19 Desember,
Malam yang dingin di mana salju mulai turun dan perlahan menyelimuti seantero Kota Tokyo yang sudah mulai dihiasi oleh lampu-lampu serta pernak-pernik natal. Walau malam semakin larut, nampaknya orang-orang yang tinggal di kota metropolitan super-sibuk itu tetap sibuk menjalankan aktivitas masing-masing. Kantor-kantor masih beroperasi, cahaya lampu yang berasal dari sana, menyiratkan giatnya niat para pekerja untuk lembur dan menyelesaikan pekerjaan mereka sebelum natal tiba, seakan-akan berlomba dengan cahaya lampu pernak-pernik natal, menjadikan ibu kota Jepang tersebut sangatlah terang walau pukul sudah menunjukan pukul sebelas malam.
Disamping para kepala keluarga yang berprofesi sebagai pegawai kantoran tengah bergelut dengan pekerjaannya, lain pula halnya dengan para kepala keluarga yang sudah menjabat sebagai atasan, mereka beserta keluarga kecilnya nampak tengal berjalan-jalan mencari hadiah Natal untuk sanak keluarga dan untuk mempercantik dekorasi rumah mereka. Bahkan, ada beberapa murid yang seharusnya sudah mendapatkan libur Natal dan Tahun baru, masih berkeliaran bersama teman-teman mereka, masih lengkap menggunakan seragam sekolah, menyusuri satu toko ke toko lain. Tentunya balutan sweater dan baju panjang berbahan rajutan lain tidak luput menyelimuti tubuh mereka.
"Ahominecchi! Kau sebenarnya ingin membelikan Akashicchi apa? Sejak tadi terus saja bolak-balik, keluar-masuk toko, menghabiskan waktu lama di sana, dan keluar tanpa membawa hasil!" suara cempreng milik seorang pemuda berambut pirang yang tengah menutupi kepalanya dengan jas bertudung berwarna biru tua itu terdengar. Mengomeli sang teman –ralat, teman tapi mesra- yang dengan berbaik hati menghambat mereka untuk pulang. Suara gemerisik dari kantong belanja berisikan kado untuk sang obyek yang dibicarakan terdengar seiring sang pemuda pirang tanpa sengaja menghantam kaki temannya.
"Ugh, tidak usah sampai memukulku dengan kantong belanjamu, Kise! Aku kebingungan ingin membelikan apa. Ah! Akashi susah ditebak jadi aku tidak bisa memilih dengan tepat." Keluh sang teman, Aomine Daiki. Ditanggapi oleh tatapan kesal Kise Ryouta. "Aomi…"
"Mou, Dai-chan lebih baik kau segera masuk ke sana dan cepat pilih hadiahnya! Ki-chan daripada kau mengomel terus, sebaiknya kau ikut Dai-chan dan membantunya." Gadis bersurai cherry panjang menyelip di antara keduanya dan melerai sebelum terjadi adegan saling meneriaki yang tentunya akan membuat mereka jadi pusat perhatian orang-orang di sana.
Tanpa menunggu respon dari kedua belah pihak, ia langsung mendorong keduanya memasuki sebuah toko pakaian, tidak mempedulikan orang lain yang memelototinya karena seenaknya memasukkan kedua lelaki tadi ke dalam tanpa mempedulikan bahwa ia nyaris membuat orang lain terpental.
Merasa puas setelah berhasil memasukkan keduanya ke sana, Momoi Satsuki, gadis bersurai cherry tersebut berlari kecil, berbalik menuju dua buah kursi taman yang berjejer dan diduduki oleh beberapa orang. Penerangan dari lampu jalanan dan penampilan fisik teman-temannya yang tergolong unik membuat ia mudah untuk menemukan mereka.
-x-
"Sacchin, apakah mereka sudah selesai?" tanya Murasakibara Atsushi, salah satu pria yang menduduki kursi taman sambil menguap pelan. "Aku lapar…" lanjutnya sambil membuka bungkusan snack potato chips terbarunya.
Momoi tertawa pelan melihat kelakuan temannya yang memiliki badan paling besar, malah menguap seperti anak kecil. Sangat kontras.
"Yah, mereka sudah kumasukan dengan paksa ke toko di sana," tunjuk Momoi sambil ia menghempaskan tubuhnya ke kursi yang juga diduduki oleh Midorima Shintarou.
"Harusnya kau melakukannya sejak tadi nanodayo. Aku mulai pegal menunggu dan kedinginan karena masih menggunakan seragam nanodayo." Runtuk sang pemuda berambut hijau lumut sambil memainkan sebuah miniature Pohon Natal yang bisa dihidupkan lampunya jika ia memencet tombol-tombol tertentu.
Momoi terdiam melihat Midorima yang asyik sendiri dengan mainan barunya "Ne, Midorima-kun."
Tidak. Momoi sudah bertahun-tahun mengenal seorang Midorima Shintarou dan ia tidak heran jika ada barang aneh menempel dengan temannya itu. Pasti jawabannya selalu "ini lucky itemku, nanodayo" .
"Hm?"
"Kau akan memberikan itu pada Akashi?"
Namun perhatiannya tertuju pada sebuah satu set baju santa yang terlipat dengan rapi di kantong belanja Midorima.
Blush!
Wajah sang vampire penembak spontan memerah.
"B-Bukan nanodayo! Untuk Akashi ada bawah ini nanodayo! Aku tidak mau di bakar hidup-hidup jika memberikan ini padanya!" jawab Midorima dengan gagap sambil memalingkan mukanya dari Momoi.
Lagi-lagi, Momoi hanya tertawa.
"Lalu itu untuk siapa?"
Wajah Midorima kian memerah,
"U-Untuk…" ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
"For Takao Kazunari and your little sister, perhaps?"
Suara bass yang familiar itu mengalihkan perhatian Momoi dan membuat ia membelakkan matanya.
"Kagami-kun dan Himuro-kun!"
"Yo!" sapa Kagami santai.
"Kalian, di sini juga?" pertanyaan retoris terlontar.
"Tentu. Memangnya hanya kalian, para vampire yang merayakan Natal? Aku juga!" Kagami sedikit sewot. Kemudian ia kembali memandangi Midorima.
"Oi, vampir lumutan! Ternyata kau juga bisa sweet ya, dibalik kepribadianmu yang sangat tsundere itu."
"B-bukan begitu nanodayo! A-Aku hanya ingin menjahilinya dengan memberinya hadiah yang aneh-aneh nanodayo. Pembalasan nanodayo!"
Tsundere.
Kata itu yang terlintas di benak keempat orang tadi yang mengelilingi Midorima.
"Whoops. Sudah hampir tengah malam. Taiga, kita harus cepat kembali ke Asosiasi agar tidak terlambat." Himuro Tatsuya menggeret adik angkatnya dan mengucapkan salam perpisahan kepada sekelompok vampire-human-look-a-like di depannya dan tersenyum penuh kerinduan pada Murasakibara Atsushi yang kembali memamah biak keripik kentangnya.
"Mmmh, Murochin…"
Langkah Himuro terhenti mendengar namanya disebut oleh orang yang sempat ia sayangi dulu, -mungkin sampai sekarang.
"Tahun baru nanti… Luangkan waktu untukku ya."
Himuro tertegun. Sangat jarang kalimat ajakan terlontar dari mulut vampir yang memiliki kepribadian seperti anak kecil ini.
Kemudian ia tersenyum,
"Tentu, Atsushi…"
-x-
Kedua manusia –vampir yang didorong secara paksa oleh Momoi ke sebuah toko kini sedang bergelut melawan arus manusia-manusia yang tengah berebut mengambil beberapa barang yang diberi diskon akhir tahun.
"Uh, Aominecchi aku kegencet."
Kise Ryouta, memiliki pekerjaan sampingan sebagai model, merasa beruntung identitasnya belum diketahui walau ia sedang berdesak-desakan dengan berpuluh-puluh manusia di sana. Mata coklat madunya yang di bingkai kacamata –demi menyembunyikan identitas- menyusuri seluruh toko mencari sosok tinggi berkulit tan yang tadi digeret masuk bersamanya.
"Aomi…"
Tiba-tiba ia merasa tubuhnya dipeluk dari belakang oleh seseorang yang nampaknya menggunakan sonido* demi menembus kerumunan tersebut.
"Yo maaf, aku tadi akhirnya sudah menemukan apa yang kucari dan langsung bayar. Kau menghilang sih, kukira kau sudah dikelilingi fansmu yang ribut meminta foto denganmu, Ryouta." Suara bass itu menyadarkan Kise siapa yang memeluknya dan menyingkirkannya dari kerumunan.
"Aominecchi, jangan main peluk-peluk dulu. Ini sudah hampir jam dua belas, nanti kita telat ke sana." Kise mencoba membebaskan tubuhnya dari tubuh kekar yang masih memeluknya dari belakang, bahkan hingga mereka berhasil keluar dari toko tersebut.
"Tidak akan, kau lupa kita bisa bersonido untuk sampai ke sana?" Aomine makin mengeratkan pelukannya dan perlahan menjilat leher Kise.
"Setidaknya… Berikan aku penawar dari rasa haus ini dulu…"
"Aominecchi jangan di sini!"
…
Bahkan, para vampire pun ikut memeriahkan semaraknya persiapan Natal di Tokyo. Walau mereka memiliki misi tambahan selain membelikan hadiah Natal bagi sanak keluarga dan orang-orang yang disayangi.
Memberikan kejutan special bagi Akashi Seijuurou, vampire yang jika dihitung dengan kalender orang awam, menginjak umur delapan belas tahun.
Sedangkan dalam kepercayaan vampire….
Ia sudah melepas masa kanak-kanak dan remaja.
Dengan kata lain…
Perayaan menginjak dewasanya seorang Akashi Seijuurou.
.
Yunouna Kyuketsuki no Sedai –Happy Birthday Akashi-kun!
Kuroko no Basket originally by Fujimaki Tadatoshi
Genre: family, friendship, romance, fluff
Warning: Future setting!A year and a half ahead from the original Yunouna Kyuketsuki no Sedai, bunch of new characters.
MAINLY Akakuro; (slight) Aokise, Midotaka, Murahimu, and OgiFem!Kuroko
Enjoy~
.
Lain kondisi yang mencarikan kado, lain lagi keadaan yang dicarikan kado.
Akashi Seijuurou masih bergelut dengan dokumen-dokumen yang diketahui sebagai Laporan Pertanggung Jawaban selama ia menjabat sebagai Ketua OSIS SMA Teikou setahun belakangan. Mata heterochromenya meneliti halaman demi halaman yang sudah disusun rapi oleh sang sekretaris, Momoi Satsuki.
Beberapa saat kemudian, Akashi menutup kertas-kertas yang sudah dijilid rapi itu, kemudian ia menghela nafas panjang dan menyenderkan tubuhnya di kursinya.
Ia menatap nanar ruang OSIS bercat biru muda yang sepi itu. Sama sekali tidak ada siapapun selain dirinya.
Akashi menutup matanya perlahan. Mencoba untuk mengistirahatkan manik heterochromenya yang sejak berjam-jam lalu sudah berkutat dengan kertas-kertas laporan.
Selagi menutup matanya, ia memikirkan kejadian-kejadian yang sudah terjadi selama setahun belakangan ini.
Tahun yang benar-benar melelahkan.
Akashi ingin menyimpulkannya dengan satu kalimat, maka itulah kalimat yang tepat.
Berbagai peristiwa yang memaksa ia untuk bekerja dengan ras hunter, nyaris merenggut nyawa beberapa orang yang ia sayangi, nyaris membuat ia kehilangan satu organ tubuhnya, sukses membuat Midorima yang biasanya berperingaian tenang langsung menjadi kalut dan gegabah. Nyaris membuat Aomine membunuhnya karena tidak bisa menyelamatkan Kise, dan ia sendiri hampir mati karena melawan…
"Seijuurou-kun? Kenapa masih di sini?"
Ah, namun dibalik semua peristiwa yang membuat ia harus berhadapan dengan tetua-tetua kolot dan para hunter, ada sebuah buah manis yang tumbuh di akhir cerita.
"Kau sendiri, kenapa masih di sini, Tetsuya?"
Kembalinya seorang Kuroko –Ah tidak. Akashi Tetsuya, adik kesayangannya ke sisinya.
Sosok yang juga masih menggunakan seragam Teikou itu menghampiri Akashi dan duduk di mejanya yang terdahulu.
"Sadar diri, kau sudah lengser Seijuurou-kun. Biarkan para junior yang menjaga Teikou sebagai OSIS yang baru." Kuroko –Akashi Tetsuya mengerutkan keningnya begitu melihat laporan pertanggung jawaban berada di depan kakaknya.
"Hmph, sayang sekali Kuroko Tetsuya. Aku perlu melakukan pengecekan terakhir sebelum aku serahkan para mereka dan kita tidak bisa merubahnya." Senyum tersungging di bibir tipis Akashi sebari menatap adiknya yang lagi-lagi mengerutkan keningnya.
"Tumben sekali kau memanggilku dengan marga itu…"
"Karena begitulah namamu di sini, Tetsuya sayang. Akan sangat merepotkan untuk memanipulasi ingatan semua yang orang yang mengenalmu dahulu sebagai 'Kuroko Tetsura' menjadi seorang 'Akashi Tetsuya' yang berarti kau adalah adikku. Lebih mudah hanya untuk mengubah menjadi 'Kuroko Tetsuya' yang hanya memanipulasi mereka mengenai jenis kelaminmu."
Twich.
"Seijuurou NII-SAMA, jaga omongan anda karena anda seakan-akan mengatakan bahwa saya adalah oknum transgender."
Seijuurou terkekeh. Ia berhasil menjahiili adik satu-satunya dan membuatnya jengkel. Tetsuyanya hanya memanggilnya dengan embel-embel 'Nii-sama' dan menggunakan kata-kata formal jika mereka tengah menghadiri sebuah acara resmi bersama orang tua mereka. Dalam kondisi lain, adalah ketika Tetsuya jengkel.
"Haha, warui Tetsuya. Oh, ngomong-ngomong, kau belum menjawab pertanyaanku tadi." Akashi beranjak dan duduk dengan tidak sopan di meja Tetsuya dahulu.
"Aku kesini untuk—Seijuurou-kun! Apa kau gila! Tetap menghidupkan AC di cuaca sedingin ini?"
Tetsuya memutar bola matanya dan tangannya perlahan mencari remote AC dan mematikannya. Nadanya datar, hanya saja bagi yang sudah biasa dengannya, ada tersirat nada kekhawatiran di sana.
Lagi-lagi, Akashi terkekeh dan mengacak surai biru langit milik sang adik. "Kau ini terlalu manusiawi, Tetsuya. Kita vampir, sejak lahir tubuh kita sudah dingin. Aku tidak pernah merasa kedinginan ataupun merasa terganggu oleh hawa panas yang biasa dikeluhkan oleh manusia. Kita hanya mengikuti cara berpakaian mereka untuk beradaptasi, Tetsuya." kata Akashi sambil menuntun tangan adiknya untuk memegang lehernya.
Ya, tentunya Tetsuya sadar betul akan hal itu.
Terlahir dalam keluarga Akashi dengan jarak satu bulan –akibat kesalahan di masa lalu- lebih muda dari sang kakak, tentunya Ia sangat aware akan keistimewaan mereka dari kaum manusia.
Mereka sama sekali tidak bisa merasakan kedinginan atau kepanasan karena syaraf mereka bisa dikatakan kurang bekerja dengan baik, nyaris tidak memiliki detak jantung, dan immortal.
Tetsuya tahu betul.
Teringat ia belum menjawab pertanyaan sang kakak, Tetsuya kembali dari lamunannya dan menarik tangannya yang memegang leher Akashi.
"Aku disuruh onee-sama untuk menjemputmu ke sini karena acaranya akan dimulai. Tentunya kau tidak ingin dicermahi tiga orang sekaligus kan?"
Oh iya,
Nyaris saja Akashi lupa.
Ia akan menginjak kedewasaan dalam beberapa menit kedepan dan sebagai salah satu anggota keluarga vampir yang paling berpengaruh sejak ratusan tahun lalu, adalah sebuah kewajiban untuk mengadakan sambutan atau pesta tentang hal itu.
Merepotkan.
Tapi,
Ia tidak bisa menentang budaya yang sudah diterapkan oleh leluhurnya.
"Seijuurou-kun?"
"Aku nyaris melupakannya,"
Tetsuya mengamit lengan kakaknya dan menampilkan email yang dikirim kakak tertua mereka.
"Tetsu-chan, cepat kembali. Ajak Sei-chan, sebelum hahaue 'on fire' dan memberi ceramah panjang pada kalian."
Seijuurou mengangguk-angguk, kemudian ia mengambil blazer putihnya yang sejak tadi tersampir di kursi yang ia duduki tadi.
"Baiklah, aku bersiap-siap sekarang."
"Aku tunggu di luar, Seijuurou-kun."
Saat Tetsuya hendak menggeser pintu dan keluar, kakaknya mengamit tangannya dan menariknya mendekat.
GREP!
Tubuh yang lebih mungil itu dipeluk oleh sang kakak. "Se-Seijuurou nii-sa.."
"Sssh, panggil aku dengan panggilan biasa, Tetsuyaku sayang."
Tetsuya memerah, ia sangat hapal dengan apa yang akan diminta oleh sang kakak jika ia mulai bermanja-manja begini.
"Se-Seijuurou-kun… Jangan di sini… Kita sudah…" perkataan Tetsuya terputus-putus karena wajahnya mulai memerah ketika jari-jari kakaknya menyusuri leher putihnya dan,
"ngh!"
Taring kehausan milih Akashi Seijuurou sudah menancap di leher sang adik.
"Terlambat…"
Hah. Kalau seperti ini, Tetsuya tidak bisa melawan.
Kakaknya adalah sosok yang egois. Jika ia meminta, maka harus dituruti. Tidak peduli situasi seperti apa.
Since I always win, I always right.
Kata-kata kesukaan kakaknya benar-benar mencerminkan kepribadian Akashi Seijuurou.
-x-
"Kalian terlambat lima belas menit, Akashi Seijuurou, Akashi Tetsuya."
Ketika mereka berdua tiba di mansion utama Akashi di Kyoto, hendak mengendap-ngendap dan berencana untuk masuk melalui baklon kamar Seijuurou, Akashi Tsurara, putri pertama pasangan Akashi Masaomi dan Akashi Shiori sudah duduk di ranjang Seijuurou sambil menyilangkan kaki dan menyilangkan tangannya di depan dada.
Mata heterochrome berwarna biru langit dan emas itu memandang kedua adiknya dengan tatapan tajam, mirip dengan Seijuurou. Balutan gaun panjang bermodel tube dengan perpaduan selendang sutra yang melingkari kedua lengan dan punggungnya serta rambut panjangnya yang sudah di tata sedemikian rupa seharusnya menimbulkan kesan anggun.
Namun di mata adik-adiknya, Akashi Tsurara tengah bertransformasi menjadi Ursula.
"Aku tebak, pasti Sei-chan memaksa untuk meminum darah Tetsu-chan karena dia kehausan dan kalian terhambat gara-gara itu?"
Skakmat.
Akashi dan Tetsuya hanya bisa mati kutu di depan kakak mereka ini. Perpaduan antara wajah manis warisan sang ibu yang menurun kepada Akashi Tsurara dan Akashi Tetsuya serta kepribadian yang absolut dan aura intimidasi yang kuat warisan sang ayah yang juga menurun padanya serta Akashi Seijuurou benar-benar membuat Akashi Seijuurou yang terkenal sadis dan susah tunduk pada orang lain, sekarang sukses memalingkan mukanya. Kesal karena rencana absolutnya untuk menyusup digagalkan total.
"Ma, Aku sedang tidak ingin ribut dengan kalian. Ibu sudah menunggumu di bawah, Seijuurou. Cepat bersihkan diri kalian dan berpakaian dengan ini." Perempuan yang secara fisik seperti umur dua puluh lima tahun itu beranjak dari tempat tidur king size adiknya sebari mengangkat dua set tuxedo dengan model yang nyaris sama –hanya berbeda warna kemeja dalaman- dan menyerahkan pada masing-masing empu.
"Lima belas menit, langsung menuju aula utama dan menyambut para tamu. Tetsu-chan, segera ke kamarmu."
Akashi Seijuurou ditinggal sendirian di kamarnya oleh kedua saudaranya.
Sementara itu, kedua Akashi bersurai biru langit yang baru saja keluar dari kamar Seijuurou nampak tengah mendiskusikan sesuatu.
"Tsura-nee, sudah menyiapkan hadiah untuk Seijuurou-kun?" tanya Tetsuya pada kakaknya.
"Mmh, sudah. Satsuki-chan juga sudah mengontakku dan berkata ia serta yang lain akan memberi kado juga."
Tetsuya terdiam.
Ketika ia sampai di depan pintu kamarnya, Tetsuya memegang pundak kakaknya.
"Ada apa, Tetsu-chan?"
Gadis itu menatap balik sang adik yang biasa dikatakan orang-orang sebagai 'kembar-identik-beda-kelamin'
"Tsura-nee, mau kah kau membantuku?"
Merasa aneh dengan nada Tetsuya, ia membalikkan badannya sehingga sekarang ia berhadapan dengan sang adik.
'Aku ingin…'
Oh.
Tsurara nyaris melupakan keahlian mereka berdua yang bisa menggunakan telepati.
"And you would like to do that in the place of…?" tanya Tsurara dengan nada gelid an senyum terpatri di wajah manisnya.
"In the place of Akashi Seijuurou's fiancée."
"Fine, I'll help you."
.
.
.
Part 1 from 2
.
.
.
I'm sorry, I posted this fic a day after Akashi's real birthday LOL XD
Aku bagi pula, hahaha biarlah, persetan XD /ditendang Akashi bersudara/
Jadi… Ini settingannya aku pakai alur Yunouna Kyuketsuki no Sedai (ada yang ngikutin? :p) , namun ini yang future, jadi sudah masa-masa tenang dan gaada lagi pertumpahan darah, yey! *salute*
Mungkin udah keliatan ya ending dari YKS sendiri bakal kayak gimana dari fanfic ini.
Jadi… Semoga kalian menikmati, dan mungkin part dua akan lebih pendek karena disitulah klimaks(?) dari semua ini hahaha.
Maaf jika ada typo, kata-kata yang kurang berkenan, dan kalau bisa aku akan lanjut nanti malem ^^ So…
Thanks for reading, please let us know if you were here by leaving comment in the review box,
And the last..
Happy belated b'day Akashi Seijuurou!
Much love, Shizuka miyuki
