Disclaimer:
Naruto : Masashi Kishimoto
High School DxD : Ichiei Ishibumi
.
.
.
Unexpected Ring
By Hikasya
.
.
.
Chapter 1. Mengantar pulang
.
.
.
"Naruto! Tunggu!"
Seorang gadis berambut hitam mengejar seorang laki-laki. Ia berhenti di saat laki-laki berambut pirang itu hendak naik ke sepeda.
"Hm, Kuroka. Ada apa ya?"
Namikaze Naruto, menoleh ke arah Toujou Kuroka. Gadis itu tersenyum seraya menyerahkan sesuatu pada Naruto.
"Ini. Kamu menjatuhkannya di lorong tadi."
Menatap sesuatu yang berada di genggaman Kuroka, Naruto terkesiap. Kemudian Naruto buru-buru menyambar sesuatu itu dengan debaran jantung yang memuncak.
"Terima kasih karena kamu mengembalikan bukuku ini. Untung saja, aaah," ucap Naruto menghelakan napas seraya tersenyum. "Hari ini, rencananya aku belajar kelompok bersama temanku untuk mengerjakan makalah Bahasa Inggris ini."
"Oh. Begitu ya. Syukurlah karena aku mengembalikan bukumu pada waktu yang tepat."
"Ya."
Tawa yang mengembang, tercetak di wajah Naruto yang berseri-seri. Dengan segera, ia memasukkan buku cetak itu ke dalam tasnya.
"Sudah ya. Aku pulang dulu. Ja nee."
"Ja nee, Naruto."
Kuroka melambaikan tangan pada Naruto. Naruto hanya mengangguk seraya naik ke sepeda.
Dalam hitungan detik, sepeda yang dikendarai Naruto, melaju kencang meninggalkan halaman kampus yang masih dikerumuni orang-orang.
.
.
.
Sore itu, di kediaman Naruto, terdengar ketukan pintu yang berlangsung sebanyak tiga kali.
TOK! TOK! TOK!
Naruto yang baru saja selesai mandi dan berpakaian, bergegas turun dari kamarnya yang terletak di lantai dua. Kakinya yang tidak memakai alas, menuruni tangga dengan bunyi yang keras.
"Ya, sebentar," kata Naruto yang membuka pintu.
KLAK!
Pintu terbuka. Seorang gadis berambut putih berdiri di dekat pintu. Ia berwajah datar dengan suara yang juga datar.
"Halo," sapa Toujou Koneko.
"Halo juga," balas Naruto.
"Kita jadi, 'kan belajar kelompok di sini?"
"Jadi kok. Ayo, silahkan masuk, Koneko-chan!"
"Hn."
Koneko yang merupakan teman sejurusan Naruto, masuk ke dalam apartemen milik Naruto. Ia melewati Naruto lalu Naruto menutup pintu. Mereka berjalan beriringan hingga tiba di ruang tamu.
"Kita belajar di sini saja," ucap Naruto yang tersenyum. "Kamu duduk di sini dulu. Aku mau mengambil laptop-ku di kamar. Tunggu ya."
"Hn," sahut Koneko yang masih berdiri. Ia memandang kepergian Naruto dengan wajah yang merona merah.
Sejujurnya, Koneko diam-diam mencintai Naruto, yang menjadi teman dekatnya selama di kampus. Namun, Naruto lebih dekat dengan Kuroka, kakaknya Koneko. Ia tidak tahu kalau Naruto mencintai Kuroka.
Dan sekarang ia berharap perasaannya ini tersampaikan pada Naruto. Rencananya, ia akan mengungkapkan isi hatinya itu pada Naruto, namun perasaan malu terus menghalangkan niatnya itu. Karena terbayang-bayang Naruto akan menolak cintanya.
Tidak. Kamu harus memberanikan dirimu untuk menyatakan perasaan ini pada Naruto. Ayo, lakukan, Koneko!
Kata-kata penyemangat yang terlontar dari pikirannya, mampu membuatnya sedikit terhibur. Ia pun membayangkan bagaimana indahnya jika ia merajut kasih dengan Naruto. Pasti membahagiakan sekali.
"Koneko, ayo kita mulai belajar sekarang!" ajak Naruto yang tiba-tiba membuat Koneko kaget setengah mati.
Lamunan Koneko dengan fantasi indahnya jika ia dan Naruto saling mencintai, menjadi buyar seketika. Ia melihat Naruto yang menenteng laptop, kedua pipinya merona tipis seraya menundukkan kepalanya.
"A-Anu, kamu bilang apa tadi?" Koneko tergagap.
"Kita mulai belajar sekarang," ulang Naruto.
"Oke."
Setelah mendapatkan persetujuan dari Koneko, Naruto tersenyum. Ia duduk bersila di lantai dan meletakkan laptop di atas meja berkaki rendah. Koneko duduk bersimpuh, berhadapan dengannya dengan dibatasi meja sebagai pemisah di tengah mereka.
"Kamu sudah mendapatkan bahan-bahan untuk presentasinya, Koneko-chan?"
"Sudah. Ini."
Koneko mengeluarkan beberapa buku pelajaran dari tasnya. Buku-buku itu ditumpuk menjadi satu seperti gedung lalu diletakkan di atas meja. Naruto bengong karena melihat buku-buku menjulang tinggi itu.
"Banyak sekali. Tebal-tebal lagi."
"Ya. Aku bersusah payah meminjamnya dari beberapa kenalanku."
"Kita, 'kan hanya membuat makalah Bahasa Inggris yang membahas tema cerita dongeng."
"Iya. Tidak ada salahnya, kan, membaca semuanya."
"Huh, ya sudahlah."
Wajah tampan itu berubah menjadi sewot. Koneko sedikit tersenyum menyaksikan Naruto yang melototinya. Hal itu menjadi kesan terindah di hatinya.
Dengan begini, aku bisa bersamamu selama mungkin, Naruto-kun, batin Koneko.
Mereka pun terdiam dalam keheningan. Berfokus untuk mengerjakan tugas kelompok yang hanya beranggotakan dua orang saja.
.
.
.
Tepat pada pukul 10 malam, tugas kelompok Naruto dan Koneko selesai. Naruto mengantarkan Koneko sampai di sebuah halte bus. Halte bus tersebut terletak tak jauh dari apartemen Naruto.
"Hei, kamu serius mau pulang sendirian?" tanya Naruto yang khawatir.
"Iya. Bus terakhir biasanya akan lewat jam segini," jawab Koneko yang celingak-celinguk.
Tapi, biarpun mata kucing Koneko mencari Bus yang ditunggunya selama satu jam, tidak menunjukkan tanda-tanda kedatangan Bus. Hanya terlihat, satu persatu kendaraan yang lewat di jalan raya itu. Cahaya terang dari lampu-lampu jalan yang berbaris-baris rapi di sepanjang trotoar, menerangi jalan sehingga para pengendara bisa melihat jalan dengan jelas.
"Aku tidak yakin," Naruto bersidekap dada seraya memandang ujung jalan yang sepi.
"Kenapa?" Koneko heran. Ia menatap Naruto dengan serius.
"Karena hari ini hari Sabtu. Semua angkutan umum biasanya akan selesai beroperasi di jam 8 malam."
DOOONG!
Wajah Koneko menggelap. Naruto yang duduk di sampingnya, heran melihatnya.
"Kamu kenapa, Koneko-chan?"
Koneko mengangkat kepalanya. Jelas sekali ekspresi panik tertangkap dari wajahnya yang selalu datar. Suaranya terdengar menggelegar hingga mengguncang tempat itu.
"Yang benar, Naruto?"
Orang yang ditanya, hanya mengangguk pelan. Koneko terdiam, menghelakan napas seraya memegang erat tali tasnya dengan dua tangannya. Gumaman pelan terdengar pelan dari bibirnya.
"Ah, bagaimana ini? Tidak mungkin, kan, aku pulang sendirian."
Naruto bisa mendengar perkataan Koneko yang nyaris pelan itu. Ia memegang pucuk kepala gadis berambut putih itu.
"Tidak usah mencemaskan itu. Aku bisa mengantarmu pulang. Itu jika kamu mau sih."
Kornea biru tertuju pada kornea emas itu. Si empunya kornea emas, dengan cepat menyahut, "Aku mau."
Senyuman seindah pelangi, melengkung di wajah Naruto.
"Baiklah. Tunggu di sini. Jangan kemana-mana dulu. Aku ambil sepedaku dulu ya."
"Ya."
Koneko mengangguk dengan senang. Puncak kepalanya dielus pelan oleh Naruto. Laki-laki berambut pirang itu beranjak dari bangku kayu, berlari secepat kilat menuju apartemennya. Koneko memandang kepergiannya, dengan hati yang melonjak girang.
Beberapa menit kemudian, sepeda berwarna jingga kehitaman berhenti di tepi jalan, tepatnya di halte bus, dimana Koneko menunggu. Naruto duduk di atasnya, melemparkan senyum terbaik untuk Koneko.
"Ayo, naik! Aku akan mengantarmu pulang dengan selamat sampai di rumahmu," ucap Naruto yang menunjuk ke belakangnya.
"Hn," sahut Koneko yang langsung duduk di bangku yang terletak di atas ban belakang sepeda Naruto. Ia merangkul perut Naruto dari belakang.
"Pegang yang kuat ya, Koneko-chan."
"Iya."
"Baiklah, kita jalan sekarang."
Seperti pembalap sepeda profesional, Naruto mengebutkan sepedanya. Koneko yang berpegangan kuat pada pinggangnya, menjerit kencang saking takutnya saat merasakan guncangan hebat tatkala sepeda melaju kencang.
"Kyaaa! Naruto! Jangan kencang-kencang! Aku takut!"
Deru angin yang sangat kencang, membuat rambut dan pakaian dua anak manusia berbeda gender itu, berkibar-kibar seperti bendera. Naruto memperlambat jalan sepedanya ketika mendapatkan semprotan protes dari Koneko. Ia tahu bahwa Koneko takut sekali jika sepeda dikebutkan seperti ini. Alhasil, membuat Koneko semakin memeluknya dengan kencang.
Menanggapi reaksi Koneko, Naruto hanya tertawa. Pandangannya selalu lurus ke depan. Memperhatikan jalan yang mulai sepi karena hanya dilewati beberapa kendaraan. Orang-orang masih terlihat hilir-mudik di trotoar. Kebanyakan dari mereka adalah pasangan yang sedang kencan pada malam minggu.
Sadar dengan fenomena biasa yang terjadi di setiap malam minggu, membuka mata Naruto lebar-lebar. Ia ingin merasakan apa yang dirasakan oleh pasangan kekasih itu.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
A/N:
Cerita buat seseorang.
Rabu, 27 Maret 2019
