A NARUTO FICT
BY MARI-CHAN
I'M HERE WITH YOU
Semacam prequel dari Only You. Karena aku yakin, banyak yang penasaran *peDe* Sakura sakit apa sih, dan kenapa hubungannya dengan Sasuke harus di rahasiakan? Disinilah jawabannya XD
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Pairing: SasuSaku always
Genre: romance dan terserah reader(?)
Warning: AU, OOC (maybe), typos kalau ada *sombong*, cerita sesuai mood author(?)
DON'T LIKE DON'T READ
"Oh iya, kalau sudah lulus SMA, kau mau mengambil jurusan apa saat kuliah nanti, Sasuke-kun?" tanyaku pada pemuda tampan yang saat ini duduk di depanku saat kulihat dia hanya membolak-balikkan buku yang ada di tangannya tanpa berniat membacanya.
"Hn, aku ingin jadi pengacara," jawabnya dengan nada datar seperti biasanya. aku mengangguk pelan dan tersenyum saat mendengar jawabannya. Dia—Uchiha Sasuke—sahabatku, bisa dikatakan musuh juga sih, memang sudah sangat merencanakan masa depannya. Aku jadi merasa, dia semakin jauh kalau sudah berbicara mengenai masa depan. Kira-kira, masa depanku nanti bagaimana yah?
"Hn? Kenapa?"
"Eh, tidak apa-apa, ayo belajar lagi! Kau harus lulus ujian dengan nilai tinggi kalau mau jadi pengacara. Ganbatte, Sasuke-kun!" teriakku. aku merebut buku yang dari tadi ia mainkan hingga membuatnya menatap malas ke arahku.
"Hn, aku tidak perlu belajar, jangan remehkan otak jenius milik Uchiha. Memangnya kau, bodoh!"
Aku mendelik saat mendengar nada bicaranya yang kelewat percaya diri itu. Huh, aku 'kan Cuma menasehati, supaya dia tidak menyesal. Dasar ayam sombong. menyebalkan.
"Kenapa menatapku seperti itu? Yah, yah, aku memang tampan, kalau kau memandangku terus seperti itu, kau akan terpesona loh."
Eh, apa katanya? Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sampai akhirnya menyadari sesuatu, Memangnya aku dari tadi menatapnya? Arrghhh, Sakura… bodoh!
"Sasuke-kun no baka!" kataku sambil melemparkan buku yang barusaja ada di tanganku, dan dia dengan refleks yang sangat bagus segera menangkapnya dan berbalik menatap tajam ke arahku.
"Hei-" dan tanpa memberi kesempatan padanya untuk protes, aku kembali melemparinya dengan daun-daun hijau yang aku gulung-gulung(?) sehingga mirip bola.
Puk
"Hei, jangan melempar daun sembarangan," protesnya. Namun, aku sama sekali tidak mau mendengarkan. Masih saja aku melemparinya dengan daun-daun hasil panenku(?).
"Sakura, awas kau!"
Puk!
"Hei, Sasuke, daunmu terlalu banyak, kalau kena aku jadi sakit, nih," protesku yang sama sekali tak dihiraukan olehnya. Wah, dia balas dendam.
"Daunmu juga banyak, ada yang mengenai wajahku."
"Kau 'kan laki-laki, lemparanmu terasa sakit di kulitku, Sasuke!"
"Memangnya aku peduli!"
Puk!
Puk!
"KALIAN! TURUN DARI ATAS POHON! CEPAAAAT! DAN CEPAT SAPU HALAMAN INI. KALIAN MEMBUATNYA KOTOR! SAKURA! SASUKE!"
Glek
Aku dan Sasuke secara spontan langsung menghentikan acara perang daun kami dan secara spontan juga kami menengok ke bawah(?) dan, Kami-sama, matilah aku. Nenekku sudah berdiri di bawah pohon dengan posisi berkacak pinggang. "Hn, Tsunade-baachan marah," kata Sasuke. Aku mengangguk setuju dengan keringat yang mulai mengalir dari pelipisku.
"KALIAN BERDUA! CEPAT TURUN DAN SAPU HALAMAN INI!"
"HAI! OBAA-CHAN!"
Tep.
"Hh, kalian lihat! Halaman rumah Baachan jadi kotor karena daun-daun yang kalian mainkan, memangnya kalian sedang apa di atas sana, hah!"
Aku menelan ludahku gugup. sedangkan Sasuke—yang aku lihat dari sudut mataku—masih saja berwajah cuek. Gila, di depannya sekarang ada nenekku yang sedang mengamuk, dan dia masih mempertahankan wajah stoicnya? Manusia macam apa dia ini?
"Dan kau, Nona Haruno. Berapa kali lagi Baachan harus memperingatkanmu untuk berhenti memanjat pohon, kau perempuan, bisakah kau merubah sifatmu yang tomboy itu? ingat juga kondisi jantungmu, Sakura. Kau tidak boleh terlalu capek, kau mengerti?"
"Ano, Obaa-chan, aku—"
"—Sakura menemaniku belajar buat ujian, Baachan."
Secepat kilat aku menolehkan kepalaku saat mendengar jawaban Sasuke, kalau alasannya itu, aku tidak akan di marahi, 'kan?
"Belajar? Lalu kenapa harus di atas pohon? Apa tidak bisa, belajar di dalam rumah, atau di bawah sini," kata nenek sambil menunjuk halaman rumah kami yang lumayan luas.
Aku dan Sasuke berpandangan seakan bicara lewat tatapan mata, 'bagaimana?' dan kami—entah kenapa—sama-sama mengangkat bahu dan menggeleng.
"Jangan pakai bahasa isyarat begitu, Baachan tidak mengerti," kata nenekku lagi. Hah, apa yang harus aku jawab? Memang salah kami sih, kenapa juga harus belajar di atas pohon. Padahal halaman juga masih luas. Aarrrggghhh…
DEG DEG
Gawat, jantungku sakit.
"Di atas lebih sejuk, Baachan."
Krik
Krik
"…"
"Sasuke-kun?" aku menatap Sasuke dengan pandangan yang seolah mengatakan—apa benar yang barusan bicara itu kau?—Dan sesuai dugaanku, dia sama sekali tidak terlihat peduli. Menyebalkan.
DEG DEG
Au. Jantung, berhenti berdetak kencang begini.
"Hah, terserah kalian lah. Yang penting, sapu halaman ini sampai bersih."
"Hai, Obaa-chan, aku yang akan menyapunya," ucapku mencoba terlihat semangat. Aku tidak mungkin membiarkan Sasuke-kun yang menyapunya 'kan?
Aku berjalan pelan menuju tempat peralatan kebersihan di rumahku, tapi, entah kenapa tiba-tiba langkahku semakin berat, jantungku yang sedari tadi sudah berdetak kencang, kini terasa semakin kencang lagi. oh, ayolah, jangan sekarang, lagipula, aku tidak berlari, aku hanya memanjat pohon.
Gawat, jantungku benar-benar terasa sakit! Aku menghentikan langkahku saat kakiku benar-benar tidak bisa digerakkan lagi. Gawat. Pandangan mataku juga ikut kabur, ini gawat.
"Obaa—"
"—Sakura! Kau tidak apa-apa! Hei, keringatmu banyak sekali. Saku—"
Aku sedikit tersentak saat merasakan kehadiran Sasuke-kun yang tiba-tiba berada di belakangku, menahan tubuhku yang hampir jatuh, "Haah, Haah, Sasuke-kun, aku—"
"SAKURA!"
Dan, pemandangan terakhir yang kuingat adalah wajah Sasuke-kun yang terlihat sangat cemas.
.
"Hah!"
Eh? Mimpi? Ternyata mimpi. Bukan, itu bukan mimpi. itu kejadian beberapa bulan yang lalu. Sasuke-kun? Iya, kenapa tiba-tiba aku memimpikan kejadian itu? "Hah… aku jadi ingat lagi bagaimana wajah Sasuke-kun yang seperti itu."
"SAKURA!"
"Sasuke-kun," kenapa saat itu kau terlihat sangat khawatir. Sejak saat itu, aku selalu memikirkan ekspresi wajahmu itu, Sasuke-kun. Kau tahu tidak?
"Kira-kira, kuliahnya bagaimana yah?" aku menolehkan kepalaku menatap jam kecil di meja belajarku. Jam sepuluh. Eh? Apa aku ketiduran? Bahkan aku sampai bermimpi juga. Padahal, tadi, aku hanya membaca manga. Efek obat. iya, efek obat.
Aku putuskan bangun dari tidur tanggung(?)ku dan berjalan keluar rumah. Lumayan, daripada terus-terusan di kamar. Aku akan semakin pusing.
"Sakura-chan, kau sudah bangun?"
Aku berhenti melangkah saat mendengar suara nenekku, akupun tersenyum ke arahnya dan mengangguk, beliau juga tersenyum dan berjalan menuju ke arahku.
Puk!
"Hm, sudah tidak panas, istirahat yang cukup, Sakura-chan," ucap nenek saat mengecek suhu tubuhku dengan cara menempelkan punggung tangannya ke keningku. Aku pun hanya bisa tersenyum tipis dan melanjutkan langkahku—menuju luar rumah.
Kriek
Ku buka perlahan pintu depan rumahku. Ugh, aku menutup wajahku dengan punggung tangan saat cahaya matahari tanpa permisi menyeruak masuk. Ehh, sudah mulai panas. Inikan sudah jam sepuluh, pantas saja sudah mulai panas.
Hm, kulangkahkan kakiku yang masih terasa berat keluar teras dan berhenti tepat di halaman rumahku yang sejuk.
"Hahaha, bukan begitu, baka!"
Eh, samar-samar aku mendengar suara orang sedang tertawa. Hm, siapa yah?
Kuedarkan pandanganku, menatap rumah-rumah yang berjejer bersebelahan dengan rumahku. Dan aku menemukannya. Di rumah Sasuke-kun. Eh? Sasuke-kun?
Tanpa aku sadari, bola mata emeraldku terus menatap ke arah rumah Sasuke-kun. Di sana, ada teman-temannya. Tapi, bukan Naruto, ataupun Sai. Mungkin mereka teman kuliahnya.
Ada tiga orang, dua orang gadis, yang satu memiliki rambut pirang seperti milik Ino, dan satunya lagi memiliki rambut oranye, cantik. Mereka cantik. Dan satu lagi pemuda yang memiliki rambut berwarna merah menyala. Dan aku sama sekali tidak mengenal mereka.
Gadis berambut pirang itu terlihat sangat bahagia saat pemuda berambut merah di sampingnya menyanyi dengan diiringi gitar yang ia petik. Aku tebak, mereka pasti sepasang kekasih. Hm.
Sedangkan seorang lagi.
DEG
Jantungku mendadak berdetak sangat cepat saat melihat pemandangan yang baru saja tertangkap oleh bola mata hijau milikkku.
Gadis berambut oranye panjang itu sedang bicara akrab dengan Sasuke-kun. Dan, gadis itu terlihat sangat bahagia. Walaupun Sasuke-kun terlihat biasa saja, tapi tetap saja gadis cantik itu semangat bercerita.
Aku memegang dadaku saat merasakan getaran aneh di sana. Apa ini? Tidak mungkin jantungku bermasalah lagi 'kan? Aku sudah minum obat kok tadi pagi? Tapi, kali ini berbeda. Berbeda dengan sakit yang biasa aku rasakan.
Sakit ini bukan menyerang jantungku, tapi, hatiku. Kenapa hatiku sakit begini? Kami-sama, apa yang terjadi padaku?
"Sasuke-kun," aku menggumamkan nama itu, hei, apa yang sebenarnya terjadi padaku.
Pip pip!
"Eh!" aku tersentak dari lamunanku saat mendengar suara barusan. Itu suara ponselku. Ada pesan masuk. Ternyata nada dering yang aku pasang sangat kencang suaranya. Lain kali aku kecilkan lagi deh. Aku pun bergegas masuk ke dalam rumah. Tapi, sebelum benar-benar memasuki rumahku, aku sempat menangkap adanya seringai yang Nampak dari wajah Sasuke-kun. Apa maksudnya itu?
"Hah, paling juga Ino-pig," gumamku pelan. Tapi ternyata aku salah, pesan yang masuk bukan dari Ino, tapi dari—
"Sasuke-kun?"
From: Sasuke-baka
"Kenapa melihatku sampai seperti itu, cemburu, eh?"
TUING!
Empat sudut berbentuk siku berjejer langsung muncul di dahi sebelah kiriku saat aku membaca pesan yang teramat pede tersebut. Hah, siapa yang cemburu, heh? Tapi—cemburu? Benarkah?
Aku segera menggelengkan kepalaku saat pikiran aneh itu mulai menguasaiku. Ugh, lupakan itu, Sakura!
Kembali ku pandangi layar ponsel yang masih menunjukkan barisan pesan dari Sasuke barusan. Oh, jadi itu maksudnya seringainya tadi, hah!
"BAKA! Siapa yang cemburu! Awas kau, Sasuke ayam menyebalkan," kataku seraya bersiap menulis balasan pesan darinya. Tapi, baru beberapa kata yang aku ketik, aku sudah mengurungkan niatku. Entah karena apa.
"Hah, biarlah, aku tidak mau meladeninya. Mendadak perasaanku jadi aneh begini kalau menyangkut Sasuke-kun."
Pip pip!
"Eh, pesan lagi? aku benar-benar harus mengecilkan volume suaranya, gawat juga buat jantung," gumamku pelan. Namun, sedetik kemudian, bola mataku kembali melebar saat melihat nama dari sang pengirim.
"Hah, Sasuke-kun lagi?"
From: Sasuke-baka
"Saku, ke rumahku yah, bosan nih."
Mataku melebar kembali di tambah mulut yang menganga dengan sangat tidak elit saat membaca pesan terbaru dari Sasuke-kun. Bosan? bosan katanya? Ada teman-temannya dan dia masih bilang Bosan? Loh, tunggu dulu, bukankah teman-temannya tadi sudah lumayan menghiburnya? kenapa dia masih merasa bosan? aaarrggghhh, aku pusing.
Akhirnya, aku malah tidak membalas satupun pesan dari Sasuke-kun. Hah, aku bingung harus menjawab apa. Lebih baik aku diam di kamar saja. Tapi, aku penasaran sedang apa mereka itu. aaarrgghh… Sasuke menyebalkan…
.
Apa yang aku lakukan ini? Aku hanya berguling-guling di tempat tidur. Hei… seseorang tolong aku… perasaanku mendadak kacau. Jantungku berdetak tidak normal saat melihat Sasuke-kun dekat dengan gadis lain.
Cemburu.
Apa aku cemburu? Hah, jangan bodoh. Itu tidak mungkin, haha… tapi, tadi itu—
Arrgghhh… aku menjambak rambut merah mudaku yang memang sudah berantakan dan kini jadi semakin berantakan. Hei, jangan terlalu di tarik, rambutmu bisa rontok. Bodoh!
Siapa gadis itu yah? Apa dia menyukai Sasuke-kun? Eh? Ya kalau dia menyukai Sasuke, terus apa hubungannya denganku? Ah, aku aneh. Kenapa pikiranku tertuju pada Sasuke-kun terus?
"Ah, Sasuke bodoh!"
Aku membenamkan wajahku dalam selimutku yang hangat. Padahal di luar sangat panas, dan aku malah memakai selimut yang sangat tebal. Argh, Sakura kau gila.
"Sakura, ada Sasuke." aku sedikit menyembulkan kepala pink ku dari dalam selimut saat mendengar suara nenekku, eh, apa katanya tadi?
"Eh? Sasuke?"
Satu detik…
Lima dektik…
"HAH! SASUKE-KUN!"
Srak!
Secepat kilat aku membuka selimutku dan berlari keluar kamar. Aku benar-benar bodoh. Dasar lola tingkat akut. Aku terus berlari dengan masih merutuki kebodohanku sendiri, sampai akhirnya aku menemukan—
"Hai, Sakura-chan."
—Sasuke-kun dan teman-temannya yang sedang tersenyum ke arahku.
Dan juga gadis berambut oranye itu yang entah kenapa, terlihat sangat cantik kalau di lihat dari dekat. Dan apa itu? dia kelihatan sangat dekat dengan Sasuke. Tapi, ada yang salah dengan raut wajahnya. Kenapa dia kelihatan murung, eh? bukankah tadi, gadis ini sangat ceria?
Oh iya.
Kenapa mereka ke sini? Gawat, aku benar-benar bodoh. Kenapa aku baru menyadarinya...
Oh tidak, aku tidak sanggup melihat kedekatan Sasuke-kun dengan gadis berambut oranye ini. mataku terasa panas, apa aku akan menangis? Oh, ayolah Sakura. Kau gadis yang kuat.
"Hei, kenapa murung seperti itu. aku pulang dan kau malah nampak sangat tidak bersemangat, tahu begitu, aku tidak usah pulang saja."
Seketika aku langsung menatap tajam orang yang baru saja mengeluarkan suara berat dan datar itu. siapa lagi kalau bukan, Uchiha Sasuke. dan, apa katanya tadi? dasar menyebalkan. aku mengerucutkan bibirku sebagai tanda bahwa aku tidak suka cara dia bicara. Hah, payah.
Tapi, apa yang aku lihat. Sasuke-kun malah menyeringai dan itu membuatku semakin sebal. sementara gadis di sampingnya, err-apa itu? kenapa dia kelihatan semakin murung?
"Haha, sudahlah, Sasuke. Oh, iya, aku belum memperkenalkan diri, namaku Akasuna Sasori, dan ini Shion. Dia kekasihku."
Aku tersenyum menatap pasangan unik ini, Shion-san sepertinya pendiam. Sedangkan Sasori-san, dia kelihatan sangat aktif. Eh, aku jadi ingat Naruto dan Hinata. Apa mereka ada kemajuan?
"Nah, kalau dia namanya Fuuma Sasame."
DEG
Fuuma Sasame. Aku memberanikan diri menatapnya dan aku mencoba tersenyum walau terasa sangat sulit. Entah karena apa, aku juga tidak mengerti.
"Namaku, Haruno Sakura," ucapku pelan.
Sementara gadis bernama Fuuma Sasame itu hanya menatapku tanpa tersenyum. Eh? apa senyumku tadi sangat aneh, sampai gadis cantik di depanku ini enggan membalas senyumku? Entahlah.
.
Apa tadi aku mengatakan kalau Shion-san itu pendiam? Hah, kalian salah. Dia sangat cerewet, dan egois-oops. Dan sangat berbeda dengan Hinata yang memang sangat pendiam, atau malah terlalu pendiam. Gadis berambut pirang pucat itu selalu meminta (baca: memaksa) Sasori-san untuk menyanyi dengan diiringi gitar. Dan kalau kalian tanya, bagaimana suara Sasori-san kalau bernyanyi? Oh, aku lebih suka mendengar gumaman 'hn' dari Sasuke-kun yang sangat menyebalkan itu daripada mendengar Sasori-san menyanyi. Haha, aku jahat yah.
"Oh iya, Sakura-chan, sekarang sekolah dimana? kelas berapa?"
"Eh!" aku sedikit tersentak saat mendengar suara Shion-san. Hah, dia tanya sekolahku? Apa aku harus menjawabnya?Er, Mana mungkin aku menjawabnya, dan kalau harus menjawab. Apa yang harus ku jawab. apa aku harus bilang, 'maaf, aku tidak melanjutkan SMA karena dilarang oleh Kabuto-sensei. dan karena kondisiku yang terlalu lemah' hei, kau berpikiran aneh Sakura. Jangan katakan. Tapi, apa aku harus berbohong? Hah, berbohong adalah hal terakhir yang paling tidak bisa kau lakukan, kau ingat itu, Haruno? Lalu aku harus bagaimana-
"Hn, kalau kau tahu dimana sekolahnya, memangnya kau mau apa, Shion?"
"Eh, Sasuke, haha, aku 'kan hanya bertanya?"
Aku kembali tersentak, dan kali ini, aku menatap Sasuke-kun dengan tatapan penuh tanya. Dia, merahasiakan tentang aku?
"Yang jelas, Sakura itu anaknya pintar. Apa itu sebuah jawaban?"
Dan kali ini, Shion-san hanya tertawa kecil saat mendengar jawaban dari Sasuke. Oh, apa Sasuke-kun malu kalau teman-temannya tahu tentang aku yang sakit-sakitan dan bahkan tidak di ijinkan sekolah. Kenapa? Sasuke-kun? Kena-
"Ne, Sakura-chan, apa sebenarnya hubunganmu dengan Sasuke?"
Kalimatku terpotong. Eh? aku segera menoleh ke arah pemuda berrambut merah menyala yang sedang asik memetik gitarnya dan tengah menatapku dengan seringai aneh. Tapi, kemudian aku menoleh ke arah Sasuke-kun untuk setidaknya membantuku menjawab pertanyaan tadi. Tapi, Sasuke-kun malah mengalihkan pandangan ke arah lain. Tidak berguna.
"Ano, etto, ahaha... yah, dibilang teman bisa, sahabat juga bisa, bahkan di katakan musuh juga bisa. hehe," jawabku sambil nyengir. Ahaha, jawaban macam apa itu, Sakura?
Sasori-san hanya tersenyum tipis saat mendengar jawabanku. Saat kulihat ekspresi Sasuke-kun, dia juga tersenyum walau sangat tipis. Hh, aku sedikit menghela nafas seolah beban hidupku berkurang satu.
"Berarti, kalau Sasuke-kun memiliki kekasih, tidak apa-apa 'kan?"
DEG
Aku terdiam. Kembali ku alihkan pandanganku dan kali ini tatapanku mengarah pada gadis yang sejak tadi hanya diam duduk di sebelah Sasuke-kun. Pandangan matanya, entah kenapa terasa sangat menusuk hatiku. Membuatku sangat susah bernafas.
Dan apa aku tidak salah dengar, dia memanggil Sasuke dengan sufix kun? Ternyata mereka memang sangat dekat. Kembali, rasa sakit itu datang menjalar di dadaku. Perasaan aneh ini, apa sebenarnya? entah perasaanku saja atau memang Sasuke-kun terasa semakin jauh dariku, yah?
Cukup lama aku menatap bola mata gelap milik gadis berambut oranye itu, walaupun hanya tatapan kosong. Tapi akhirnya aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum sebisaku.
"Yokatta."
"Eh?" aku tersentak. Wajah gadis yang semula kelihatan murung itu seketika berubah menjadi ceria lagi seperti saat pertama aku melihatnya. Apa yang terjadi? Sebegitu besarnya kah efek dari anggukan kepalaku untuknya?
Dan kenapa jantungku lagi-lagi berdetak sangat cepat. Kami-sama, apa yang terjadi sebenarnya? aku merasakan firasat buruk.
TBC
Nyahahahaha… apa sudah ada gambaran, Sakura itu sakit apa? #di bekep
Gomen kalau ceritanya kaya gini *langsung pundung*
Ahihihi... Oh iya, Happy birthday Haruno Sakura... *niup terompet* moga makin cantik, makin dewasa, makin sabar nunggu Sasuke pulang. Aku mendukungmu! #plak
Yosh, tapi, prequel ini gak banyak chapter kok, hanya beberapa chapter aja, err-berapa yah? *ditendang rame-rame*
Yah, sudahlah, akhir kata
Review please…
