Kitchen, Love, and War
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Story : E.S
.
.
.
Chapter 1 : Meet you again
Seorang remaja berambut merah muda terlihat sedang mengayuh sepeda di jalanan yang cukup sepi. Peluh-peluh mulai membasahi dahinya bahkan seragam sekolahnya pun mulai basah. Deru napasnya sudah tidak beraturan lagi. Tapi ia tetap mengayuh sepedanya dan akhirnya ia sampai juga di sebuah gedung yang bertuliskan Konoha High School. Ia pun memarkirkan sepedanya di tempat parkiran sekolah tersebut.
Gadis yang bernama Haruno Sakura itu terlihat sangat bersemangat. Wajar saja, karena ini adalah hari pertamanya bersekolah di sana. Sekolah Kejuruan yang sangat banyak peminatnya, karena di sekolah inilah banyak designer, penyanyi, aktor atau aktris dan chef terkenal lahir.
Sakura memasuki gedung sekolah itu dan langsung menuju ke aula sekolah. Ia melihat sudah banyak murid baru di dalam ruangan tersebut. Di dalam ruangan tersebut, tempat duduk siswa dan siswi dipisah menjadi dua, yang kiri untuk siswi dan yang kanan untuk siswa. Gadis bermata emerald ini memilih untuk duduk di tempat duduk yang berada agak di belakang karena tempat duduk yang berada di depan sudah terisi penuh oleh siswi-siswi yang sudah datang duluan. Sakura menduduki dirinya di sebuah kursi yang belum ada penghuninya sambil menghela napas. Ia kembali mengingat-ingat perjuangannya untuk meluluhkan hati tousannya agar mau menyekolahkannya di sekolah umum, karena selama ini tousannya menyuruh Sakura untuk mengikuti home schooling.
Flashback On
"Tousan, izinkan Sakura untuk ikut tes di KHS ya!" rengek Sakura.
"Tidak boleh! Lebih baik kau home schooling saja daripada bersekolah di sekolah umum" tegas tousan nya.
"Tapi tousan, Sakura sangat suka memasak. Jadi izinkanlah Sakura bersekolah di sana" pinta Sakura. Ia mengeluarkan jurus puppy eyes nya untuk meluluhkan hati tousan nya.
"Tidak boleh! Sekali tousan bilang tidak boleh ya tidak boleh!" tolak pria itu dengan tegas.
Mendengar ayahnya sudah berbicara seperti itu, hati Sakura menciut. Dengan langkah gontai, ia berjalan meninggalkan ayahnya di ruang kerja.
Terdengar suara isakan pelan dari kamar Sakura. Sudah seharian ini gadis bermata emerald itu tidak keluar kamar. Bahkan pelayan-pelayan yang memanggilnya untuk makan sudah tidak dihiraukannya lagi.
Tok tok tok
Seorang perempuan yang berpakaian seperti pelayan mengetuk pintu sebuah ruangan.
"Masuk" jawab orang yang berada di dalam ruangan itu.
"Maaf Kizashi-sama, saya sangat khawatir dengan kondisi Sakura-sama karena ia seharian ini tidak makan dan terus mengurung diri di dalam kamarnya" kata Ayame, pelayan pribadi Sakura.
"Hn, kau boleh pergi Ayame" kata Kizashi tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang ada di hadapannya ini.
"Baik, Kizashi-sama" Ayame pun membungkukkan badannya ke arah pria itu dan berlalu pergi meninggalkan ruangan yang ternyata adalah sebuah ruang kerja.
.
.
.
"Saku-chan" panggil suara berat khas Kizashi.
Karena tidak ada jawaban dari dalam kamar Sakura. Pria itu mencoba membuka pintu kamar anaknya ini. Tapi tidak bisa, karena pintu tersebut telah dikunci oleh Sakura. Rupanya gadis bersurai merah muda ini tidak ingin diganggu oleh siapa pun termasuk tousan nya sendiri.
"Saku-chan, tolong buka pintunya nak, tousan ingin bicara"
Dengan mata yang sembab dan wajah yang murung, Sakura membuka pintu kamarnya. Rupanya Kizashi tidak terkejut melihat keadaan anaknya ini dengan kondisi seperti itu karena ia sudah memprediksikannya.
Pria berambut merah muda kusam ini memasuki kamar anaknya. Sakura mengikutinya di belakang sambil menundukkan wajahnya. Kizashi mendudukkan dirinya di atas ranjang anaknya itu. Lalu pria ini menepuk-nepuk kasur itu dengan tangan kanannya sebagai isyarat agar Sakura duduk di sebelahnya. Setelah Sakura duduk, Kizashi mulai bersuara.
"Saku-chan… Tousan melarangmu untuk bersekolah di sekolah umum karena tousan taku jika putri tousan akan terancam bahaya." Kata Kizashi sambil mengelus-elus kepala putrinya itu.
"Tapi tousan, jadi untuk apa selama ini tousan menyuruhku untuk belajar karate? Untuk apa juga tousan menyembunyikan identitasku kepada khalayak umum? Untuk apa tousan?! Apa tousan tahu, Sakura sangat kesepian disini?" Kata Sakura dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tousan tahu. Tapi demi kebaikanmu, tousan tidak ingin mengambil resiko terlalu berat"
"Sakura ingin istirahat" kata Sakura dengan nada yang agak ketus. Ia langsung berbaring di ranjang queen-size nya dan langsung menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya termasuk wajahnya yang cantik itu.
"Hm, baiklah kau boleh bersekolah disana" kata Kizashi yang tidak tega melihat tingkah laku anaknya itu.
Mendengar perkataan ayahnya, Sakura langsung membuka selimutnya dan menghampiri tousan nya yang masih duduk di pinggir ranjangnya.
"Benarkah tousan?" Tanya Sakura dengan mata yang berbinar-binar.
Kizashi hanya mengangguk dan tersenyum lembut kepada putrinya ini.
"yeyeye, tousan memang yang terbaik" ujar Sakura sambil memeluk tousannya. Kizashi membalas pelukan dari putri kesayangannya itu.
"Tousan?" Tanya Sakura sambil melepas pelukannya.
"Hm?"
"Arigato Tousan" ujar Sakura seraya memeluk Kizashi lagi.
.
.
.
Pria berambut merah muda pucat itu keluar dari kamar putrinya setelah melihat Sakura sudah tertidur dengan pulasnya. Kizashi kembali ke ruang kerjanya. Ia mengambil telepon dan memencet angka-angka yang sudah dia hafal.
"Awasi dan jaga putriku selama dia bersekolah di KHS" kata Kizashi kepada orang yang berada di seberang telepon.
Setelah mendengar jawaban dari orang itu, Kizashi langsung menutup teleponnya. Ia memijit-mijit pelan dahinya. Sambil berdoa dalam hati supaya tidak terjadi apa-apa selama putrinya bersekolah di sana.
Flashback Off
"Boleh kita duduk di sebelahmu?" Tanya seorang siswi kepada Sakura.
Sakura langsung mendongak ke atas. Matanya menangkap sosok siswi cantik dengan rambut pirangnya. Disampingnya terdapat siswi dengan rambut bewarna indigo yang terlihat malu-malu.
"Oh, silahkan-silahkan" jawab Sakura dengan ramah.
"Hm arigato" ujar kedua siswi tersebut.
"Yamanaka Ino" ujar gadis berambut pirang itu sambil menjulurkan tangannya.
"Sakura" jawab sambil tersenyum kikuk dan menyambut tangan Ino
"Ini Hyugaa Hinata. Orangnya ini agak pemalu" kata Ino memperkenalkan sahabatnya itu. Hinata mengulurkan tangannya untuk berjabatan.
"Sakura" jawab Sakura diiringi senyum manisnya.
"Hm… kalian ambil jurusan apa?" Tanya Sakura kepada dua gadis itu.
"Ah aku ambil jurusan seni" jawab Ino.
"Kalau aku, aku ambil jurusan designer" jawab Hinata malu-malu.
"Kalau kau ambil jurusan apa Sakura?" Tanya Ino.
"Oh aku ambil jurusan tataboga" jawab Sakura dengan tersenyum lebar.
.
.
.
Tidak terasa acara penerimaan murid baru telah selesai. Seluruh murid dibagi berdasarkan jurusannya masing-masing. Sakura yang mengambil jurusan tataboga harus bergabung dengan murid-murid lain yang mengambil jurusan yang sama dengannya.
"Baiklah, kalian akan masuk ke kelas dan diantar oleh wali kelas kalian masing-masing" ujar kepala sekolah yang bernama Tsunade.
"Ha'I Tsunade sensei" jawab semua murid serempak.
"Perkenalkan diri kalian masing-masing" perintah Tsunade kepada ketiga guru yang berada di samping wanita itu.
"Perkenalkan nama saya Uzumaki Naruto. Saya wali kelas jurusan seni" kata pemuda itu dengan senyum lebarnya. Tanpa disadari, wajah Hinata merona melihat guru berambut jabrik itu.
"Saya Kurenai. Saya wali kelas jurusan designer" kata wanita berambut hitam itu.
"Saya Uchiha Sasuke. Saya wali kelas jurusan tataboga" kata pemuda bermata onyx yang tajam itu dengan dingin. Semua siswi-siswi berdecak kagum dengan lelaki yang satu ini. Bagaiman tidak, wajahnya yang tampan dan sifatnya yang terkesan dingin membuat dia kelihatan sangat keren bagi semua siswi-siswi kecuali gadis berambut merah muda itu. Ia hanya menatap pria itu dengan intens.
'Benarkah itu dia Kami-sama?' Tanya Sakura dalam hati. Ia teringat dengan sosok lelaki yang mengisi cerita di lembar kehidupannya sewaktu ia masih kecil. Setelah perkenalan itu, mereka pun memasuki kelas mereka masing-masing dan diikuti oleh wali kelas mereka masing-masing.
"Hn… mulai sekarang kalian resmi menjadi murid di KHS dan mulai besok kalian akan tinggal di asrama." Kata seorang guru laki-laki dengan rambut emonya.
"Setiap hari senin sampai kamis kalian akan belajar seperti biasa dan jum'at sampai sabtu kalian akan praktek memasak "Ha'I" jawab seluruh murid kelas tataboga serempak.
"Ada pertanyaan?" tanyanya lagi dengan nada yang masih terkesan dingin.
"Umur sensei berapa?" Tanya siswi berambut hitam panjang.
"Hhh apa itu penting?" Tanya Sasuke dengan nada ketus.
"Kurasa tidak!" sambungnya lagi dengan nada yang tak kalah ketus.
.
.
.
"Sakura!" panggil Ino ke arah gadis cantik yang sedang duduk bersandar di sebuah pohon sakura dengan tangan kanannya memegang sebuah buku. Matanya tetap fokus ke arah buku. Sesekali ia bergumam tak jelas sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Hei Sakura!" Gadis bersurai merah muda itu pun akhirnya menoleh ke arah sumber suara. Ia mendapati sosok gadis yang baru dikenalnya tadi pagi menghampirinya dengan tergesa-gesa.
"huh huh huh" napas Ino tersengal-sengal. Sebisa mungkin ia mengatur napasnya yang tidak karuan.
"Ada apa Ino?" Tanya Sakura heran.
"Ahh tidak apa-apa kok" jawab Ino sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hm… Sebenarnya aku hanya bosan." Lanjut gadis beriris aquamarine itu.
"Oh… kau belum mendapat teman ya?" Tanya Sakura dengan nada mengejek.
"Ah tidak kok. Banyak yang ingin berteman denganku tapi aku…"
"Ah sudahlah Ino, aku tau kok" potong Sakura.
"Hehehe" gadis blonde itu tertawa garing.
"Ngomong-ngomong Hinata kemana ya?" Tanya Sakura kepada Ino.
"Entahlah" Ino mengendikkan bahu tanda ia tidak tahu kemana gadis berambut indigo itu berada.
.
.
.
"P-permisi Na-naruto sensei" kata gadis bermata lavender itu dengan terbata-bata kepada guru yang ada di hadapannya ini.
"Hm ada apa?" Tanya Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumen di hadapannya.
"A-ano, i-ini d-dari K-kurenai sensei" jawab Hinata sambil menyodorkan sebuah map.
Naruto mengambil map itu sedangkan Hinata masih terdiam berdiri dengan wajah yang memerah. Pria berambut jabrik itu mengangkat kepalanya untuk menatap siswi itu dan berterima kasih tapi Naruto mendapati wajah siswi itu memerah.
"Apa kau sedang sakit?" Tanya Naruto khawatir. Kemudian ia menyentuhkan punggung tangannya ke kening Hinata. Sontak membuat gadis itu pingsan seketika akibat perlakuan Naruto.
.
.
.
Gadis bersurai merah muda itu sangat lelah sehabis membereskan pakaian-pakaian dan segala kebutuhan yang akan ia butuhkan selama berada di asrama. Tapi satu hal yang sangat ia syukuri yaitu dia bisa sekamar dengan teman-teman barunya, siapa lagi kalau bukan Ino dan Hinata.
"Hinata" panggil Sakura di sela-sela kegiatan merapikan pakaiannya.
"Ada apa Sakura?"
"Kenapa tadi pagi kau tiba-tiba pingsan?"
"A-ano ano Sakura…Mmmm…" Hinata tidak bisa mlanjutkan kalimatnya. Tepatnya ia sangat bingung bagaimana menjawabnya. Apa ia harus jujur kalau sebenarnya ia pingsan gara-gara Naruto sensei. Ah bukan, lebih tepatnya ini gara-gara ia menyukai Naruto sensei sehingga reaksi yang ia tunjukkan sangat berlebihan ketika gadis bersurai indigo itu berdekatan dengan Naruto sensei.
"Hm… sepertinya Hinata menyukai Naruto sensei" tiba-tiba Ino menyeletuk seperti itu sehingga membuat Sakura dan Hinata membulatkan matanya karena kaget dengan perkataan Ino barusan.
'Kenapa Ino bisa tahu? Bagaimana ini Kami-sama?' kata inner Hinata.
"Benarkah itu Hinata?" Tanya Sakura berusaha meyakinkan dirinya bahwa perkataan Ino hanya bohong.
"A-ano… ano" Hinata memainkan jari-jari telunjuknya dengan wajah merona.
"Tepat sekali. Hinata hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan wajah yang sangat merah.
Sudah kuduga ternyata kau menyukai Naruto sensei" kata Ino dengan seringainya.
"Apa?! Kok bisa?" mulut Sakura ternganga mendengar fakta yang terungkap dari bibir teman pirangnya ini.
Kringggg-krriiinnggg
Bunyi bel sudah berbunyi pertanda semua murid harus tidur.
"S-sebaiknya kita tidur, nanti para sensei akan marah jika kita belum tidur.
"Arrrggghhh kenapa cepat sekali? Padahal ini baru jam setengah sembilan!" rutuk Ino sambil mengacak-acak rambutnya.
Hinata sangat lega akibat bunyi bel tadi. Ia terselamatkan dari pertanyaan-pertanyaan yang akan terlontar dari mulut kedua temannya ini.
.
.
.
Alarm tanda semua murid harus bangun berbunyi dengan nyaring disetiap sudut asrama itu. Terlihat seorang gadis berambut merah muda sudah keluar dari kamar mandi dengan seragam yang lengkap. Ia mencoba membangunkan Hinata dan Ino yang masih bergulat dengan alam mimpi mereka masing-masing.
"Hei Ino, cepat bangun!" seru Sakura sambil mengguncang-guncangkan tubuh Ino. Gadis berambut pirang itu bergumam tak jelas dan kemudian mencoba menyamankan dirinya lagi dengan ranjang dan selimut yang menutupi tubuhnya. Sakura terlihat sangat kesal, ia mencoba menarik selimut Ino. Akhirnya selimut yang tak berdosa itu terjatuh dari lantai.
"Apaan sih?" gumam Ino dengan suara parau.
"Hei bangun pig!" kata Sakura dengan nada yang tinggi, menunjukkan kalau dia sangat kesal dengan gadis pirang ini.
"Aku masih ngantuk, jidat" rengek Ino yang masih memeluk gulingnya dan mencoba tak menghiraukan Sakura.
"Apa kau bilang hah? Apa kau mau kita dihukum oleh Kurenai sensei karena kau terlambat?" teriak Sakura di depan telinga Ino. Hal itu sukses membuat Ino membuka matanya karena kaget begitu juga dengan gadis berambut Indigo yang berada di ranjang sebelah Ino.
"A-ada apa ini rebut-ribut?" Tanya Hinata sambil mengucek-ngucek matanya.
"Hhh kalian cepat bangun, nanti kita terlambat sarapan." Perintah Sakura sambil menghela napas beratnya.
"Baiklah-baiklah. Hinata, aku dulu yang mandi" kata Ino dengan malas.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama ya Ino" balas Hinata.
"Iya" jawab Ino sambil melangkah menginjakkan kakinya ke kamar mandi.
"Nah Hinata, sementara menunggu Ino mandi, lebih baik kau bereskan tempat tidurmu dulu.
10 menit kemudian…
"Ino… cepatlah sedikit! Kasihan Hinata" teriak Sakura.
"Iya-iya sebentar lagi" kata Ino di dalam kamar mandi.
Setelah menunggu beberapa saat, pintu kamar mandi pun terbuka dan menampilkan sosok Ino yang sudah memakai seragam lengkap. Hinata segera berlari-lari menuju kamar mandi sambil membawa handuk serta serta seragamnya.
Tok tok tok
Bunti pintu kamar mereka diketuk. Sakura berjalan kea rah pintu itu dan membukanya.
"Ada apa senpai?" Tanya Sakura ramah.
"Cepatlah kalian ke ruang makan, jangan sampai terlambat" kata wanita berambut hitam panjang itu lembut namun menyiratkan ketegasan dari setiap kata yang terucap.
"Baiklah senpai" ujar Sakura.
"Ada apa Sakura?" Tanya Ino penasaran.
"Tadi, Hana senpai menyuruh kita agar segera ke ruang makan."
"Oh"
Braakkk
Pintu kamar mandi terbuka dengan kasar. Hal itu membuat Ino dan Sakura terlonjak kaget dan segera melihat apa yang terjadi.
"Ayo kita ke ruang makan!" kata Hinata masih di depan pintu kamar mandi.
"Eh?"
Mereka bertiga akhirnya telah sampai di ruang makan. Sakura berpikir kalau ia dan kedua temannya ini sudah terlambat tetapi ia sedikit lega karena ada siswi-siswi yang masih belum datang. Disana sudah ada para guru-guru termasuk Uchiha Sasuke yang sudah duduk di meja para guru.
.
.
.
Ini adalah hari kedua Sakura Haruno bersekolah di KHS. Dan saat ini gadis bersurai merah muda itu sedang duduk termangu di dalam kelas yang cukup sepi karena saat ini adalah jam istirahat. Memang Sakura akui pelajaran sejarah yang diajarkan Kurenai sensei sangat membosankan tapi disaat bersamaan pelajaran itu membuat kepalanya sangat pusing.
"Hei Sakura! Kau sedang apa?" Tanya Ino yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kelas Sakura.
"Seperti yang kau lihat, aku hanya duduk disini. Ada apa kesini?"
"Ah aku hanya ingin mengajakmu ke kantin." Ino berjalan ke arah tempat duduk Sakura.
"Hanya berdua?"
"Tentu tidak, jidat. Aku juga mengajak Hinata" kata Ino.
Tiba-tiba Hinata muncul dari balik pintu. "Gomen, aku terlambat. Tadi ada urusan" ucap Hinata sambil tersenyum kikuk.
"Hm tidak apa-apa kok Hinata. Ayo kita ke kantin" ujar Ino sambil menarik lengan kedua temannya itu.
.
.
.
Sakura, Ino dan Hinata sedang berjalan menuju ke kelas mereka masing-masing.
"Jaa" kata mereka serempak sambil melambaikan tangan. Mereka berpisah untuk ke kelas masing-masing.
Sakura membuka botol minumannya seraya berjalan. Tanpa dia sadari, ada sosok pria yang sedang berjalan berlawan arah dengannya. Pria itu juga tidak memperhatikan jalan karena pandangan matanya terfokus pada ponselnya. Akhirnya mereka berdua bertabrakan. Sialnya bagi Sakura, air mineral yang ia pegang tumpah dari botolnya dan sedikit membasahi kemeja guru itu.
"G-gomen" ujar Sakura masih terduduk tanpa melihat wajah orang yang ditabraknya tadi. Ia kemudian mencoba berdiri dan menatap orang itu. Seketika wajahnya kaget karena mendapati tatapan yang tajam dari onyx pria itu.
"G-gomen s-sensei" kata Sakura lagi sambil membungkuk. Tapi malah pria berambut emo itu pergi meninggalkan gadis itu tanpa sepatah kata pun yang terlontar dari bibirnya.
Sakura hanya terpaku menatap kepergian senseinya itu. Wajahnya tertunduk lesu dengan matanya berubah menjadi sayu. Gadis itu pun kembali berjalan ke kelasnya karena bel sudah berbunyi.
Sekarang kelas 10 T-1 adalah pelajaran matematika. Sakura sangat menyukai pelajaran tersebut karena menurutnya menyelesaikan soal matematika adalah tantangan tersendiri baginya yang sejak dulu memang menyukai tantangan.
Pintu kelas itu terbuka dan menampilkan sosok pria berambut emo yang berjalan dengan angkuhnya.
Deg!
'Sensei itu lagi' batin Sakura.
"Saya akan mengajar matematika dikelas ini" katanya dingin. "Sekarang buka buku kalian. Kita akan belajar pelajaran pada bab 1"
Seluruh murid di dalam kelas itu memperhatikan penjelasan dari Sasuke sensei dengan seksama tak terkecuali gadis bermata emerald itu.
"Sekarang, siap yang bisa menjawab soal di papan tulis ini?" Tanya Sasuke ketika ia selesai memberikan materi.
Sakura ingin menunjuk tangannya tapi ia ragu. Tapi dengan segenap keberanian yang ia miliki, akhirnya ia menunjuk tangannya. Cukup lama ia menunjuk tangannya tapi Sasuke tidak meresponnya. Ia hanya melirik sekilas ke arah Sakura dan kemudian berkata. "Baiklah karena tidak ada yang bisa menjawab, saya panggil saja"
Sakura POV
Kenapa dia itu tidak menoleh ke arahku. Padahal jelas-jelas dia bisa melihatku karena aku duduk paling depan. Apa yang salah denganku? Atau mungkin gara-gara kejadian tadi? Ah tidak mungkin. Aku benci dengan ini. Kenapa dia seolah-olah tidak menganggapku ada?
Aku hanya dapat menunduk diam. Mataku seolah-olah kabur karena sudah dipenuhi oleh air mata yang siap menetes. Tolong kuatkan aku Kami-sama. Aku tidak ingin menangis lagi kerena aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi gadis yang tegar dan kuat. Oh ayolah kumohon, jangan sampai aku menangis. Memang ku akui, aku adalah gadis yang cengeng. Tapi bisakah untuk saat ini air mata ini hilang karena aku tidak ingin menagis di kelas? Pasti semua akan memperhatikanku dan menganggap aku lemah dan cengeng. Padahal aku ini memang lemah dan cengeng tapi aku tidak ingin menunjukkannya kepada semua orang.
"Shion! Kerjakan soal di papan tulis itu!" hatiku mencelos ketika mendengar perintah Sasuke sensei kepada Shion yang merupakan teman sebangkuku. Kedua tanganku menggenggam rok sekolahku sehingga membuatnya sedikit kusut. Aku tidak tahu kenapa? Yang aku tahu sekarang adalah hatiku sakit sekali. Dia adalah cinta di masa kecilku sekaligus cinta pertamaku tapi mengapa dia malah tidak menganggapku ada disini? Sakit sekali rasanya. Rasanya ingin sekali aku berteriak melampiaskan rasa sakitku ini.
.
.
.
Gadis bersurai merah muda itu hanya duduk terdiam di kamarnya. Mata emeraldnya yang sendu mamandang ke arah jendela yag dipenuhi oleh langit kelam yang dihiasi oleh cahaya bintang-bintang. Jika kita perhatikan dengan cermat tampak sepasang emerald yang menatap kosong pemandangan yang indah itu. Kedua tangannya memeluk kakinya sendiri.
"Sakura" panggil Hinata dengan lembut di balik pintu. Namun panggilan gadis yang memiliki rambut berwarna indigo itu tidak dijawab oleh Sakura. Gadis itu belum sadar dari lamunannya. Akhirnya Sakura memilih untuk mendekati Sakura. Sebuah tepukan dari tangan Hinata mendarat di bahu kiri Sakura. Sontak kedua gadis itu kaget. Sakura kaget dengan sebuah tepukan dibahunya sementara Hinata kaget melihat reaksi Sakura yang kaget. "Ano Sakura, kita harus makan malam sekarang. Semuanya sudah menunggumu di ruang makan." Kata Hinata lembut.
"Baiklah. Arigatou" ujar Sakura sambil membungkukkan badannya yang masih terduduk di atas sebuah kursi. Hinata tersenyum lembut dan menarik lengan Sakura. Mau tak mau Sakura mengikuti Hinata.
Sesampainya di ruang makan, semua mata tertuju kepada kedua siswi itu. Ah lebih tepatnya semua mata memandang kea rah Sakura yang tampak kusut sekali. Wajahnya lesu dan jalannya agak gontai seperti sebuah tubuh tanpa roh.
Pria yang memiliki sepasang mata onyx itu sekilas menatap Sakura kemudian ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Sasuke tidak ingin dirinya tertangkap basah karena memperhatikan gadis itu. Lalu ia menyibukkan dirinya untuk sekedar menanggapi celotehan dari rekan kerja nya yang ia akui memang sangat berisik.
"Kau kenapa Sakura" kata Tsunade dengan nada yang cukup tegas. Walaupun begitu, tersirat nada kekhawatiran dari setiap tutur katanya.
"A-ano Tsunade sensei, gomennasai aku s-sedang tidak enak badan" jawab Sakura dengan takut.
"Benarkah itu?"
Sakura hanya menganggukkan kepalanya. Dengan wajah yang tertunduk dan kedua tangannya yang meremas jaketnya seolah menyembunyikan rasa ketakutannya.
Tsunade hanya menghela napas berat dan mempersilahkan Sakura untuk duduk dikursinya.
"Hei Sakura-chan… Apa kau baik-baik saja?" Tanya Chouji yang agak khawatir. Sakura hanya mengangguk pelan.
.
.
.
"Kau sakit apa, jidat?" Tanya Ino sambil melipat baju-bajunya.
"Tidak apa-apa kok pig. Kau tenang saja, aku tidak akan merepotkanmu." Balas Sakura sampil memperlihatkan senyumnya.
"Sudahlah, sebaiknya kita bergegas tidur." Kata Hinata yang sedang menarik selimut untuk menutupi seluruh badannya.
Ino hanya menghela napas beratnya sedangkan Sakura sudah mulai menyamankan dirinya dibalik selimut yang cukup hangat.
Bersambung...
Arigatou Gozaimasu :)
