A/N : Hi...kita jumpa lagi, nih! Ma'af kalau fanfic yg kemarin gk diterusin, klo bahasa kerennya gw lagi ada "writer's block", hehe...sekali lagi ma'afin gue, ya! Untuk fanfic yg satu ini beda universe. Gk usah tanya knapa gw bikin fanfic Disney Frozen, percaya deh, loe gk akan mau tau. Hehe...
Sekali lagi, fanfic ini adalah fanfic translate-an dari fanfic 'The Royal Family" chapter 18 karya "TacticX". Check him out. Ceritanya seru2, lho! Knpa gw pilih fanfic ini? Pertama, sudut pandangnya orang ke-2, jdi gw seperti menjadi tokoh cerita ini. Kedua, latar waktunya modern (kayak 2020 ke atas, lah). Ketiga, ... kalian baca aja sendiri dulu, nanti kasih tau gw gimana menurut kalian..!

Oh, iya! Klo ada kata "Y/N", itu artinya 'Your Name', berarti nama kalian. Jadi, dalam hati, kalian bisa tentukan nama itu, seperti nama kalian, atau apalah!
Sudah cukup dgn A/N'y, kepanjangan! Kita langsung aja ke TeeeeKaaaaPeee...


"Saat dua dunia berbeda bertabrakan"
*ceritanya lagi di Indonesia, nih. Nama OC dari fanfic original'y jga gw ganti, supaya ada unsur Indonesia'y. Jadi, Indonesia ceritanya udah maju, ya!*

"Permisi? Sersan Y/N?" Seorang pria memanggil dari barak.

"Ada apa?" Kau bertanya sambil berjalan ke pria itu.

"Jendral ingin bertemu dengan kalian segera, Pak. Dia bilang ini penting." Pria itu bilang.

"Ada apa, Sersan?" Kopral Silvy bertanya. Silvy adalah salah satu tentara terlatih di dalam regumu, meskiun ranking'y beda. Regumu terdiri dari 4 orang. Kau, Silvy, Private Seps, dan Private Indra. Indra adalah otak dalam regumu. Dia yang memberimu degan intel dan taktik yg kau butuhkan untuk berhasil dalam berperang. Seps adalah ahlii senjatanya...dan yg kumaksud ahli senjata, dia tahu lebih tentang senjata dan gimana mereka bekerja daripada Wikipedia. Silvy itu lebih seperti yang mengontrol regu. Dia menegakkan perintah dan disiplin dan memastikan kalau regumu tidak mengahcurkan diri mereka sendiri dari dalam.

Dan untukmu, kau adalah pemimpin regu. Kau yang memutuskan dan memimpin regu ke peperangan...atau mungkin ke kematian mereka suatu hari. Silvy memiliki kebiasaan memanggilmu ceroboh, karena keputusanmu dalam terjun ke peperangan langsung, saling tembak, daripada menyelediki lingkungannya dulu. Dia bahkan bisa marah saat kau biang itu karena Indra yang memberitahumu.

"Jendral...ingin menemui kita..." Kau bilang sambil kau mengikuti pria tadi menuju ke pangkalan, Silvy mengikutimu dari belakang. Kau bahkan tidak sempat ke pintu saat sisa anggota regumu muncul.

"Apa yg terjadi?" Tanya Seps. "Apa kita akan bersiap perang?"

"Aku tidak tahu." Katamu saat kau memasuki kantornya. Kau melanjutkan ke lantai bawah dan ke tempat di mana Jendral berada.

"Ada apa di bawah sini?" Tanya Indra.

"Aku benar2 tidak tahu, tapi aku percaya ada semacam lab di bawah sini.

"Lab? Oh, Tuhan. Apa ini tempatnya para kutu buku?" Tanya Indra, menyebabkan kau & Seps tertawa. Silvy cuma menggolongkan matanya.

"Y/N! Syukurlah kau sampai!" Jendral Prabowo menyapamu saat kau tiba.

"Ada apa, Jendral?" Tanya kau saat kau melihat frustasi di wajahnya.

"Kita...berada di pinggir peperangan. Korea Utara dan Russia telah bersekutu dengan China dan sedang mengerahkan armada kapal mereka. Kapal2 ini mulai mendekati wilayah kita dan sekutu kita." Jendral bilang padamu. "Kita telah diperintahkan untuk mengerahkan divisi kita dan bersiap. Dalam 1400 jam, kita berada dalam siaga 4".

"Oh Tuhan..." Indra bilang... kalau Seps terlihat sedikit gembira. "Jeez Seps. Bisakah kau melihat sesuatu dari sisi buruknya..seperti...sisi buruk Perang Dunia 3?"

"Tidak...itulah bagaimana aku menjaga moralku. Dengan menjdai optimis".

"Jadi, kapan kami akan dikerahkan?" Tanya Indra.

"Oh...itu dia...kalian punya misi spesial." Prabowo bilang.

"Apa maksumu, Jendral?" Tanyamu sambil terkejut.

"Ada sebuah faasilitas penelitian bawah tanah...di suatu pulau di Selat Sunda." Kata Jendral Prabowo. "Mereka sedang mengerjakan eksperimen rahasia yang tidak boleh kita biarkan jatuh ke tangan musuh. Kebanyakan saintis telah dievakuasi, tapi masih ada sebuah regu kecil saintis masih terjebak di pulau itu dan menghapus data2 seluruh informasi dan sedang mencoba mematikan eksperimen itu. Masalahnya adalah, ada armada kapal Russia sedang menuju ke sana sekarang. Dan ini bukan armada Russia yang kecil pula. Kita punya 2 kelas Udaloy penghancur, 4 kelas Sovremeni penghancur, dan kapal Pyotr Velikiy, sebuah kapal bendera perang besar dari Armada Utara! Armada itu sedang menuju ke pulau itu, dan jika perang ini menyebar, mereka akan menghancurkan semuanya ke pangkalan itu. Kami ingin kalian mengamankan saintis itu, dan pergi dari pulau itu sebelum armada itu menghujani kalian di fasilitas itu."

"Sebuah regu berempat...pergi melawan 7 armada kapal yang dapat mengahncurkan kapal selam dari jauh...apa yang dapat terjadi?" Tanya Indra dengan sarkastik.

"Banyak hal...dengar, kalian cuma harus mengeluarkan mereka dari sana dan pergi, oke? Ada helikopter sedang menunggumu untuk mengantar kalian ke armada kita, laluu sebuah kapal akan mengantar kalian ke pulau itu. Dimengerti?" Tanya Prabowo, dan kalian mengangguk. "Bagus. Pergilah...dan cobalah untuk tidak mati."

Regumu memberi hormat sebelum pergi keluar fasilitas itu dan menuju barak untuk mengambil perlengkapan kalian dan bersiap.

"Haruskah aku membawa M24'ku?" Tanya Seps. "Aku mungkin bisa menembak dari jauh laksamana armada musuh."

"Kita bisa selalu menggunkan sniper...tapi bawa juga m24'nya." Kau bilang sambil kau menyiapkan senapanmu & menyimpannya di belakang bahumu. Setelah regumu sudah siap, kalian pergi menuju tempat Heli di mana seorang pilot menunggu kalian.

"Sersan, kami siap." Katanya saat kalian masuk ke helikopter itu. "Kami akan mengantar kalian ke armada milik kita, lalu di sana akan ada kapal yang akan mengantar kalian ke sana." Kata Pilot itu.

"Itu dia. Pulau Selat Jawa..." Kau bilang saat helikopter nya mendekati pulau itu. Kalian diberitahu bahwa armada Russia tidak akan sampai ke sana sampai 3 jam ke depan, memberimu waktu untuk menjemput saintis2 itu dan pergi. Kapal itu mendekati sebuah dermaga kecil sekitar setengah mil dari jalan masuk pangkalan.

"Uh...apakah Jendral memberitahumu pangkalan jenis apa ini?" Tanya Silvy.

"Tidak. Dia bilang ini rahasia." Jawabmu.

"Yeah...gak ada apapun" Jawab Seps. Pangkalan...atau institut penelitian..atau apapun ini, adalah tempat teraneh yang pernah kau lihat, ke poin di mana kau penasaran bagaimana media belum menyrbutkan ini. Ada antena besar di mana2, dan sebuah puncak menara dari tengah pulau dan memanjang setidaknya 1000 kaki menuju udara. Itu seperti sesuatu dari film sains fiksi, dan membuatnya makin aneh, seluruh pulai ini sepertinya situtupi awan dan kabut.

"Apa kau yakin dia tidak mengirim kita ke suatu eksperimen?" Tanya Indra.

"Jika memang begitu, m249'ku akan membunuh mereka semua." Tawa Seps sambil dia menarik senapan mesin ringannya dari ranselnya.

"Bagaimana kau bisa memasukkan benda itu di sana?" Tanya Silvy dengan alisnya mengangkat, namun dia menghiraukannya sambil mengisi amunisinya dan emngarahkannya.

"Nyalakan keselamatannya sebelum kau mengeluarkan mata seseorang..." Kau bilang pada Seps.

"Atau kepala mereka.." Bisik Indra.

"Baiklah...turun...dan cobalah untuk tetap hidup dan kembbali." Kata Opsir AL pada kalian.

"Kupikir belum ada musuh yg tiba di sini." Kata Indra.

"Aku tahu..itu sebabnya." Opsir itu bilang sambil dia memutar balikkan kapal'y dan menuju ke armada. Kalian berempat melanjutkan perjalanan ke rute lereng dan menuju ke puncak gunung di mana kalian menemukan sebuah cekpoin kecil yg sudah diabaikan, tpi itu tdk mengejutkan kalian. Kalian menemukan jalan masuk ke fasilitas yg berada di sisi gunung dan sepertinya memiliki sebuah kunci udara.

"Ada apa dengan semua sistem keamanan dan kunci udara di sini?" Seps bertanya.

"Mungkin mereka mencoba menjaga agar orang2 tidak masuk..." Kau bilang saat kau menekan tombol intercom dan melambai ke arah kamera.

"Atau menjaga agar sesuatu tetap di dalam..." Indra bilang dengan nada menakutkan.

"Ayolah jgn mulai bertingkah seperti penakut." Silvi bilang kepada mereka berdua. Kau melihat pintu kunci udara itu terbuka. Kalian berempat melangkah masuk ke dalam sebelum pintu itu tertutup kembali dengan suara mendesis dan pintu yang lainnya terbuka.

"Aah...selamt datang di fasillitas. Aku Professor Ramdan. Aku adalah ... umm...kepala saintis di sini. Jika aku boleh bertanya, kapan team yang lainnya akan datang?"

Kalian berempat menatap satu sama lain sebelum kalian menatap kembali Profesor.

"Kamilah tim penyelamatnya. Hanya kami." Kau bilang membuat dia terkejut.

"Tunggu...hanya kalian yang ke sini untuk menyelamatkan kami?" Tanya dia terkejut. "Apa mereka gila? 4 orang! Ada armada kapal perang yang sedang menuju ke sini sekarang yang akan menyerang kita...dan mereka mengirim 4 orang tentara!"

"Whoa...armada itu tidak akan menyerang kita kecuali..."

"Russia baru saja mendeklarasikan perang pada Indonesia!" Teriak saintis itu sambil menunjuk ke arah radio. "Kami baru saja diberitahu."

"Ohh...sial.." Kata Indra pelan.

"Tepat sekali...ya tuhan...ayo! Kita harus cepat!" Kata Rramdan sambil berlari lewat tangga menuju bagian dalam fasilitas. Kalian cepat2 mengikutinya, tapi tidak bisa menyusulnya karena dia berlari cepat. Kalian akhirnya tiba di depan pintu baja besar yang dibuka dengan kartunya.

"Jadi, fasilitas apa ini?" Kau bertanya.

"Ini adalah Karmen III! Ini...ini bereksperimen dengan fisik kuantum dan cara untuk memanipulasi mereka." Jawab Ramdan saat kalian berempat masuk ke ruangan yang diisi hanya oleh 2 orang saintis lain.

"Tunggu! Di sini hanya kalian bertiga?" Tanya Indra.

"Ya. Yang lainnya sudah pergi tadi dan kami terjebak di sini mencoba untuk mengapus semua jejak eksperimen2 ini."

"Eksperimen? Eksperimen apa?"

"Eksperimen kuantum fisik!"

"Kuantum siapa?" Tanya Seps, membuat saintis itu menghela nafasnya.

"Lupakan." Ramdan mengatakan sesuatu dgn pelan sambil dia berjalan menuju sebuah panel kontrol." Kau berjalan menuju jendela kaca besar dan melihat yang ada di dalamnya, dan yang kau lihat membua kau dan anggota regumu menganga karena terkejut. Di sisi lain jendela kaca itu adalah cincin besardengan puncak metal di atas dan di bawahnya. Di sana ada pancaran elektrik besar menyebar ke seluruh cincin itu dan ke seluruh tempat ini. Sperti memancarkan sinar biru.

"Apa...itu?" Kau bertanya pada saintis itu.

"Itu adalah sebiah generator takyon." Jawab saintis itu.

"Itu sebuah apa?" Tanya Seps dengan tatapan aneh.

"Itu menghasilkan takyon..um...partikel yang lebih cept dari cahaya."

"Tidak tidak...tak ada yag berjalan lebih cepat dari cahaya." Kau bilang.

"Salah...pikirkan suara...sebagai mobil. Cahaya...sebagai japal jet yang lebih cepat. Takyon, akan sebagai jet tempur terbangmu yang terbang lebih cepat dari itu. Cahaya hanya batas kecepatan yg lain. Bukan sebuah pembatasan." Kata salah satu saintis itu. ""Aku Professor Ery.

"Um...senag bertemu denganmu, Ery. Aku Y/N. Ini Silvy, Seps, dan Indra." Kau bilang sambil memperkenalkan anggota skuadmu. Kau akan mengatakan sesuatu yg lain saat tiba2, sebuah ledakkan besar menerobos ke seluruh gunung dan menjatuhkan kalian semua.

"Apa itu tadi?" Kau berteriak sambil berdiri kembali. Kau melihat ke monitor dan yg kau lihat membuat bulu kudukmu berdiri. Kurang dari satu mil dari pesisir, adalah armada kapal Russia, tapi mereka seharusnya tidak tiba untuk setidaknya 3 jam lagi.

"Oh...sial!" Teriak Indra saat dia melihat armada kapal di depannya. "Kita tamat! Kita akan mati!"

"Kita tidak akan mati!" Teriak kau saat kau berlari menuju radio. Kau mulai memanggil bantuan sementara ketiga saintis itu mencari cara menghapus data mereka. Mereka mengambil kapak dan mulai menghancurkan komputer2 dan membakar semua file'y.

"Ini baru aku suka." Kata Seps pelan sebelum mengayunkan MG'y di sebelah Sniper'y di bahunya, dan memegang m4'y. "Mereka datang."

"Apa?" Tanya kau sambil menengok ke arahnya. Dia menunjuk ke monitor di mana kau melihat beberapa skuad tentara Russia meledakkan kunci udara dan memasukinya. Ledakannya mengguncangkan seluruh gedung, mengingatkanmu bahwa kekacauan akan segera terjadi.

"Uh...teman2..." Silvy bilang dengan gugup saat dia melihat ke luar jendela dan melihat generator takyonnya.

"Apa?" Kau bertanya sambil kau mengarahkan senapanmu pada pintu.

"Apa...apa benda itu...memang harus berkilauan seperti itu?" Tanya Silvy.

Kau dan para saintis berbalik melihat generator itu, tepat saat semua alarm peringatan menyala di ruang kontrol. Kau bisa melihat Ramdan menatap dengan terkejut sebelum berteriak, "MATIKAN BENDA ITU!"

"Pak! Itu tidak merespon!" Salah satu saintis itu bilang. " itu mulai memancarkan..."

Sebuah ledakkan mengembalikan pikiranmu pada tugasmu saat kau berbalik...dan tepat waktu juga. Kau cepat2 menembak seorang tentara musuh, langsung membunuhnya sebelum merunduk di belakang panel kontrol saat beberapa musuh menyerang balik. Kau mengambil sebuah granat dan melemparnya, namun dilempar kembali. Kau cepat2 mengambilnya dan melemparnya ke manapun asal bukan ke arahmu...hanya kau sadar tepat setelah kau melemparnya. Kau mendengar suara jendela pecah, diikuti dengan sebuah ledaakkan...diikuti dengan tembakkan senapan dan suara teraneh yang pernah kau dengar. Itu terdengar seperti suara deruman kecil yang pelan2 makin kencang. Kau melihat saat ruangannya bermandikan dengan cahaya biru terang, dan setiap konsol di ruangan itu berkedip dengan cepat

Tiba2...semua menjadi sunyi.

Itulah saat itu terjadi. Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ada sebuah kilatan cahaya biru terang, sebuah ledakkan dgn suara kencang, teriakkan, dan lalu ... keadaan tak berbobot. Itu rasanya kau seperi mengapung di air. Kau mencoba untuk memegang sesuatu, tapi semua perasaan di tubuhmu tdk merasakan apa2 saat kau merasa kau ditarik ke belakang, seperti kau sedang ada di laut dan sebuah ombak menarikmu ke ke luar. Tiba2, kau di tarik dengan tenaga yang sangat kuat seperti seseorang memasangkanmu pada kapal jet lalu terbang...

...dan kegelapan mengambil alih pikiranmu.

Kau tidak tahu pada saat itu, setiap alat elektrik di dunia mati, dan seluruh planet menyala dengan aurora.


A/N : Haha...itulah chapter pertamanya. Kalau kalian heran kenapa cuman sedikit, itu karena gw potong2 oneshot ini jdi 4 chapter. Karena yg originalnya lumayan panjang, jdi gw'y lumayan capek juga nge'translate fanfic ini. Tenang aja, chapter selanjutnya akan di upload minggu depan. Gw juga lagi sedang proses dgn chapter ke'2-nya saat gw upload chapter ini. Oke, guys! Gw tunggu review'nya, nih! *not literally* See you next week!