Title: Golden Leaf
Author: Hoshi Yutaka
Genre: fantasy
Rating: PG
Warnings: none
Disclaimer: those OFC are mine, but the bishies aren't mine. Just go and fuck em. I don't need them except for my fanfic character.
Starring (main cast):
Katherine Hope: 16 tahun. Cewek yang gampang bosan dan keras kepala
Ruth dan Mia Hope: sepupu Kate. Agak tomboi. Supel, banyak tingkah, tapi baik
Yutaka brothers:
Kai: walaupun tampangnya keliatan innocent dan cool, tapi dia cuek dan agak kasar. Dia anak bungsu dari keluarga Yutaka
Aoi: kakak tertua. Nggak pernah bisa diem. Sayang dan care sama adik-adiknya
Akito: kakak kedua Kai ini cenderung pendiam dan misterius. Orang-orang berpikir dia menyebalkan karena dia kurang merespon kalau setiap kali orang menyapanya.
Shou Yutaka: sepupu Yutaka brothers. Sangat ramah dan banyak bicara. Terutama kalau bertemu dengan orang baru
Saga: kakak kedua Shou. Periang dan pintar bermain alat musik
Makiko: kakak perempuan Shou dan Saga. Cewek ini juga sebagai 'ibu' buat Yutaka bersaudara dan 2 adiknya. Karena dia dewasa, pintar memasak, dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dia bekerja part time di sebuah supermarket di Dundalk. dia mahasiswi.
Reina: ratu peri penguasa Domhan. Dia menyukai Saga, tapi dia tidak bisa bilang
Nao, Ruki, Keiyuu: trio dwarf yang berisik namun baik hati. Mereka membantu Kate dan kawan-kawan untuk pergi ke istana es
Leda: dryad yang cantik dan mempunyai suara yang merdu. Ramah tapi gampang bosan.
Uruha: mermaid cantik(?) yang ngebantuin geng manusia
Sang penyihir mulai mengeluarkan sihir dari tongkat ajaibnya. Dia menyihir seluruh dunia menjadi kering dan tidak berwarna. Semua berwarna hitam dan abu-abu.
Sinar matahari yang cerah tidak lagi menampakkan cahayanya karena awan hitam dan tebal menghalanginya. Bunga-bunga layu karena tidak ada air. Hewan-hewan kelaparan karena padang rumput berubah menjadi padang pasir yang luas dan tanpa ujung.
"lihat? Inilah akibatnya kalau kau berani menentang perintahku!" kata sang penyihir kepada penyihir yang satunya.
Penyihir yang lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa itu hanya diam. Dia tidak bisa dan tidak akan mau memberikan apa yang diinginkan oleh penyihir jahat.
"berikan aku daun-daun emas dari pohon milikmu, penyihir tua!" kata si penyihir jahat.
"sudah kubilang, aku tidak akan memberikannya padamu!" penyihir tua itu tetap menolak. Pohon berdaun emas yang dikatakan penyihir jahat itu adalah titipan dari sang Ratu Peri. Peri itu meminta si penyihir tua menjaga pohon itu dengan segala kekuatannya agar jangan sampai ke tangan orang jahat. Karena, setiap helai daun emas mempunyai kekuatan yang hebat sehingga membuat siapapun yang memetiknya bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan.
Selama beratus-ratus tahun, si penyihir tua bisa mencegah orang-orang jahat yang mencoba memetik daun dari pohon itu dengan kekuatannya. Tapi, begitu sang penyihir jahat datang dan mencoba mengambil semua daun itu, dia tidak bisa melawannya. Karena kekuatannya lebih hebat daripada dirinya. Bahkan sang Ratu Peri saja tidak sanggup melawannya.
"huh! Kurasa, kalau aku terus memaksamu seperti ini, kau tidak mungkin akan memberikannya padaku. Maka dari itu..." sang penyihir jahat pun diam. Dia memejamkan matanya. Membisikkan sebuah mantra kutukan.
"hahaha! Anakmu yang selalu kau banggakan itu akan sakit! Dia tidak akan sembuh kecuali kau menyerahkan semua daun-daun emas itu padaku!" si penyihir tertawa jahat.
Penyihir tua hanya bisa menangis. dia tidak bisa membayangkan anaknya yang cantik, ceria, dan usianya baru menginjak beberapa bulan sakit-sakitan.
Si penyihir jahat lalu berkata, "aku akan kemari dan mengambil semua daun ini! Dan kalau kau sampai menghalangiku lagi, maka kau akan mati!" kemudian, penyihir itu menghilang. Meninggalkan sisa kejahatannya pada padang rumput yang sudah layu dan berubah menjadi pasir.
Penyihir tua itu menangis. dia ingin menjaga amanat dari sang Ratu Peri. Tapi dia juga tidak mau melihat anaknya sakit-sakitan karena kutukan penyihir jahat.
Disaat dia menangis, sang Ratu Peri datang menghampirinya.
"maafkan aku, penyihir yang baik... karena aku anakmu menjadi terkena kutukan sang penyihir." Sang Ratu Peri menyesal.
"tidak apa, Yang Mulia..." jawab si penyihir.
"sebagai gantinya, demi keselamatan dunia ini, akan kupulihkan segala kerugian yang dibuat oleh sang penyihir jahat.
Maka sang Ratu, dengan ilmu sihirnya, mengubah kembali semua tanaman yang layu, sungai yang kering, dan padang rumput seperti semula. Tapi, bagi Ratu, semua ini belum cukup.
"semua ini masih akan dirusak lagi oleh sang penyihir kecuali kalau ada yang bisa menghentikannya." Kata Ratu.
"siapa yang bisa menghentikannya, Yang Mulia? Anda sendiri bahkan tidak bisa mengalahkannya."
"aku mendapat penglihatan, wahai penyihir. Akan ada yang akan menyelamatkan dunia kita dari sang penyihir. Kita tunggu saja sampai saatnya tiba. Dan untuk anakmu, ada obat penyembuhnya. Dengan buah pir yang tumbuh di puncak gunung tempat kediaman sang penyihir jahat."
"tapi, tidak ada satupun yang berani pergi kesana, Yang Mulia! Mustahil sekali!"
"aku tahu itu. tapi, kita tunggu saja orang yang menyelamatkan dunia kita. Dia juga datang untuk menyembuhkan anakmu."
