.
"Anoo.."
Akashi kembali ke dunia nyata, sungguh karya Tuhan yang begitu cantik. Uniknya lagi dia meminta maaf dengan wajah datarnya, tetapi Akashi tidak marah dia bisa melihat dari sorot mata pemuda baby blue didepannya yang menunjunkkan penyesalan disana.
" Tidak apa-apa" jawab Akashi tenang dengan tersenyum tipis, yang membuat para teman (budaknya) dari jauh merinding. "Aku juga minta maaf karena tak melihatmu". Dua kali merinding disko itulah yang dirasakan teman-teman (budaknya) karena mereka mendengar seorang 'Akashi' meminta maaf.
" Tapi, baju anda terkena minumanku"
"Tenang saja di lap sedikit nanti juga hilang"
" Kalau begitu ini, pakailah sapu tangan milkku"
"Ah, terimakasih…..."
" Kuroko Tetsuya desu"
Akashi terbelalak menunjukkan keterkejutannya, setelah mendengar nama pemuda didepannya. Awalnya dia tidak percaya namun sihirnya merasa tertarik dengan Kuroko Tetsuya. Lalu sebuah seringai muncul di wajahnya.
" Akashi Seijuurou" sahut Akashi memperkenalkan dirinya
Mayuzumi yang sejak tadi jadi obat nyamuk, merasa sedikit tidak suka melihat cara Akashi memandang Tetsuya. Dia tahu tentang Akashi maka dari itu dia selalu melihat gerak gerik pemuda itu dan segera membawa tetsuya pergi dari situ.
"Sebaiknya kita segera pergi Tetsuya" ajak Mayuzumi sambil menarik pergelangan tangannya, sekilas Tetsuya menoleh kearah Akashi untuk bermpamitan.
Seringai tetap terlukis di wajah tampan sang tuan Absolute itu meski kedua sosok tadi sudah pergi.
* continue*
Gomen, gomen kalau ceritanya nggak ada humornya, ini masih permulaan bagi saya. semoga bisa lanjut
senpai tachi mohon bantuannya...^_^
