Disclaimer: Bleach belongs to Tite Kubo.
Picture of You belongs to TVXQ, SM Entertainment, and Kim Junsu......
Semua ini bermula 3 tahun yang lalu. Itulah saat-saat di mana aku merasa bahwa semua masa-masa bahagia itu akan terus bertahan seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, bukan manusia yang menentukan takdir mereka. Tuhan-lah yang menentukan. Roda kehidupan manusia tak selamanya berada di atas. Ada kalanya Tuhan dengan segala kuasanya memutar balik keadaan bahagia itu. Hingga terkadang, kita dapat merasa bahwa saat bahagia itu nantinya hanya akan menjadi bumerang di kehidupan mendatang. Membuat segalanya yang indah menjadi hancur. Dan dari serpihan kehancuran itulah, kita kemudian bangkit. Membangun kembali segalanya dari nol. Bagaikan saat dalam legenda kuno bangsa Assyria....
Ada burung yang bisa bangkit kembali lagi dan lagi.
Bangsa Assyria memberinya nama-Phoenix.
Ia tidak makan biji-bijian maupun tumbuhan,
hanya tetesan kayu damar dan cairan dari kapulaga.
Bila burung ini telah hidup lima abad lamanya,
dengan cakar dan paruhnya yang bersinar
ia membangun sarang tinggi di dahan palem.
Ia meletakkan kulit cassia di sarangnya yang baru
dan rangkaian kelopak bunga harum
dan kayu manis dengan getah myrrh kuning.
Lalu ia berbaring di wewangian memabukkan itu,
dan mati. Dan bangsa Assyria berkata
dari tubuh burung itu
bangkit kembali Phoenix kecil
yang ditakdirkan untuk hidup lima abad lagi
Holding Back the Tears
By: red-deimon-beta
Prolog: Lost Heaven
Menurutmu, apa yang biasa dilakukan oleh sepasang kekasih saat racun panah cupid di antara mereka sedang menginfeksi dengan hebatnya –terutama saat weekend? Ke mall? Bioskop? Oh, sungguh hal-hal yang begitu klise. Ayo pikirkan hal yang baru! Tidak usah benar-benar baru. Cukup hanya dengan hal-hal yang dapat melepas kepenatan.
Apa boleh aku mengusulkan sebuah ide? Bagaimana dengan.....
Pantai?
Ide bagus. Terutama jika mengingat ini adalah awal libur musim panas.
-
Sinar mentari yang mulai meredup mewarnai langit senja. Melatarbelakangi kedua insan yang dimabuk asmara. Tangan kekar sang pemuda menggenggam lembut tangan ringkih sang gadis. Sepasang mata berwarna turquoise dan sepasang mata coklat hazel saling beradu. "Aishiteru, Momo..." ujar sang pemuda. Rambut putihnya yang jabrik melambai-lambai tertiup angin senja.
"Aishiteru yo, Shiro-chan..." balas sang gadis. Semburat merah muncul di pipinya yang semulus bayi. Toshiro hanya mengeluarkan seulas senyuman miring yang sangat manis. Perlahan-lahan dielusnya pipi bersemburat merah itu dengan lembut, dan dikecupnya pipi itu dengan sepenuh hati. Kini, rona merah di pipi itu kian menjadi-jadi.
"Ap-" Hinamori ingin mengatakan sesuatu. Tapi, jari-jari indah tangan Hitsugaya sudah menahannya. Sekali lagi, pemuda itu kembali memperlihatkan seulas senyum. Dengan cekatan diambilnya biola kesayangannya dari wadah yang kini setengah tertutup oleh pasir pantai. Dan kemudian jari-jari indah itu menari, mengiringi nyanyian yang dilantunkan dengan sangat indah oleh suara merdu sang pemilik.
Kedua perpaduan tersebut saling mengisi satu sama lain. Menjadi harmoni indah yang kini membahana di angkasa.......
"Jonyok nouri jigo hana dul kyojinun (After the after glow sets,)
Bulbichul taraso (I'm going towards you,)
noege gago iso (Following the lights which turn on one by one)
Chagaun barame umchurin ne okaega (I'll embrace you,)
Naeryo antgi jone naega gamsajulke (Before the cold wind makes your shoulders flinch)
Nal bwa love you (I love you,)
Babogatun gudae (The foolish you,)
Gu modun goshi naegen da sojunghangol" (You're so precious to me)
-
Wajah Hinamori terkesiap begitu mengetahui lagu apa yang dinyanyikan oleh Toshiro. "Ah! Shiro-chan! Aku tahu lagu ini!" ujarnya. Ekspresi malu sekaligus senang tergambar dengan jelas di paras kekanakan itu. Mendengar kata-kata itu, Toshiro pun lalu dengan sigap menghentikan permainan biolanya.
"Ya, Momo?" tanyanya lembut. Nada bicaranya terdengar sedikit terengah-engah. Tak terasa peluh mulai menetesi kerah kaos polo berwarna biru muda yang dikenakannya.
"Ng... Yang jelas itu lagu Korea! Ung..... Picture of You?" tanya Hinamori ragu. Benaknya hanya dapat mengingat nada lagu itu, dan melupakan judul lagu itu....
Pemuda itu hanya menggangguk kecil, jari-jarinya bersiap-siap untuk memainkan refrain lagu tersebut. Sorot matanya melembut. Seakan mengajak sang wanita pujaan untuk bermain bersamanya.
"Eh? Apa boleh?" tanya Hinamori dengan wajah polos yang terlihat (lagi-lagi) ragu. Toshiro mengedikkan kepalanya. 'Ah, lagi-lagi... Selalu saja khawatir...,' pikirnya.
"Sejak kapan aku tidak membolehkanmu, he? Ayo kita duet!" ajak Toshiro.
Ekspresi Hinamori kini berubah menjadi lebih bersemangat. Dibukanya bibir mungil itu selebar yang ia bisa. Kemudian, suara sopran yang mulai mengalun disusul gesekan lembut biola serta suara baritone kembali menimbulkan sebuah perpaduan yang terasa menenangkan di telinga.....
"Gudae wiro toorun taeyangmankum (As much as the sun that rises above you,)
Nuni bushin I gasumuro (I'll keep you safe as much as you've waited for me,)
Gidaryojun shiganmankum nol naega jikyojulke (with this glaring heart,)
Gidohan modun kumi ganjolhan (All the dreams I've prayed for,)
Nae hyanggiro nama uril hyanghae iso (They're going towards you with my sincere scent)
More than the air I breathe"
-
"Ahh......" gumam Toshiro dan Hinamori bersamaan. Direbahkannya badan mereka berdua di atas gelapnya pasir pantai pada malam hari. Biola yang tadi terus menerus dimainkan Toshiro -hingga tangannya lecet demi duet (baca: bersenang-senang) bersama Hinamori, kini berada di tengah-tengah mereka. Tepatnya, menjadi alas bagi tangan mereka yang saling bertaut.
"Aku capek!!!!" seru Hinamori. Pipinya yang menggembung, memerah setelah seharian terbakar mentari yang bersinar dengan ganasnya.
"Hahaha....." Toshiro tertawa kecil, kemudian melanjutkan perkataannya. "Bisa-bisanya kau capek! Kau kan hanya menyanyi dengan nada sumbang!"
"A~ah! Shiro-chan!" Hinamori memukuli Toshiro karena pemuda itu telah menggodanya. "Enak saja! Suaraku tidak sesumbang itu, tau!" teriak Hinamori jengkel.
"Aduh.. Duh..." Toshiro mengaduh karena –sepertinya Hinamori memukulnya terlalu keras. "Iya.. Iya... Suaramu tidak sumbang... Maaf.."
Gadis itu kini terdiam. Diputarnya badan mungil itu agar menghadap ke arah yang berlawanan.
-
"Momo, kamu marah?" tanya Toshiro tanpa tedeng aling-aling.
"Tidak."
"Hei.. Kalau begitu, ayo tatap aku!" perintahnya tegas seraya menarik lengan kecil itu. Sayangnya, lengan kecil itu langsung menolak. Amarah pemilik lengan kecil itu kini kian menjadi-jadi.
"Jangan memaksaku! Lagipula, ada apa denganmu hari ini?! Tidak biasanya kau bersikap seperti ini..." ujarnya sinis.
Toshiro terdiam sesaat. "Err....." Kini, mukanya sudah berubah menjadi semerah kepiting rebus. Tangan kirinya sedari tadi terus saja menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Sementara tangan kanannya sibuk memelintir rantai dompet yang disangkutkan pada sabuknya. Istilah yang tepat: salah tingkah.
"......" Hinamori terus terdiam. Matanya mengeluarkan sorot tajam. Seakan berkata 'cepat-katakan-atau-aku-tidak-akan-memaafkanmu!'
"Hahaha... Tenang dulu, Hinamori," kata Toshiro menimpali tatapan tajam itu. "Uhm.. yah.... Tidak apa-apa, kan, sesekali kita melakukan hal seperti ini? Kupikir, kita belum pernah melakukan hal seperti ini. Ya, kan?"
"....." Diam. Lagi-lagi, itulah yang Hinamori lakukan. Kini matanya terlihat menyelidik. Tapi, tak lama kemudian, tatapan itu mulai mencair menjadi tatapan yang hangat. Senyum lebar tampak di wajahnya yang manis.
"Ung!" Hinamori menganggukkan kepalanya, kemudian bangkit berdiri untuk merasakan terpaan angin laut yang kencang. Membuat bolero hitam yang dipakainya berkibar. "Kau benar, Shiro-chan! Ayo kita habiskan sisa hari ini sepuasnya!" teriaknya bersemangat.
"Heh, memangnya kapan aku pernah salah?" timpal pemuda di sebelah Hinamori yang sekarang telah ikut berdiri di sebelah pujaan hatinya.
"Sombong! Mentang-mentang juara Olimpiade Fisika tingkat Nasional!" ejek Hinamori setengah bercanda.
Toshiro ingin membalasnya. Tetapi, diurungkannya niat itu setelah ia melihat wajah Hinamori. Sungguh wajah yang terlihat damai. Tangannya yang berjari lentik direntangkan hingga mencapai batas maksimal. Mata coklat hazel yang biasanya penuh keceriaan kini tertutup rapat. Begitu pula dengan bibir yang mungil serona mawar yang menghiasi mukanya yang mulus.
"Momo....." panggil Toshiro pelan.
"Ssst....." jawab Hinamori. Pemuda berambut putih itu langsung terdiam. Kini dia hanya bisa menunggu dan melihat. Diperhatikannya wajah Hinamori yang begitu tenang; sedang memusatkan perhatiannya pada suasana alam di sekitarnya.
Angin yang bertiup kencang membuat rambut Hinamori yang halus berkibar tak keruan.
Sekilas, Toshiro melihat seberkas kilatan cahaya di sana. Setelah diperhatikan dengan seksama, siswa kelas 3 SMP itu langsung terperangah. Kilauan cahaya itu ternyata berasal dari anting lily perak yang diberikan Toshiro pada tanggal 3 Juni 2 tahun yang lalu.
"Kh..." Toshiro merenggut kausnya. Perasaan sedih dan tak ingin meninggalkan lagi-lagi membebani batinnya.
"Ada apa, Shiro-chan? Kau sakit?" tanya Hinamori khawatir.
"Ukh!" Toshiro berteriak kaget begitu mendengar suara Hinamori.
"Eh? Dahimu tidak panas...." gumam Hinamori yang mengacuhkan teriakan Toshiro. Tangannya segera menyentuh dahi Toshiro. Hal ini tentu saja sukses membuat muka pemuda itu menjadi semerah buah cherry.
"Apaan, sih? Tentu saja tidak panas! Aku kan tidak sakit!" elak Toshiro. Hinamori langsung menjauhkan tangannya. "Omong-omong... Apa hari ini aku sudah bilang bahwa 'aku mencintaimu'?"
Sontak muka Hinamori sudah memerah kembali. "Eh? Apa maksudmu? Seingatku... Tadi siang kau sudah mengatakannya. Kenapa? Kurasa tingkahmu hari ini aneh sekali....."
Toshiro sedikit terkejut mendengar pernyataan Hinamori. Tapi kemudian, cepat-cepat ia menyembunyikan rasa terkejutnya dan menggantinya dengan ekspresi santai. "Nope. Entah kenapa aku merasa harus mengatakan itu berulang kali padamu," katanya cepat.
"Jangan terlalu berbelit-belit, Shiro-chan. Kau sangat membingungkan hari ini...." balas Hinamori. Tangannya kini meraih tangan Toshiro yang bebas. Mengambil sisi di sebelah kanan pemuda itu.
"Umm... Baiklah," Toshiro hanya mengangguk kecil pada Hinamori. "Akan kukatakan ke seluruh dunia bahwa aku mencintaimu... Lihat saja."
"Oke!" Hinamori hanya terseyum lebar mendengar perkataan kekasihnya itu. "Buktikan."
-
Kata 'Buktikan' nampaknya menjadi penyemangat bagi Toshiro. Buktinya, saat ini ia langsung melepas genggaman tangan Hinamori, dan kemudian berlari secepat mungkin ke arah laut lepas. Dibentuknya kedua tangan kekar itu layaknya sebuah corong, lalu di langsung saja berteriak setelah menghirup nafas sedalam mungkin.
"BAD WETTER MOMOOOO!!!! AISHITERUU!!!"
"Hah?!" Hinamori yang hanya bisa melihat punggung tegap Toshiro terbengong-bengong melihat aksi Toshiro. Teriakan 'pernyataan cinta' yang sedemikian tulus dan jujur itu seakan membahana. Terbawa ombak lepas pantai. Arus samudera yang luas kini seperti mendapat perintah untuk menympaikan pernyataan cinta tulus itu ke seluruh dunia.
Setelah dirasa cukup, Toshiro kini berbalik. Cengiran senang terkembang di mukanya. Terlihat sekali bahwa dia puas akan tindakannya barusan.
"Nah, sudah kubuktikan, bukan?"
"Hitsugaya Toshiro.. Apa kau bodoh? Ke mana perginya otak brilianmu itu? Tak bisakah kau melakukan hal yang lebih rasional?"
"Tenang saja. Otak tersayangku masih bekerja dengan baik... Asal kau tahu, cinta dapat membuat segala hal yang irrasional menjadi rasional," jawabnya tenang.
"Buktikan lagi!" jawab Hinamori keras kepala.
"Baik. Kali ini cukup hanya dengan satu langkah simpel saja," sahut Toshiro.
Dalam sekejap, posisi Toshiro yang tadinya ada di sebelah Hinamori, sekarang berpindah menjadi berada di depan Hinamori.
"A... Apa yang kau lakukan?" tanya Hinamori gugup. Kini dia dapat merasakan detak jantungnya yang semakin cepat.
"Sst..." Toshiro mengisyaratkan Hinamori agar diam. Telunjuk kirinya ia tempelkan tepat di atas bibir lembut milik Hinamori. Hinamori –yang tidak tahu apa-apa hanya menurut dan mencoba untuk mengabaikan jantungnya yang serasa ingin melompat keluar dari rongga dadanya.
Tanpa aba-aba, bibir kedua insan itu kini telah bertautan menjadi sebuah kecupan manis. Yang lama kelamaan, akhirnya berubah menjadi sebuah ciuman penuh yang bergelora dan juga dipenuhi oleh hasrat.
"Aku mencintainya"
Itulah yang kini ada dalam benak masing-masing. Sebuah hal yang mereka berdua rasa tidak perlu diucapkan langsung melalui ucapan. Ciuman itu sudah mewakili secara gamblang tentang apa yang ada di benak mereka. Perasaan cinta itu tersalurkan melalui serangkaian ciuman yang dalam. Lidah Toshiro memaksa masuk ke dalam mulut Hinamori. Mencoba menelusuri semua bagian mulut yang bisa ia jangkau.
Hinamori merasa senang menerima ciuman itu. Karena, baginya ini pertanda bahwa Toshiro ingin merubah hubungan mereka. Bagaimana tidak? Jangankan ciuman. Berpegangan tangan saja rasanya menjadi hal langka bagi mereka. Tapi, di balik semua rasa senang itu, Hinamori merasa was-was. Entah kenapa ia merasakan perasaan mengganjal yang ada di benaknya begitu menerima ciuman ini. Meskipun ini merupakan 'First Kiss' baginya, tapi tetap saja ia merasa ada sesuatu yang aneh pada ciuman ini. Entah apalah itu. Ia memutuskan untuk mengabaikannya.
Pada akhirnya, ciuman itu kini berakhir dengan sebuah kecupan hangat. Bibir keduanya memerah, begitu pula dengan wajah mereka.
"Ng......" Hinamori memalingkan mukanya dan menutup matanya erat-erat. Merasa malu jika bertemu mata dengan kekasihnya saat ini. Dan kekasihnya pun mengerti. Digenggamnya tangan Hinamori dengan sedikit sentuhan lembut. Kemudian melepaskannya perlahan tanpa sepengetahuan Hinamori.
"Baru kali ini aku melihat Shiro-chan seagresif ini. Apa kau sengaja, Shiro-chan?" tanya Hinamori dengan muka polosnya. Perasaannya bertambah tidak enak begitu ia tidak mendengar jawaban apa pun.
"Shiro-chan?" Hinamori kembali mencoba bertanya pada Toshiro. Lagi-lagi, tidak ada jawaban.
'Apa Shiro-chan marah?' batinnya. Kepalanya terus berputar. Mencari Toshiro ke segala arah. Namun, ia tidak bisa menemukan apa yang ia cari....
Rasa gelisah yang begitu besar kini memenuhi kepalanya. "Tolong katakan ini hanyalah mimpi..." gumamnya berulang kali pada dirinya sendiri. Perasaan sedih, marah, benci, kehilangan serta dikhianati bercampur menjadi satu dalam hatinya.
Apa peduli hati kecilnya itu? Toh, hati kecilnya tetap memerintahkan seluruh sel-sel tubuh Hinamori untuk bergerak. Terus berlari tanpa arah di sekeliling pantai yang sepi ini. Mencari separuh bagian dari tubuhnya yang lenyap begitu saja.
Apa dayaku? Aku, hanya seorang kekasih yang ditinggalkan.
"SHIRO-CHAAAAN!!!!" teriaknya keras. Entah ini sudah kali keberapa ia memanggil Toshiro. Sebuah hal yang percuma. Hinamori pun tahu itu. Tapi otaknya ingin mengelak dari kenyataan pahit ini. Kakinya terus berlari. Bahkan rasa lelah pun tidak dihiraukannya. Ia hanya berharap bisa menemui belahan jiwanya itu sekali lagi. Demi meminta sebuah kata perpisahan yang menyakitkan. Tapi itu lebih baik. Ketimbang dia harus terlunta-lunta tak tentu arah seperti ini.
-
Dalam usaha pencariannya, tiba-tiba Hinamori melihat sesuatu. Sebuah kertas kecil yang disangkutkan tepat di sebuah pohon tua. Pohon yang sering digunakan oleh Toshiro dan Hinamori. Tempat penuh kenangan milik mereka berdua. "Apa ini?" gumamnya seraya tertegun.
Dilihatnya surat itu sekilas. Dia langsung bisa menyadari tulisan siapa itu. Lalu, dengan air mata berlinang, Hinamori membaca isi surat itu dalam hatinya.
-
To: Hinamori Momo
Maafkan aku, Bad wetter Momo...
Selamat tinggal.
Aku tahu ini terlalu mendadak bagimu.
Tapi, kupikir ini adalah jalan terbaik.
Kuharap surat ini dapat membantumu untuk semakin membenciku.
~Toshiro
P. S.
'Jangan mengirim burung hantu ke Athena'
-
"Hah..... Sungguh surat khas Shiro-chan...." Hinamori menggumamkan hal tersebut seraya menggenggam erat kertas surat itu dengan tangan gemetar. Ia tidak ingin air mata itu jatuh dari pelupuk matanya.
"Ja ne..." apa daya. Tangisan itu pun akhirnya pecah, disusul kemudian oleh raungan yang memekakkan telinga. Raungan dan tangis itu kini bercampur dengan kemarahan dan kesedihan. Betapa pilu suara itu... Betapa menyakitkannya suara itu....
Hati seorang gadis telah hancur menjadi serpihan-serpihan halus. Mudahkah untuk dilebur menjadi sebuah hati yang baru? Sulitkah untuk disatukan kembali menjadi hati yang lama? Memangnya apa yang ia lakukan? Ia hanya menunggu Sang Waktu menyembuhkan luka-luka itu perlahan. Namun, kita tahu akan satu hal.
Sang Waktu tidak bisa mengumpulkan kembali semua serpihan itu.
To Be Continued
Pojok SBS!
rdb: Errr..... Pfiuh.... Akhirna kelar juga nih Prologue... Sumpah! Ni fic paling susah yang pernah gue bikin! BENERAN!! *bikin tanda peace*
Kangin: Halah... Lebay... Bikinnya aja males-malesan! Masa susah?!
rdb: GYAA!! Ada orang nyasar lagi di Pojok SBS!!!!
Kangin: Beuh... Enak aja nyasar! Ni gue dibayar tau!
rdb: Lah? Masa?
Kangin: Ga tau juga, sih. Tadi gue juga cuma di-drop manager ke sini.
rdb: *sweatdrop* Edan.... O ya, sebelum ni SBS Corner bubar, gue cuma mau ngasih tau sesuatu!
Kangin: ?
rdb: Tolong kalian baca fic ini sambil dengerin lagu: Big Bang-Let Me Hear Your Voice ato... Big Bang-Together Forever!
Kangin: GUE PROTES! Kenapa Big Bang?! Kenapa nggak Super Junior aja?! Kan banyak tuh, yang bagus! U, Super Girl, Don't Don, Wonder Boy, Blue Tomorrow, Pajama Party, Sorry Sorry, Rokkugo!!, dsb....
rdb: Lagu kalian ntuh malah nggak menginspirasi gue bikin fic ini! Lagu kalian, terutama Sorry Sorry malah bikin gue mandek bikin fic ini!
Kangin: KOK BISA???!!!! Sorry Sorry padahal 30 minggu jadi no. 1 di chart musik Taiwan, lho....
rdb: Iya... Iya... Tau.... Tapi, saking demennya gue sama lagu ini, gue malah endingnya nonton video kalian! Bukan ngetik fic!
Kangin: Hoo.....
Toshiro: Bah.. Apaan tuh Sorry Sorry? Lagu gaje..
Kangin: APA LO BILANG?!
Toshiro: *diem, terus nyeruput teh*
Kangin: Cari mati, ya?!
Toshiro: temen gue nggak ada yang namanya Mati....
Kangin: *berubah jadi raccoon raksasa* RAAAARGH!!!
rdb: G.. GYAAAAAA!!! Oppa! Jangan ngamuk di sini! Ntar diamuk sama yang punya studio! Ni kan gue cuma nyewa!!!!
Toshiro: Ya udah. Mending sekarang pamit. Trus ngacir.
rdb: Oke... *merinding* kalo gitu....
rdb + Toshiro: I HOPE YOU'LL ENJOY THIS FIC! READ AND REVIEW PLEASE!!!
rdb: Udah, kan?
Toshiro: *angguk*
Toshiro + rdb: KABUUUURRRR!!!!! *ngacir*
-
Nyahaha... Maaf gaje.....
Tapi... Beneran, nih!
(dan maaf nggak pake garis pembatas... Modemku belom diisi pulsanya. Jadi cuma bisa upload lewat hape... *nangis gegulingan*)
TOLONG BERI MASUKAN, KRITIK, DKK
LEWAT TOMBOL IJO LUMUT DI BAWAH!!!!
FIGHTING!!!!!
