Stupid Bet! Lovely Bet!
Chapter 1 - Ryeowook Pov
A fanfic by SashaCloudie
Main Cast :
Kim Yesung (Super Junior)
Kim Ryeowook (Super Junior)
Other Cast :
Lee Donghae (Super Junior)
Choi Siwon (Super Junior)
Cho Kyuhyun (Super Junior)
Henry (Super Junior)
Jessica Jung (SNSD)
Warning :
It's shonen-ai story, if you don't like story like it please don't read.
Disclaimer:
They are belong to themselves except Kim Yesung. He's Mine.
.
Pernahkah kalian merasa hidup kalian seperti masakan yang tidak diberi garam? Aku sedang merasakannya. Sudah seminggu sejak Handphone ku satu - satunya terjun bebas dengan indahnya dari atap sekolah, dan selama satu minggu itu hidupku terasa hambar. Terserah kalau kalian menganggapku berlebihan tapi Handphoneku itu sudah menjadi sahabat terbaikku, selain Kyuhyun dan Henry tentunya.
FLASHBACK ON
"Huaaah udaranya segar." Saat ini aku sedang berada di atap sekolah. Harusnya aku berada di kelas sekarang, tapi aku sedang merasa malas. "Hmmm cuacanya cerah, pasti bagus kalo aku mengambil beberapa selca. Hihihi."
Kurogoh saku jas seragamku, dan ini dia ; sebuah handphone touchcreen berwarna biru dengan gantungan berbentuk jerapah.
"Hmmm gaya apa ya bagusnya? Ah sebaiknya aku diam dipinggir gedung jadi kan backround belakangnya terlihat keren." Mungkin kalau ada yang melihat kelakuanku seperti ini dia akan menganggap aku gila ; berbicara sendiri, senyum - senyum sendiri, dan tertawa sendiri. Tapi aku tidak peduli, beginilah aku.
KLIK!
"Woaaah seorang Kim Ryeowook ternyata memang manis." Seruku narsis melihat hasil jepretanku sendiri. "Sekali lagi ah." Aku semakin bersemangat untuk berselca ria. Sampai karena terlalu semangat aku tidak menyadari ada genangan air bekas hujan semalam, dan...
BUGG! Aku resmi terjatuh dengan tidak elit. Handphoneku terlepas dari tanganku, masih dapat kulihat ketika handphone itu melewati sela – sela pagar pembatas atap.
"Andweeee!" Seru ku sambil berusaha meraih handphoneku, tapi terlambat sudah. Handphone ku sudah terjun bebas dengan indahnya, dapatku lihat dia meluncur turun dengan manisnya, dan ini lantai 4.
BRAK! Handphone kesayanganku pun hancur berkeping – keping. Sejenak dunia seperti berhenti berputar. Antara dunia nyata dan tidak. Kucubit pipiku keras. Sakit. Ini nyata. INI NYATA?
"Huaaaaaaaaah... Ummaaa... Handphone Wookie hancuuuuur..." Dan sisa hari itu kuhabiskan dengan menangis diatas atap sekolah.
Sesampaiku di rumah Umma terlihat kaget melihat mataku yang agak bengkak. "Lho anak Umma kenapa?"
"Ummaaa..." Aku kembali menangis. Umma memelukku.
"Aigo, kenapa anak Umma yang paling manis ini sampai menangis? Adakah yang mengganggumu, Chagiya?"
Setelah meminum segelas air yang Umma berikan aku mulai menceritakan semuanya. Jujur aku agak takut menceritakannya, aku takut Umma marah. Handphone itu Umma berikan sebagai hadiah karena aku berhasil masuk SMA Unggulan ; SuJu High School. Tapi diluar dugaanku Umma malah tertawa pelan.
"Umma tidak marah?"
Umma menggeleng. "Mana bisa Umma marah ke anak Umma yang paling manis ini. Lagipula kalo Umma marahpun handphonenya tidak akan kembali."
"Umma memang Umma paling baik dan cantik di dunia."
Umma mencubit hidungku pelan. "Lain kali hati – hati dan jangan suka bolos lagi, Ne. Bisa jadi itu karma karena Wookie membolos." Aku tersenyum malu. Tiba – tiba muka Umma berubah serius. "Tapi Wookie-ah, mianhe... Umma belum bisa membelikan kamu handphone yang baru seperti itu. Umma menabung dulu, Ne? Umma janji saat kenaikan kelas nanti Wookie akan dapatkan handphone seperti itu lagi, malah lebih canggih."
"Umma..." Kembali ku peluk Umma lebih erat. Sebenarnya aku ingin punya handphone baru tapi aku tahu kondisi keuangan Umma tidak memungkinkan. Sejak kecil aku hidup berdua dengan Umma. Sejak Appa meninggal Umma yang mencari nafkah. Umma bekerja di sebuah toko di pusat pembelanjaan. Kemarin saja Umma harus menggunakan uang tabungannya untuk membelikanku handphone canggih. "...Wookie yang harus meminta maaf Umma. Mianhe... Wookie tidak bisa menjaga hadiah dari Umma dengan baik."
FLASHBACK END
"Heyooooh... Melamun lagi, Wookie-ah?"
"Aish Kyunnie, kenapa suka sekali mengagetkanku?"
Kyuhyun tertawa. "Aku tidak mengagetkanmu Wookie, kamu saja yang terlalu sering melamun akhir – akhir ini. Masih memikirkan soal handphonemu?"
Aku mengangguk. "Aku ingin membeli handphone baru tapi tidak mungkin minta ke Umma. Kalau saja ada cara untuk mendapatkan uang dengan cepat tapi tidak berbuat jahat."
"Wokkie-ah, coba saja cari pekerjaan sampingan." Henry mencoba memberiku saran. Saran yang bagus, tapi pekerjaan sampingan seperti apa untuk anak kelas 1 SMA sepertiku?
"Kalau kamu mau aku bisa memberimu pekerjaan, Ryeowook-ssi." Kami serempak menoleh ke asal suara.
"Yesung Sunbae?"
"Kalau kamu tertarik aku tunggu kamu di Simple Cafe, kamu tahu cafe itu kan?" Aku refleks mengangguk. "Jam 3 pas dan jangan telat." Setelah mengatakan itu Yesung Sunbae pergi begitu saja.
"Apa maksudnya?"
.
.
Sudah 15 menit aku berada disini, duduk berhadapan di salah satu meja di Simple Cafe bersama Yesung Sunbae tapi dia belum juga mengatakan apa - apa. "Sunbae, soal pekerjaan yang Sunbae tawarankan..."
"Panggil aku Hyung, Ryeowook-ssi. Aturan pertama untuk mendapatkan pekerjaan ini adalah panggil aku Hyung."
"Kalo begitu Hyung bisa panggil aku Wookie." Aku tersenyum, tapi Yesung Hyung tetap menatapku datar. Aishh ada apa dengan Kakak kelasku yang satu ini? "Hyung, tentang pekerjaanku itu boleh aku tahu apa?"
"Mudah saja Wookie..." Yesung Hyung mencondongkan badannya kedepan. "...Kamu hanya perlu membuatku memenangkan taruhan."
"Taruhan?" Tanyaku tidak mengerti. Yesung Hyung mengangguk. "Taruhan apa? Kenapa minta bantuanku?"
"Karena kamu yang jadi bahan taruhannya."
JEDER! Aku? Aku yang jadi bahan taruhan? Tapi taruhan apa?
"Wookie, kamu kenal Siwon dan Donghae kan?" Tentu saja aku kenal mereka. Mereka adalah teman baik Yesung Hyung, bisa dibilang idola sekolah. "Kemarin Siwon mengajakku dan Donghae untuk bertaruh. Menurut Siwon kamu sangat polos dan dia menjadikanmu target taruhannya."
"A- Aku?" Mimpi apa aku semalam. Kejadian ini terlalu diluar dugaan.
"Taruhannya akan dimulai besok. Jangan kaget kalo besok Siwonnie atau Hae mendekatimu."
"Lalu aku harus bagaimana, Hyung?"
"Pertanyaan mu barusan sama saja dengan penyataan bahwa kamu setuju bekerja sama denganku."
"Bu- bukan begitu, Hyung..."
"Taruhannya tiga juta seorang. Kalau aku menang aku akan dapat enam juta, semuanya boleh untukmu."
Enam Juta? Aku bisa beli ipad kalau punya uang segitu. Tunggu? Untuk apa dia menang taruhan kalau uangnya semua diberikan padaku?
"Karena aku tidak suka kalah. Aku tidak butuh uang itu, aku cuman tidak suka kalah."
Dia bisa membaca fikiranku? Jangan - jangan dia ini cenayang?
"Jangan berfikir yang tidak - tidak Wookie, cukup jawab saja kamu bersedia atau tidak membantuku? Kesempatan tidak datang dua kali."
Tuh kan dia bisa baca fikiranku, dia pasti cenayang.
"Wookie, iya atau tidak?"
"Berapa lama taruhannya berlangsung? Aku harus tahu pasti tentang semuanya."
Yesung Hyung menjelaskan semua. Pendekatan akan dimulai besok, sampai 2 minggu kedepan. Setelah itu mereka semua akan menyatakan perasaannya, siapa yang diterima dia yang menang.
"Lalu berapa lama kita pura - pura berpacaran?"
"Satu minggu, setelah itu aku akan memutuskanmu." Aku berfikir sejenak, berarti 3 minggu ya. Aku rasa tidak akan ada masalah dalam waktu sesingkat itu. "Setelah putus baru aku serahkan uangnya padamu."
Aku mengangguk. "Baiklah, Hyung. Aku terima pekerjaan ini."
Dapat kulihat Yesung Hyung tersenyum samar.
.
.
"Pagi Wookie-ah." Pagi ini Donghae Sunbae menyapaku ketika aku sudah didepan kelas, aku yang sudah tau ini akan terjadi hanya tersenyum saja. "Sudah sarapan? Kalau belum kita sarapan di kantin yuk."
"Aku sudah sarapan, Sunbae. Terimakasih."
"Wookie-ah, jangan panggil aku Sunbae, panggil aku Hyung, Ne."
"Ne Hyung. Aku masuk ke kelas dulu ya." Sekali lagi aku tersenyum. Sesampai di kelas aku langsung mendapatkan tatapan aneh dari ke dua sahabatku.
"Jangan menatapku seperti itu Kyunnie, Henly."
"Kemarin Yesung Sunbae mengajakmu bertemu, tadi di gerbang aku lihat Siwon Sunbae menyapamu ramah, dan barusan Donghae Sunbae. Mereka itu kan tiga namja yang paling tidak tersentuh di sekolah ini." Henry mengutarakan keanehannya. Aku hanya mengangkat bahuku.
"Kamu harus berhati - hati, Wookie-ah. Mereka sudah terkenal dengan sikap se'enaknya dan egois." Aku tersenyum, aku mengerti kekhawatiran Kyuhyun. Lagipula Kyuhyun benar, mereka memang se'enaknya, buktinya aku dijadikan bahan taruhan tapi karena sudah tahu aku santai saja. Sebenarnya aku ingin menceritakan soal ini pada Kyuhyun dan Henry tapi aku sudah berjanji pada Yesung Hyung.
"Wookie, mau Ÿke kantin bareng denganku?" Baru saja aku keluar kelas Siwon Hyung sudah menungguku di depan kelas.
"Maaf Siwon Hyung, aku selalu pergi ke kantin dengan teman - temanku, tapi terima kasih atas tawarannya." Aku tarik tangan Kyuhyun dan Henry, dapat aku lihat tatapan menyelidik Kyuhyun kepada Siwon Hyung.
"Mereka benar - benar aneh, aku yakin ada sesuatu." Saat ini kami bertiga sudah dikantin. "Wookie-ah, kamu benar - benar harus hati - hati terhadap mereka."
"Kyunnie, tenang saja jangan khawatir seperti itu."
"Bagaimana tidak khawatir, Mereka itu..."
BRUG! Seseorang tiba - tiba menempatkan nampan makanan di meja.
"Yesung Hyung?"
"Aku akan makan disini, dan aku tidak ingin kalian protes."
Aku lihat Kyuhyun sudah hampir protes, itu sebabnya langsung aku potong kata - katanya. "Tentu Hyung, lagi pula meja ini juga milik sekolah."
"Wookie-ah, aku akan antar kamu pulang nanti."
Aku yang sedang meminum es jerukku hampir saja tersedak. "Tidak usah Hyung, lagi pula aku mau ke toko buku dulu."
"Akan aku antar kamu ke toko buku."
"Tapi aku pergi bersama Kyunnie dan Henly, Hyung"
"Mobilku cukup untuk berempat, mereka ikut saja di mobilku, dan aku tidak mau mendengar alasan atau penolakan lagi. Dan kalian berdua panggil aku Hyung." Tunjuknya pada Henry dan Kyuhyun.
Aisssh... Apa - apa'an sih dia? Se'enaknya sekali.
"Oppa..." Tiba - tiba aku dengar suara Yeoja. Itu Jessica Jung, teman sekelas Yesung Hyung. Jessica Sunbae termasuk seseorang yang cukup terkenal di Sekolah karena kecantikan dan gaya hidupnya yang mewah, tapi aku, Kyuhyun, dan Henry tidak menyukainya. Dia terlalu centil dan sok manja. "Oppa kenapa ada disini? Kenapa tidak makan denganku saja. Aku..."
"Stop! Aku malas mendengarmu bicara, sekarang pergilah dari sini!" Yesung Hyung tiba - tiba memotong kata - kata Jessica Sunbae. "Cepat pergi." Yesung Hyung mengibaskan tangan kirinya. Dapat kulihat reaksi Jessica Sunbae, dia terlihat menahan nangis. Dia pun pergi sambil menghentak - hentakan kakinya. Aku, Kyuhyun, dan Henry yang melihat itu serempak tertawa.
"Kalian menertawakannya?" Ups! Tawa kami otomatis berhenti. Bagaimanpun juga Yesung Hyung kan teman sekelasnya. "Baguslah, aku juga tidak suka dia." Jawabnya membuat kami bertiga kembali bernafas. Dan dia tersenyum. Yesung Hyung tersenyum, bukan sekedar senyum samar seperti waktu itu, tapi dia tersenyum manis.
DEG! Eh, kenapa jantungku bereaksi aneh melihat senyumnya? Tidak. Ini bukan apa - apa, pasti bukan apa - apa.
"Apa teman kalian ini memang senang bersikap aneh?" Siapa yang aneh? Lalu kulihat telunjuk Yesung Hyung menunjuk padaku. Aigo, apa maksudnya dia? "Ya sudahlah, aku harus kembali ke kelas. Aku tunggu kalian nanti pulang sekolah di parkiran mobil, jangan telat."
"Ne, Hyung." Jawab Henry dan Kyuhyun serempak. Aku hanya diam, tapi lagi - lagi jantungku bereaksi aneh saat Yesung Hyung mengusap pipiku sekilas sebelum pergi.
"Kenapa pipi Wookie bersemu merah?." Apa yang merah? Kutatap Henry tidak mengerti. "Pipi Wookie memerah." Lanjut Henry. Hah, memerah? Ya Tuhan, sebenenarnya aku kenapa?
Sejak saat itu Yesung Hyung sering bergabung dengan kami saat di kantin, walau dia tidak banyak bicara tapi setidaknya Kyuhyun yang tadinya menaruh kecurigaan sudah mulai bisa bersikap lebih santai.
"Wookie-ah, kenapa kamu bersikap tidak adil? Waktu itu kamu menolak aku ajak ke kantin bersama, tapi sudah sembilan hari ini kamu pergi ke kantin terus bersama Yesungie." Baru sampai pintu gerbang Siwon Hyung sudah menungguku dan melakukan protes.
"Iya, Wookie pilih kasih." Kali ini Donghae Hyung yang bersuara. Kenapa mereka berdua jadi kekanakan begini? Bukannya biasanya selalu terlihat dingin?
"Bukan begitu, Hyung. Kalau memang Hyung mau ke kantin bersamaku aku tidak keberatan, tapi aku pasti bersama Kyunnie dan Henly. Bagaimana?"
Siwon Hyung dan Donghae Hyung bertatapan sejenak. "Baiklah Wookie, Nanti kita ke kantin bersama."
Saat ini aku sedang di kantin, dan aku merasa agak tidak nyaman. Bagaimana tidak, hampir semua siswa di kantin ini menatap ke arah kami ; aku, Henry, dan Kyuhyun. Ini pasti gara - gara kami duduk satu meja dengan tiga namja paling popular sekaligus paling tidak tersentuh di sekolah ini.
"Wookie-ah, kenapa makannya belepotan begitu? Sini aku bersihkan." Tiba - tiba saja Siwon Hyung membersihkan sisa makan di mulutkan dengan sebuah tissue. Aku hanya bisa tersenyum sambil mengucapkan terimakasih.
"Wookie-ah, apa kamu mau aku bawakan makanan lagi?." Kali ini donghae Hyung yang bicara. Aku menggeleng sambil mengucapkan terima kasih juga.
"Kalian berisik!" Serempak kami menoleh ke arah suara, siapa lagi yang punya suara dingin dan ketus begitu selain Yesung Hyung. Yesung Hyung sedang bersender di kursi sambil meminum air mineral di kemasan botol, lengan kemejanya tergulung sedikit, sementara dua kancing atasnya terbuka. Yesung Hyung terlihat benar - benar tampan. Mwoo, apa yang barusan aku pikirkan? Ku tutup wajahku sambil menggoyang - goyangkan wajahku mencoba mengusir pikiran aneh barusan.
"Wookie tidak pernah tidak aneh seharipun." Aku langsung sweetdrop mendengarnya. Kenapa mulut Yesung Hyung pedas sekali sih? Kyuhun dan Henry tertawa mendengarnya. Aku berikan mereka deathglare terbaikku tapi itu malah membuat mereka tertawa semakin keras. Huft menyebalkan.
"Aku duluan ya, kalian berdua bersemangat lah." Hari ini aku terpaksa pulang sendirian karena Kyuhyun dan Henly harus stay lebih lama di sekolah untuk persiapan olimpiade.
"Wookie-ah, hati - hati di jalan..."
"Ne Henly-ah." Jawabku sambil melambaikan tangan.
Hari ini aku mau mampir dulu ke swalayan, tapi saat melewati jalan yang sepi tiga orang namja tiba - tiba menghadangku. Mereka tidak terlihat seperti orang baik - baik.
"Heh kecil, serahkan semua uangmu atau kami pukul." Siapa yang dia bilang kecil? Aku ini mungil bukan kecil. "Mana uang mu." Seorang namja berbadan paling besar mencoba menarik tasku. Tidak akan kuserahkan, ini uang Umma. "Melawan kamu hah?" Teriak namja itu sambil bersiap memukulku, tapi tiba - tiba...
BUUG! Namja itu jatuh tersungkur, seseorang memukulnya.
"Yesung Hyung?"
"Wookie carilah tempat bersembunyi." Perintah Yesung Hyung padaku, aku pun menurut. "Dan kalian para pecundang, hadapi aku sini!"
Ketiga namja itu terlihat sangat marah disebut pecundang, terjadilah perkelahian antara mereka dan Yesung Hyung. Aku ingin membantu tapi aku tidak bisa berkelahi. Aku menjerit tertahan saat Yesung Hyung terpukul, tapi kemudian membalas dengan pukulan - pukulan yang lebih keras, ketiga namja itu pun kalah dan melarikan diri. Segera kuhampiri Yesung Hyung.
"Hyung, terimkasih."
"Ikut aku..." Yesung Hyung menarikku dan membawaku ke mobilnya. "...Cepat naik, akan aku antar kamu pulang."
Kali ini aku memilih untuk tidak protes.
.
.
"Wookie-ah, kamu pacaran dengan Yesung Hyung?" Tanya Henry dan Kyuhyun berbarengan.
Aku mengangguk penuh semangat. "Ne!" Kenapa aku begitu semangat seperti ini? Kenapa aku senang ketika akhirnya menjadi 'pacar' Yesung Hyung?
"Wow, Wookie hebat bisa jadi pacar namja paling popular di sekolah." Henry terdengar ceria, berbeda dengan Kyuhyun yang menatapku curiga. Aku pura - pura mengacuhkan Kyuhyun.
Bukan cuman Henry yang bilang aku hebat, semua orang bilang begitu. Mereka bilang aku hebat bisa menarik perhatian seorang Kim Yesung. Andai saja mereka tahu kalau ini cuman berlaku satu minggu.
SRET! Kenapa hatiku perih membayangkan seminggu lagi Yesung Hyung akan 'memutuskan' ku?
"Wah mereka benar - benar pasangan serasi. Yang satu tampan dan yang satunya imut." Bisik - bisik ini sering terdengar saat aku sedang bersama Yesung Hyung.
"Aku harap hubungan mereka bisa langgeng."
JLEB! Langgeng? Hubungan ini hanya akan ada selama seminggu, setelah itu semua ini akan menghilang begitu saja.
Selama satu minggu Yesung Hyung memperlakukan aku benar - benar seperti namjachingunya. Dia mengantar jemputku, menemani aku di kantin, menggenggam tanganku di depan orang lain. Yesung Hyung tetap bersikap dingin tapi dia melakukan semua itu padaku. Aku tidak mau ini hanya terjadi selama satu minggu.
"Wookie-ah, hari ini adalah hari terakhir kita berpacaran." Tidak! Aku tidak mau dengar. Saat ini aku dan Yesung Hyung sedang berada di Simple Cafe. Kutatap amplop berisi uang di depan mataku dengan nanar. Kenapa aku tidak merasa senang menerima ini?
"Terima kasih sudah membantuku, maaf kalau aku sudah mengganggu hidupmu. Mulai besok kamu bisa mulai menjalankan kehidupanmu kembali." Kehidupanku? Tidak tahukan dia bahwa kehidupanku sekarang adalah hari - hari yang sudah terisi olehnya. Bagaiaman bisa aku menjalani kehidupanku sekarang jika dia yang mengisi kehidupanku memutuskan untuk pergi.
"Wookie-ah, aku harus pergi sekarang. Sekali lagi terima kasih..."
Tidak! Aku mohon jangan pergi Hyung. Yesung Hyung bangkit dari tempat duduknya, membungkukan badannya lalu beranjak pergi. Rasanya ingin berlari padanya dan memeluknya dari belakang untuk menahan langkahnya. Tapi aku hanya bisa diam menatap punggungnya yang semakin menjauh lalu menghilang dibalik pintu Cafe. Kamu benar - benar pergi, Hyung?
Amplop itu ada disitu, dan melihatnya membuatku merasa semakin sakit. Kuraih dan kumasukan cepat amplop itu ke tasku. Bukan karena aku ingin cepat - cepat memakai uang itu, tapi aku merasa tidak kuat menahan rasa sakit saat melihatnya tergeletak diatas meja. Aku mencoba untuk berdiri tapi kemudian ambruk dan kembali terduduk. Kakiku terasa terlalu lemas untuk menopang semua ini, tak tahan lagi aku pun menangis.
"Wookie?" Aku mengangkat kepalaku yang sejak tadi menunduk. Donghae Hyung. Ku hapus air mataku dengan cepat. Dapat kulihat tatapan sedih di matanya dan itu membuatku kembali menangis.
"Wookie, mianhe... Mianhe..." Kurasakan Donghae Hyung memelukku. "Mianhe Wookie-ah, sekarang kamu pasti sudah tahu yang sebenarnya terjadi. Mianhe Wookie - ah karena kami mempermainkanmu. Mianhe..."
Tidak Donghae Hyung, aku bersedih bukan karena itu, aku sudah tahu semuanya dari awal. Aku bersedih karena dia memutuskan untuk tetap pergi saat aku berharap dia akan tetap tinggal. Kembali aku terisak saat mengingat punggungnya yang menjauh.
Donghae Hyung mempererat pelukannya walau aku tidak balas memeluknya, dapat ku dengar dia berbisik. "Mianhe Wookie-ah. Tapi aku berjanji akan menebus semua ini dan membuatmu berhenti menangis."
TBC
Tetap jadi Yewook atau ganti pairing ya? :D Yang sudah baca diminta reviewnya... Aku terima kritik dan saran tapi jangan ngeflame sama kasih bashing ya... #ngedance ala Yesungie#
