Sharp Wind

Summary: Pengamatan Sang Sniper mengenai hidupnya selama ini.

Disclaimer: Punya Lee Myoung Jin kok, tenang aja.

Warning: sekuel dari kisah Emotion Less Romance.


Baginya, hidup seperti sepotong kertas. Putih, kosong, murni.

Sampai akhirnya ada yang menorehkan sesuatu yang berwarna di atasnya. Dan itu adalah perbuatan kita.

Vareska melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang kemudian menjadi sejarah.

Bagaimanapun, hidup adalah sejarah.

Ia pernah merasakan berbagai macam rasa kehidupan dengan bumbu polemik, dan drama.

Ia merasa 'kertas kehidupannya' sangat lebar, dengan banyak torehan 'tinta kehidupan' diatasnya, membuatnya penuh dengan bermacam bentuk tulisan juga gambar yang asing.

Hidup adalah pujaan.

Beruntung sekali bagi mereka yang telah lahir dan hidup di dunia ini.

Namun, tidak ada masalah berarti tidak ada pengalaman hidup.

Vareska merasa masalah yang menimpanya terlalu banyak, dan ia tidak lagi menganggap masalahnya sebagai pengalaman hidup.

Ia telah merubah sudut pandangnya tentang hidup dari 'mengesankan' menjadi 'mengenaskan'.

Vareska merasa, nasehat Yumaki hanyalah bagai angin lalu saja yang menghujat hatinya dengan keras.

Tidak ada lagi latihan dengan sukarela, pengorbanan atau apalah itu namanya jika ia sekarang anak yang sebatang kara.

Vareska menyudahi pilihannya. Ia menghindari orang-orang kota. Ia berlatih sendiri. Ia bertarung sendiri. Tidak ada konteks teman dalam 'kertas kehidupan' miliknya.

Ia juga menghindari lelaki yang tergila-gila padanya.

Vareska hidup untuk dirinya sendiri.

Dengan cepat ia berjalan menyusuri setiap kota. Ia menutup lekat telinganya dari pembicaraan dan semarak tawa petualang lain.

Vareska yang dulu sudah tidak ada.

Hanya semilir angin yang selalu menemani Vareska di setiap waktu istirahatnya.

Bahkan, para monster-monster pun dianggap Vareska sebagai mahluk terbaik yang kini menjadi sahabatnya.

Ia membenci manusia yang memulai pertengkaran.

Monster dilahirkan untuk membenci manusia –namun pada akhirnya manusia menyangka buruk semua musuh. Yang ada, mereka menjadi lebih jahat dari sebelumnya.

Manusia memang suka menilai sesuatu dari satu sisi saja.

Diletakkannya Hunter Bow dan Arrow Quiver miliknya. Vareska tengah beristirahat di atas sebuah batu yang menghadap ke arah perairan.

Jika sudah seperti ini, para monster pasti akan diam. Dengan khidmat mereka menyimak doa Vareska di dalam hatinya. Terkadang, lantunan lagu lembut yang meluncur dari bibir Vareska membuat para monster semakin diam.

Hanya suara angin yang menemaninya.

Vareska merasa, ia menyukai suara gemerisik angin.

Dan angin lalu yang keras.


ikh! sekuel ga penting yg pendeeeeek! Dx

RnR?