Midnight Fantasy
by Kai Amakusa
Naruto © Masashi Kishimoto
Romance | Hurt | Friendship | Typos
Sasuke | Sakura
Don't Like, Don't Read
.
When I know you, you dont know me. You dont look at me, but I always look at you. Even I closed my eyes, I can see you. I can see your face and your smile. Where ever I go, your face haunted me. –US-
When the night came, the sky become dark. I'll never feel so lonely, because you're still here with me. –HS-
Ada pertemuan, ada perpisahan. Kehidupan tak lepas dari kematian. –HH-
.
"Ino-chan, lihatlah, aku punya sesuatu untukmu," seru seorang gadis berambut coklat model cepol dengan girang. Gadis bermata sapphire yang merasa namanya terpanggil segera mengalihkan pandangannya pada Tenten, sahabatnya. "Kemarin aku membeli gelang di sebuah toko kemarin. Karena lucu dan unik, aku sengaja membelinya untuk tanda persahabatan kita, Ino-chan. Bagaimana menurutmu?" lanjut Tenten yang masih semangat.
"Ini cantik sekali, Tenten-chan. Aku sangat menyukainya. Arigatoo ne," balas gadis Yamanaka itu, wajah cantiknya terlihat sangat senang menerima hadiah dari sahabat dari kecilnya itu. Dengan segera, dia memakai gelang berwarna kuning yang senada dengan rambutnya itu ke pergelangan tangannya dan tersenyum sumringah seraya menatap gadis yang ada di depannya itu.
Kami-sama, kenapa pemandangan di depanku begitu menyesakan? Mereka terlihat sangat bahagia dan saling melengkapi, aku iri. Mereka terlihat sangat akrab dan dekat, aku ingin seperti mereka, mempunyai seorang sahabat. Selama aku sekolah di sini, aku tak pernah mempunyai sahabat maupun teman. Apa aku tak pantas dijadikan seorang teman ataupun sahabat?
Aku ingin sekali ada seseorang yang mau berbagai cerita denganku, saling mendukung, teman saat duka maupun suka. Ku hela nafasku panjang dan menghembuskannya kasar, masa sekolah yang harus ku jalani tanpa seorang teman. Hahaha kasian sekali hidupmu, Sakura. Ku langkahkan kaki ku dari gerbang Konoha High School menuju halte yang hanya berjarak 15 meter dari gerbang sekolah.
BRUAKK! Suara benturan keras mengejutkanku, dengan cepat aku menoleh ke sumber suara itu. Orang – orang di sekitar ku mulai mengerumuni sumber suara yang terletak di pinggir jalan. Karena penasaran, aku mulai mendekati kerumunan itu. Ku tutup mulutku terkejut, seketika hawa dingin menyelimutiku saat aku melihat seorang pemuda yang mungkin lebih muda dariku teegeletak tak berdaya di pinggir jalan. Darah segar berbau anyir mengalir dari kepalanya, tubuhnya sudah tak bergerak, mungkinkah dia sudah tak bernyawa?
Samar aku melihat sesuatu di samping pemuda itu, dan hawa dingin yang kurasakan semakin menguat. Entah itu apa, tapi itu mampu membuat bulu kudukku berdiri. Sebaiknya aku segera pergi sebelum pikiran negatif meracuni otakku. Ku langkahkan kaki ku secepat mungkin meninggalkan tempat kecelakaan tadi. Tiba – tiba ada rasa kasihan saat aku mengingat wajah pemuda tadi, dia masih mempunyai kesempatan hidup yang lama, tapi kenapa harus berakhir seperti itu? Wajahnya terlihat menderita, semoga dia tenang di dunia barunya.
Brukk! Aku menabrak seseorang dan menyebabkan ku jatuh terduduk di tanah. "Maafkan aku," katanya yang kemudian mengulurkan tangannya guna membantuku berdiri. Tangannya dingin dan pucat. "Kau tak apa?" tanyanya. Seorang gadis, yang mungkin sebaya denganku, tersenyum tipis menatapku. Gadis berambut lavender dan panjang itu tampak aneh menurutku, aneh karena penampilannya yang berbeda dengan orang lain. Dia tampak memakai dress panjang berwarna hitam yang tampak kontras dengan kulit pucatnya.
"Aku tak apa," jawabku setelah mata indigo nya menatap ku heran.
"Hn, apa ada kecelakaan di sekitar sini?" tanyanya kemudian.
"Iya, beberapa menit yang lalu di depan KHS. Ada apa?" tanyaku balik penasaran.
"Apa? Jadi dia sudah mati? Baka!" serunya seraya memukul kepalanya. "Sekali lagi, aku minta maaf. Arigatoo," sedetik kemudian dia berlari menuju tempat kecelakaan tadi dengan terburu – buru.
"Jadi dia sudah mati?" ku ulangi lagi pernyataannya tadi, sangat aneh. Apa dia saudara atau teman pemuda tadi? Atau jangan – jangan dia yang menabrak pemuda itu? Dan yang membuatku penasaran adalah penampilannya dan tubuhnya yang dingin dan pucat. "Ah sudahlah, itu bukan urusanku, lebih baik aku segera pulang," ku percepat langkahku menuju kediamanku yang letaknya tak jauh dariku.
-Midnight Fantasy-
"Nii-chan..."
"Hn"
"Lihatlah aku," pintaku manja pada pemuda berambut merah yang duduk di depanku. Pemuda itu kemudian menatapku yang tersenyum senang, "Apa kau akan pergi malam ini?"
"Tentu saja, Saku-chan. Ada apa?" tanya Sasori-nii lembut.
"Hn, jangan bilang kalau kau takut di rumah sendiri, jidat," sebuah jitakan mendarat mulus di kepalaku.
"Kau menyebalkan," sungutku kesal dan memberi death glare andalanku pada pemuda berambut merah bertatto 'Ai' yang menjadi pelaku penjitakan. "Nii-chan, lihatlah dia," adu ku pada Sasori-nii, Gaara menyeringai padaku saat tak ada reaksi dari sulung Sabaku. Menyebalkan!
"Kita berangkat sekarang," Sasori-nii beranjak dari tempat duduknya dan mendekatiku. "Jangan tidur larut malam dan berhati – hatilah," pesan Sasori-nii kemudian mencium keningku.
"Hn, bye, jidat" Gaara mengacak rambutku dan kemudian mengikuti Sasori-nii yang sudah pergi duluan. Mereka keterlaluan, dengan seenaknya meninggalkan ku di rumah sebesar ini, rumah yang baru kami tempati sebulan ini.
Sebelum di sini, kami tinggal di Suna, sebuah kota yang jauh dari Konoha, kota yang kami tinggali sekarang. Kedua kakakku itu selalu pergi saat matahari tenggelam, dan pulang saat matahari menampakan sinarnya. Mereka sangat sibuk dan aku selalu mendapat imbasnya, sarapan sendiri di meja panjang ini dan tidur sendirian saat malam. Menyebalkan!
-Midnight Fantasy-
TIC!TOC! TIC!TOC! TIC!TOC! TIC!TOC! TIC!TOC! TIC!TOC! Jam berdentang 12 kali, berarti saat ini jam 12 malam atau lebih tepatnya tengah malam. Sudah 3 jam aku belum bisa menutup mataku untuk berlayar ke alam mimpi. Pikiranku masih penuh dengan kejadian hari ini, aku masih penasaran dengan gadis misterius itu. Apa aku bisa bertemu dengannya lagi besok? Lalu, jika aku bertemu dengannya, apa yang harus ku lakukan?
"Berpikir membuatku lapar, lebih baik aku mengambil makanan di dapur," putusku lalu beranjak dari tempat tidurku dan berjalan keluar kamar menuju dapur yang terletak di lantai bawah. Rumah besar ini tampak sepi dan gelap, mengerikan. Ku percepat langkahku saat menuruni tangga, karena kurang hati – hati, kaki ku beradu dan menyebabkanku jatuh ke lantai dasar. "Ittai," ku pegang kakiku, sepertinya terkilir. Aku jadi menyesal bangun dari tempat tidurku yang nyaman.
Tiba – tiba angin semilir menghampiriku yang terduduk di tangga terakhir, angin semilir yang dingin dan menyeramkan. Bulu kudukku berdiri saat angin itu kembali datang dengan membawa sebuah aroma.
"Kau tak apa?" sebuah suara bariton mengejutkanku, aku segera mengedarkan pandangan ke sekitarku. Hanya suara yang ku tangkap, tak ada sesuatu yang menunjukan sumber suara itu. Aku mencoba berdiri, tapi kakiku benar – benar sakit untu di gerakan. "Jangan takut," suara misterius itu kembali terdengar.
"Kau siapa?" tanyaku takut saat aku melihat sesosok pemuda berjas hitam rapi mendekatiku, sosok itu semakin dekat. Aku terpaku di tempat, tampak wajah seorang pemuda yang bisa dibilang tampan, ah tidak, sangat tampan walau sangat pucat, mata onyx yang terlihat redup, rambut raven yang mencuat ke belakang layaknya pantat ayam, tubuh tegapnya yang menambah plus dalam penilaianku. "A-apa kau h-hantu?" tanyaku asal yang ku harap jawaban yang keluar dari mulutnya adalah –
"Hn, iya"
-tidak.
_TBC_
Fanfic gaje kembali keluar dari sangkarnya (?)
Bingung dengan genre nya –a
Ini termasuk spiritual atau supernatural atau horror? Help me, dattebayo (='o'=)b
Thanks for read my fanfic :3
Bagaimana, reader? Keep or Delete? Kalian yang menentukan :D
Review please :3
