~o~o~o~

Rin mencoba menyembunyikan fakta bahwa dia adalah anak Satan dari teman-temannya. Tapi, bukan hanya hal itu saja yang dia sembunyikan. Bahkan Mephisto dan Yukio saja tidak menyadarinya. Bahwa dia adalah seorang wanita. Fem!Rin.

~o~o~o~

Disclaimer : I do not own Ao No Exorsist.

~o~o~o~

Bukannya Rin tidak suka menjadi wanita.

Tidak, sungguh. Dia baik-baik saja menjadi wanita. Tapi, dengan semua pertengkaran dan perkelahian, kelihatannya tidak ada satupun yang menyadari bahwa dia adalah wanita.

Mungkin itu karena kekuatannya yang hebat, sikapnya yang kasar, dan gayanya berbicara yang meniru laki-laki.

Dia sama sekali tidak keberatan, karena itu dia membiarkan yang lainnya berpikir dia adalah laki-laki.

Orang-orang dari biara dan ayahnya tidak terlalu peduli dengan sikapnya. "Yang penting adalah kau menjadi dirimu sendiri," begitulah kata mereka.

Sebenarnya ini juga menyakitkan (Terutama karena dia selalu diteriaki setiap memasuki kamar mandi umum wanita). Ada juga momen-momen saat dia menyesali apa yang dilakukannya.

Dan saat ini adalah salah satu dari momen itu.

~o~o~o~

"Apa yang sebenarnya kau bicarakan, Nii-san?"

Luar biasa. Hanya dengan kata-kata, Rin mampu membuat wajah Yukio kebingungan. Itu adalah hal yang jarang terjadi.

Ini juga adalah salah satu alasan kenapa Yukio sangat mengaguminya. Tunggu sebentar! Sekarang bukan saatnya untuk kagum!

Rin menghela nafas. "Aku bilang seorang wanita tidak seharusnya sekamar dengan pria. Aku tau kita saudara dan kau ingin selalu mengawasiku, tapi bukankah ini sudah keterlaluan?"

"Nii-san, aku bukan seorang wanita."

Rin mengangkat satu alis. "Memang, karena itulah kita seharusnya tidak sekamar."

Yukio merasakan tenggorokannya mengering. Di bangunan tua ini hanya ada mereka berdua. Jika Yukio bukanlah orang yang dia maksud berarti-

"Nii-san, kau seorang wanita?"

"Selamat karena telah memecahkan teka-tekinya, jenius," Rin memutar mata.

"Tapi kau membiarkanku memanggilmu dengan sebutan Nii-san!"

"Karena panggilan itu terdengar keren! Dan bagaimana bisa kau tidak menyadari saudaramu sendiri adalah seorang wanita?!"

"Uh..."

Yukio melihat Rin dari atas ke bawah. Tidak mungkin kakaknya adalah seorang wanita. Penampilannya sama sekali tidak berkata demikian.

"Kalau begitu jawab pertanyaanku, Nii-san," Yukio menunjuk ke seragamnya. "Kenapa kau selalu menggunakan baju laki-laki?"

"Aku tidak suka memakai baju wanita."

"Karena inilah aku tidak pernah menyadari kau adalah seorang wanita," Yukio menghela nafas. "Apa Tou-san mengetahuinya?"

Mata Rin menyipit. "Dia ayah kita."

"Dan aku adalah saudaramu! Kenapa kau tidak memberitauku?!"

"Bagaimana bisa aku tau bahwa kau tidak tau?!" Rin menghela nafas. Untuk kesekian kalinya. "Sudah cukup. Aku mau tidur. Selama kau tidak mencoba melakukan hal aneh, kurasa tidak apa-apa jika kita sekamar. Aku akan berganti baju di kamar mandi. Jangan mengintip, paham?"

"Aku mengerti. Aku akan menyelesaikan laporanku dulu."

Tapi malam itu, laporannya tidak selesai. Pikirannya terlalu dipenuhi dengan apa yang dikatakan kakaknya, selain itu-

Suara dengkuran lembut memenuhi ruangan. Wajah Yukio memerah. Oke, jadi Rin tidak berbohong. Karena sebelumnya Rin selalu berpenampilan laki-laki, dia tidak pernah menyadarinya, tapi sekarang kakaknya memakai kaos biasa yang membuat lekuk tubuhnya dan tonjolan di dadanya lebih terlihat.

Yukio memukulkan kepalanya ke meja. Benar-benar memalukan. Bagaimana bisa dia tidak menyadari hal yang sudah sangat jelas ini?

Mungkin ini adalah karma dari Tuhan karena sudah menyembunyikan fakta bahwa dia adalah seorang exorcist dari kakaknya.

~o~o~o~

A/N : Ide ini entah muncul dari mana. Mau dilanjutkan?

Please Give Me Your Review!