My Future Prince

Disclaimer : All cast not mine. I just borrowed their names. But, this fic is mine.

Rate : T-M

Length : Chapter

A/N : Ada yang suka baca komik? Pernah baca komik 'Love Spell' karya Moe Tsuzuki? Nah, fic yang Lulu buat ini terinspirasi dari komik itu, entah disebut nge-remake atau engga, tapi Lulu ubah beberapa bagian dari komik itu, dan Lulu buat fic ini. Semoga kalian suka ^^

Happy Reading

oo**oo

Apa di dunia ini sulit sekali mencari laki-laki ideal? Apa semua laki-laki sama? Laki-laki berbaju putih itu tampan, tapi dia terlalu menyendiri tak mengamati lingkungan, dia terlalu acuh. Dan laki-laki dengan jaket biru itu terlihat seperti seorang yang baik, dia rela berdiri berhimpitan dan menyerahkan tempat duduknya pada ibu itu. Dan dia—

"Luhan-ah, tentang pembicaraan kita sebelumnya... tentang aku yang ingin menjadi pacarmu, bagaimana?"—dia tidak termasuk tipe idealku. Dia memang ramah, tampan, dan pintar. Tapi, aku tidak suka sikapnya yang selalu berganti pasangan. Mungkin dia tipikal orang yang mudah bosan.

.

"Apa kau menolak Kris sanbae? Wah, aku tak percaya, orang sesempurna itu kau tolak begitu saja? Seorang bak pangeran sekolah seperti itu kau tolak? Apa yang ada di otakmu? Kenapa kau menolaknya?" mereka berlebihan. Semua orang tidak ada yang sempurna. Dari sisi mana mereka menyebutnya sempurna? Dari segi rupanya kah? Atau otaknya? Atau karena dia kaya? Itu lebih terlihat seperti sebuah obsesi semata.

"Ayolah Luhan, kau sudah hampir 16 tahun dan tak pernah punya pacar, hidupmu sia-sia saja" hei, ayolah hidup ini bukan hanya untuk pacarankan? Masih banyak hal yang bisa kau lakukan dan lebih berguna bukan?

"Terserah kalian mau bilang apa. Yang aku inginkan adalah... seorang laki-laki tampan, dengan penampilan cool, dia mau bekerja keras untuk ku, bisa bertanggung jawab, dan dia rela menerjang api, melewati lautan demi untuk mendapatkanku. Laki-laki luar biasa yang akan selalu mencintai dan melindungiku"

"Laki-laki idealmu terlalu tinggi Luhan-ah, mana ada yang seperti itu di jaman sekarang" apa yang salah? Siapa bilang tidak ada yang seperti itu? Suatu saat nanti aku akan menemukannya. Tidak salahnya kan untuk bermimpi dan berharap?

oo**oo

"Mama yang ada di surga dan papa yang sedang bekerja, hari ini aku pulang dengan selamat" menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Duduk berlutut di depan sebuah foto kecil yang terpajang di atas lemari kecil di sudut ruang tengah rumahnya. Yah, itu yang selalu Luhan lakukan setiap sebelum dan sesudah sekolah. "Mama, bukankah semua orang telah memiliki takdir jodoh masing-masing? Jadi suatu saat nanti aku akan bertemu dengan pangeranku bukan? Suatu saat nanti aku akan mendapatkan kebahagianku bersama pangeranku. Mama, sebentar lagi hari ulang tahunku aku berharap dapat merayakannya bersama papa dan... seandainya aku dapat merayakannya juga dengan pangeranku. Ak—"

CLING

Sebuah cahaya putih kecil yang semakin lama semakin membesar bersinar tepat di belakang Luhan. Berjalan mendekati cahaya putih itu dan meneliti cahaya itu dengan seksama "Cahaya apa ini?" Luhan hendak menyentuh cahaya itu, namun—

BRUK

"Aww..." Sesuatu yang tiba-tiba keluar dari dalam cahaya putih itu dan menimpa Luhan. Tubuhnya terasa berat saat 'sesuatu' itu tak beranjak sama sekali dari tubuhnya, dan Luhan tak dapat membuka matanya karena cahaya itu yang bersinar tepat di depan wajahnya "Aww... apa in– eh?" Luhan membuka matanya dengan paksa saat ia menyentuh sebuah tangan yang berada di atas perutnya, dan mata Luhan benar-benar terbuka lebar saat di hadapannya seorang anak laki-laki berkulit putih dengan rambut berwarna soft pink, yang tengan memandangnya dengan tanpa ekspresi sama sekali. Ia masih terus menatap wajah anak itu yang menurutnya terlihat manis dan tampan di saat yang bersamaan, ia tak menyadari saat anak itu beranjak dari tubuhnya dan duduk berlutut dengan rapih di hadapannya "Eoh?" ia tak menyadari jika anak kecil itu tak sendiri, ia bersama seekor kucing hitam yang terlihat lucu dan menggemaskan

"Hwa, kucing yang lucu!" Luhan hendak menyentuh kepala kucing itu tapi—

"JANGAN MENYENTUHKU!" Luhan benar-benar kaget. Seekor kucing dapat berbicara? Hah, itu unik dan mustahil. Mana mungkin ada kucing yang bisa bicara, mungkin itu cuma suara anak kecil ini. Tapi, eh, dia bahkan tak membuka mulutnya sama sekali. "Ka–kau bisa bicara?" dengan ragu Luhan bertanaya pada seekor kucing? Ah, rasanya mustahil jika kucing hitam ini menjawab pertanyaannya. Ia serasa jadi orang bodoh dan idiot bertanya pada seekor kucing. Yang benar saja.

"Yah, dan kami datang dari masa depan atas permintaan Zelo-ssi" dan, apa lagi ini? Masa depan? Zelo? Yang benar saja. Dia bahkan tak mengenal siapa itu Zelo? Dan untuk apa dia mengirim anak kecil dan kucing hitam ini padanya? "Zelo? Siapa dia? Aku tak mengenalnya. Dan darimana kalian datang?" hei, kenapa anak kecil tanpa ekspresi ini terus memandanginya? Apa matanya tidak perih? Dan dia rasa anak kecil ini tak berkedip sama sekali. "Zelo-ssi, ia adalah keturunanmu di masa depan." Keturunan? Keturunannya? Dia bahkan belum menikah dan memiliki anak, bagaimana dia bisa punya keturunan. Ah, ini pasti hanya mimpi saja. Ia pasti ketiduran sesaat setelah ia berbicara pada mamanya. "Kau tidak sedang bermimpi. Zelo-ssi mengirimkan dia untukmu" kucing itu menunjuk ke arah anak laki-laki di sampingnya. "Siapa kalian? Dan untuk apa Zelo-ssi mengirim kalian padaku?"

"Dia adalah E.C–110105. Dia adalah hasil rekayasa genetika dari bakteri, dan merupakan bentuk kehidupan baru yang sangat disukai. Dan namaku Kai, Brain Machine Interface dalam bentuk kucing. Zelo-ssi pesimis akan filosofi cintamu sebagai leluhurnya, maka kami di kirim ke masa lalu!" Luhan hanya bisa cengo mendengar jawaban panjang lebar dari kucing ini. "Kau mengerti penjelasanku?" dan Luhan hanya bisa menggeleng sebagai jawabannya. Dan demi apapun ia bahkan tak mengerti apa itu E.C–110105 dan Brain Machine..bla bla bla. "Dan dengan kata lain dia adalah manusia buatan dan aku adalah Cyborg"

"Lalu?" ayolah, Luhan bahkan belum mengerti sama sekali dengan semua ini. Seorang anak kecil dan seekor kucing hitam yang tiba-tiba datang entah dari mana, dan mengaku dikirim oleh keturunannya dari masa depan. Dan ia masih belum mengerti untuk apa keturunannya itu mengiriminya anak kecil dan kucing hitam ini. "Kau akan jatuh cinta dengan E.C–110105 ini!" apa jatuh cinta? Dengan manusia buatan ini? Yang benar saja, ia masih normal untuk mencintai manusia lain "Hei, aku akan mencintai dia? Anak kecil?" dan dia bukan seorang pedofilia yang menyukai anak-anak "Dia memang masih anak-anak, tapi lihat ini" sebuah cahaya keluar dari lonceng yang terpasang pada leher kucing hitam itu. Cahaya, yang perlahan menampilkan gambar seseorang dengan samar "Cahaya apa ini?" Luhan meneliti gambar itu dengan seksama, gambar yang perlahan menjadi jelas "Ini hologram"

"Hwa! Siapa itu? Tampan.." namja di gambar itu terlihat seperti seorang pangeran yang di inginkannya. "Dia adalah wujud dari E.C–110105, saat dia dalam bentuk dewasa" dan mata Luhan membulat tak percaya, ia memandang gamabar dan anak kecil yang tengah asik dengan kopernya itu bergantian. Ia tak percaya saat dalam wujud dewasa anak kecil itu bisa setampan itu?

"Sekarang memang dia masih anak-anak, tapi jika kau membantu mengajarinya apa itu cinta, kasih sayang yang berlimpah dan memberikan banyak hal yang membuatnya bahagia. Emosi dan perasaannya mulai tumbuh perlahan dan dia akan menjadi laki-laki idealmu. Semakin banyak kau ajari dia, semakin cepat dia tumbuh." Hidung Luhan hampir mengeluarkan darah saat ia melihat wajah tampan namja yang terpancar dari hologram itu. Namja itu benar-benar seperti apa yang di inginkannya. "Meskipun begitu, kau punya tanggung jawab yang besar di sini! Bagaimana dia tumbuh itu semua tergantung padamu." Luhan sedikit melirik ke arah anak kecil yang masih asyik berkutat dengan kopernya itu. Ia lalu menatap kucing hitam di hadapannyanya itu dengan penuh harap. "Tunggu dulu, katamu Zelo-ssi adalah keturunanku?! Itu artinya aku bisa menikah?!"

"Detail dan hal penting seperti itu dilarang untuk di beritahukan!" Luhan hanya berdecak sebal mendengar jawaban yang tak sesuai harapannya itu. "Kalau begitu apa Zelo-ssi itu cucuku?". "Hal itu juga dilarang aku beritahukan" Luhan benar-benar tidak puas dengan jawabannya, ia kira dengan adanya orang masa depan, ia dapat tahu masa depannya seperti apa "Kalian akan tinggal denganku?"

"Yap, mulai sekarang semuanya akan menyenangkan! Didiklah dia dengan baik!"

oo**oo

"Pertama kau harus memberinya nama!" Luhan meneliti setiap lekuk wajah anak kecil di hadapannya ini. Kulit putih, mata sipit, bibir merah muda tipis, rahang yang tegas dan dagu yang runcing dia benar-benar terlihat tampan, manis dan lucu. "Baiklah, aku beri nama dia Sehun" Luhan memandang anak kecil di depannya yang masih tanpa ekspresi sama sekali. "Aku adalah Luhan. Dan namamu adalah Sehun, kau mengerti?" anak kecil itu masih tetap diam menatap Luhan dengan masih tanpa ekspresinya. Luhan benar-benar heran, apa semua manusia buatan memang tak memiliki ekspresi apapun? "Oh iya, Sehun-ah ini adalah tv jika kau bosan kau bisa menyalakannya" oh, dan demi apapun Luhan benar-benar tidak suka dengan ekspresi datar itu. Bagaimana caranyanya untuk membuatnya bahagia, membuatnya untuk berbicara saja sulit "Kai-ah, apa ada pesan lain tentang dia dari Zelo-ssi?"

"Em, dia suka makan manis, dan karena dia suka kebersihan kau harus memandikannya!" suka makan manis? Ah, sebuah ide melintas di pikiran Luhan. "Sehun-ah, aku akan buatkan kau hot cake! Aku jago lho bikin kue" Luhan berjalan ke arah dapur, mengeluarkan bahan bahan untuk membuat hot cake. "Jika pakai madu, pasti rasanya lebih manis dan lebih enak" Luhan memasukan beberapa bahan kue kedalam mangkuk di depannya. Sehun mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk saat ia mendengar kata 'manis'. "Oh, ada reaksi.." Luhan berseru senang, berarti dia mendengar apa yang di ucapkannya.

"Luhan... Sehun, ingin makan hot cake" dan Luhan benar-benar berseru senang, untuk pertama kalinya Sehun berbicara walau masih tanpa ekspresi setidaknya ia merespon ia sudah cukup senang untuk itu. "Dia memanggilku Luhan, imut banget kau terlihat manis Sehun-ah!" Luhan sedikit berlari dan memeluk tubuh kecil Sehun.

.

Amm Yamm Yamm

Ah, benarkah itu. Luhan melihat sebuah senyum kecil saat Sehun memasukan potongan hot cake kedalam mulutnya. "Hwa! Sehun tersenyum, manisnya!" Rasanya Luhan benar-benar bahagia dapat melihat senyum manis terukir di bibir Sehun. 'Aku akan membuatnya lebih bahagia lagi dan membuatnya terus tersenyum' monolog Luhan dengan masih memasang senyum manisnya "Nanti, akan ku buatkan cake dengan cream yang banyak, dan rasanya akan lebih enak lagi. Ok, selanjutnya kita mandi"

.

"Sehun ini, dilihat dari sisi manapun terlihat seperti anak laki-laki biasa dan bukan manusia buatan" Luhan terus mengembangkan senyumnya sambil tangannya mengusap sabun di tubuh Sehun "Ngghh, perih.." Sehun bergumam saat sabun serasa masuk kedalam matanya. "Ah, tunggu sebentar" Luhan memutar tubuhnya yang hanya berbalut handuk memunggungi Sehun berjalan meraih shower "Luhan-ah.."

"Ne.." dan betapa terkejutnya Luhan. Di hadapannya terpampang jelas tubuh Sehun yang telanjang. Bukan, bukan itu yang membuat nya kaget, tapi ukuran tubuh Sehun yang dewasa bukan Sehun kecil lagi yang ada di hadapannya. "Hwa! Apa yang terjadi?" dan sekarang Luhan terpojok ke dinding saat Sehun berjalan mendekat ke arahnya dan memojokkannya. Wajah Luhan benar-benar telah memerah padam saat matanya melihat sesuatu yang tak sepantasnya ia lihat. Tangan Sehun bergerak menuju pipinya, mengelus pipinya dengan lembut. "Sehun-ah, berhenti!"

"Luhan-ah..."

oo**oo

TBC

oo**oo

Anyeong! Bagaimana menurut kalian?

Silahkan review! ^^

Maaf, jika ada kesalahan Lulu males ngedit lagi. Sampai bertemu di chap depan ^^