Caught by a Fate

...

Weasley Twins x Reader

Warning: Typo(s), Sad Ending, AU

Disclaimer: J. K. Rowling

...

Prologue

...

(Y/N) Lestrange membaringkan tubuhnya yang terasa kosong di hamparan rumput dengan berpayungkan awan yang saling berarak. Siang ini udara cukup dingin, tidak seperti biasanya –malah, kemungkinan besar akan segera turun hujan. Tapi, justru karena itulah (Y/N) memilih untuk menghabiskan waktu di luar kastil, bergelut dengan rumput-rumput nakal yang terus-menerus mencondongkan tubuh mereka ke depan dan belakang, membuat kulitnya yang sensitif menjadi gatal.

Sementara itu, angin sibuk bermain-main dengan untaian anak rambut yang tadinya bertugas untuk membingkai wajah (Y/N), sesekali mencoba untuk membuat matanya menjadi terasa perih sehingga ia harus memejamkan kelopak matanya dan berakhir dengan dikalahkan oleh rasa kantuk. Namun, (Y/N) tak mau kalah dengan angin, sehingga ia mencoba untuk mengakali rasa kantuknya dengan mengintip melalui celah-celah kakinya, melihat suasana Hogwarts yang ramai dengan banyaknya siswa yang berlalu-lalang tak karuan.

(Y/N) menghela nafas, bersyukur karena setidaknya ia masih dapat menikmati hari-hari penuh kedamaian seperti ini di tengah hidupnya yang kacau –setidaknya, itu adalah apa yang ia pikirkan sesaat sebelum suara kembang api terdengar, membuatnya terlonjak kaget.

Beberapa kembang api kecil bergerak ke berbagai arah –entah kenapa, (Y/N) lebih suka menyebutnya dengan 'menggila' –dan memecah sentak angin sejuk yang berkumpul di situ, membuyarkan segalanya. Segalanya.

(Y/N) segera beranjak dari posisinya, menghindari banyaknya kembang api yang menggila, seolah ketagihan –atau mungkin terobsesi –untuk mendengarnya menjerit karena terkena salah satu di antaranya. Dan, ya. Sesaat setelah itu, sebuah kembang api meluncur dengan cepat, berbelok dengan gesit mengikuti gerak tubuh (Y/N), dan berakhir dengan masuk ke dalam roknya. Ke dalam roknya.

"Aaaahhh!" (Y/N) memekik, berusaha menyingkirkan kembang api nakal yang menikmati kunjungan di dalam roknya. Tidak terasa sakit, namun terasa geli. Sontak, wajah (Y/N) memerah, memikirkan bahwa kembang api itu pasti dimantrai oleh siswa mesum yang usil. Dan kemungkinan besar, siswa itu sedang memantaunya, menertawakan kebodohannya.

(Y/N) berusaha memutar otaknya, mengingat-ingat mantra apa yang dapat digunakan dalam situasi ini. Namun, sebelum ia dapat mengingat suatu mantra, kakinya tersandung oleh batu tatkala ia mencoba untuk lari, membuatnya jatuh terjerembab ke depan dengan wajah yang sukses mencium kasarnya tanah.

Bunyi debaman kecil terdengar, disusul oleh suara tawa. (Y/N) memicingkan mata, mendengar bahwa suara tawa itu tidak berasal dari satu orang, namun dua orang. Setelah menangkap fakta tersebut, ia dengan cepat mengetahui siapa pelakunya.

"Hei, kami minta maaf..." ucap salah satu dari mereka, sengaja menggantung kalimat tersebut di udara.

"... Karena kami mengacaukan hari damaimu," lanjut yang lain, menyelesaikan kalimat yang tadinya menggantung di udara.

(Y/N) menghela nafas. Ia dengan cepat bangkit dari posisinya dan mengusap pipinya yang kotor oleh tanah. Untung saja kali ini tidak terlalu kotor, sehingga ia bisa membuat wajahnya bersih kembali dengan cepat.

"Hei, kami minta maaf!" ucap suara di belakangnya secara bersamaan, rupanya tidak terima karena (Y/N) tidak menanggapi permintaan maaf mereka yang sebelumnya.

"Iya, iya," balas (Y/N) ogah-ogahan, sebisa mungkin tidak ingin memprotes atau membalas dengan kalimat yang menusuk yang dapat memancing masalah berkepanjangan, walaupun sebenarnya ia merasa marah, sangat marah, karena mereka memantrai kembang api tadi untuk memasuki roknya. Terlebih lagi, mereka hanya minta maaf karena wajahnya yang kotor, dan tidak meminta maaf lagi untuk kasus kembang api.

Fred dan George Weasley, siapa yang tidak kenal dengan duo pembuat masalah di Hogwarts ini? Mereka begitu populer di kalangan siswa, yang membuat (Y/N) merasa aneh karena sifat pembawa masalah mereka justru dinilai lucu dan menghibur. Demi Merlin, apa yang salah dengan otak para penyihir akhir-akhir ini? Maksudnya –apa tiap hari mendapat detensi, membuat siswa lain menderita, dan tertawa akan kejahatan-kejahatan mereka yang sukses itu adalah sesuatu yang menghibur? Tolonglah, tolong, kepada siapa pun yang menciptakan alam ini, agar mengembalikan selera humor para penyihir, jika ini memang merupakan balasan karena para penyihir jarang berdoa.

Selagi (Y/N) berkutat dengan pikirannya sembari membersihkan sisa-sisa tanah di wajahnya, salah satu dari duo kembar itu membuka mulut –(Y/N) tidak mengetahui siapa itu karena ia tak dekat dengan mereka sehingga tidak tahu perbedaan mereka.

"Hei, rasanya kami pernah melihatmu? Tapi kau benar-benar jarang kami temui," ucap pria-yang-disangka-Fred.

"Apa kau dari tahun kedua?" lanjut pria-lain-yang-disangka-merupakan-George.

"Siapa namamu?" ucap mereka berdua pada akhirnya, bersamaan.

(Y/N) melirik mereka berdua sesaat, "(Y/N)."

"Hanya (Y/N) saja?"

"Kau tak punya nama keluarga?"

"Maaf jika aku kurang sopan, tapi kurasa itu tidak diperlukan karena kita hanya akan bertemu sekali. Belum tentu jika kalian bisa menemuiku lagi. Selain itu, kita tidak akan menjadi teman dekat, jadi jika bertemu lagi pun, kurasa mengetahui nama panggilan saja sudah cukup," ucap (Y/N) setelah memastikan bahwa wajahnya sudah benar-benar bersih.

Mendengar itu, pria-yang- disangka-merupakan-George menaruh tangannya di dada, bertingkah seolah baru dilukai, "Awh, sakit sekali mendengar komentarmu yang dingin itu. Sangat menusuk bagi kami yang selalu menerima siapa pun dengan tangan terbuka."

Melihat reaksi pria-yang-disangka-George, (Y/N) sebenarnya tertawa geli di dalam hati. Namun, ia tak ingin terlihat terhibur oleh tingkah mereka, enggan mengakui bahwa duo pembuat masalah itu memang lucu dan menghibur, sehingga yang keluar hanyalah seulas senyum miris tanpa untaian kata.

Tanpa diduga, sebuah tangan meraih pinggangnya, memperdekat jarak di antara (Y/N) dan si-pemilik-tangan dalam konteks persahabatan, "Jadi, kau masih tak mau memberitahukan nama keluargamu? Kami sangat penasaran, kau tahu. Apa nama keluargamu merupakan nama yang lucu? Seperti nama merek sampo keluaran terbaru?"

(Y/N) tersenyum tipis (masih mempertahankan egonya agar tidak terlihat seolah terhibur oleh duo kembar) sambil menyingkirkan tangan pria-yang-disangka-Fred dari bahunya dan mengirimkan tatapan yang seolah mengatakan 'aku-seorang-gadis-sedangkan-kau-seorang-pria-jadi-tolong-jangan-menyentuhku'.

"Aku ragu kalian masih sudi menyebutku sebagai seorang teman setelah mendengar nama keluargaku. Banyak dari mereka yang mendengar nama keluargaku segera mengernyit–"

" –Karena menyadari bahwa nama keluargamu benar-benar mirip dengan nama merek sampo?" potong pria-yang-diduga-Fred, membuat (Y/N) menganga, tidak percaya bahwa ia masih berlaga sok tidak kenal terhadapnya dan berusaha untuk menjadi temannya dengan cara membuat lelucon mengenai nama keluarganya.

"Oh, Demi Merlin, berhentilah berbohong. Aku paham bahwa kalian sudah tahu siapa nama keluargaku," desis (Y/N), mencoba menghindari topik yang bisa memancing lelucon.

"Apa? Kau meminta kami menebak nama keluargamu hanya dengan pentunjuk bahwa nama itu mirip dengen merek sampo?"

"Hey, Fred, kupikir ada kemungkinan lain bahwa nama keluarganya diambil dari merek sabun."

"Ah, begitukah? Kalau begitu sama saja kita tak punya petunjuk karena kemungkinan besar nama keluarganya juga diambil dari merek produk lain."

"Ya, benar-benar keadaan yang penuh dengan keputusasaan."

(Y/N) mengernyit, merasa terganggu karena duo kembar tersebut masih berlaga tidak tahu, "Aku rasa semua orang tahu tentang anak dengan selera pakaian yang aneh (mengerling ke arah seragamnya sendiri), yang selalu diekori oleh Draco Malfoy ke mana pun ia pergi, yang dibenci oleh hampir dari seluruh siswa karena orangtuanya merupakan tahanan di Azkaban, dan makin dibenci karena ia dianggap sok baik dan sok pintar," ucap (Y/N), memperjelas semuanya secara blak-blakan.

Fred dan George membisu sesaat. Sekilas, (Y/N) dapat melihat sesuatu seperti rasa kasihan pada mata mereka. Dalam hati, ia merasa puas karena ia mendapatkan rasa simpatik. Memang seperti ini lah, ia sering mengucapkan bahwa ia orang yang busuk, tentang kejelekan-kejelekannya, atau bahkan penderitaannya, agar orang lain berpikir bahwa dia pantas dikasihani. Memang seperti inilah sifatnya. Meskipun ia sadar bahwa ia benar-benar busuk, di sisi lain ia berharap bahwa ia tidak memiliki sifat-sifat tersebut, dan sisi lainnya mengatakan bahwa lebih baik mempertahankan sifat-sifat tersebut agar ia bisa dikasihani lagi. Membingungkan, 'bukan? Yah, memang. Bahkan, ia sendiri tak mampu memahami sifatnya.

"Kalian tahu? Kalian adalah pembohong yang buruk," ucap (Y/N), menutup percakapan sembari berlalu, meninggalkan duo kembar yang masih membisu di belakang.

Sayup-sayup, terdengar suara dari mereka, berusaha menyambanginya dari kejauhan. Namun, (Y/N) berpura-pura tuli dan melanjutkan perjalanannya, mengabaikan puluhan mata yang tiba-tiba menatapnya aneh ketika ia melewati lorong-lorong kastil.

0o0o0o0o

A/N: Yaaaaay! Entah apa ini yang saya buat. HP udah selesai seabad/ya gak seabad/ lalu dan saya ngehype lagi lalu baru menyadari pesona si kembar ini, jadi saya tulis ff saja tentang mereka. Lav lav~ /gg

Cerita ini alurnya agak dipercepat, cuma fokus ke momen-momen penting mereka bertiga aja yang dimulai dari tahun keduanya si (Y/N). Oh, ya, (Y/N) seangkatan sama Harry dkk. Jadi, di chapter ini Fred sama George ada di tahun keempat uwu

Ok, jujur aja saya ngga terlalu peduli sama jumlah review dan yang lainnya. Setelah move on dari fandom DxD dan Naruto, saya sadar saya cuma pengin ngalirin ide liar saya ke dalam bentuk tulisan. Yah, jadilah ini ff yang entah bakal selesai apa enggak /ya situ niat apa enggak

Ok, makasih yang udah mau baca, bahkan ngereview ceritaku yang satu ini. Semoga aku bisa update chapter selanjutnya. See ya /kissu readers