WARNING ! Fanfic lama, saya upload lagi. Ejaan masih newbie. Tanda baca banyak yang salah.
Kalau buat NaruHina lovers ya yang penting ceritanya, hihihi...
Selamat membaca.
Princess of The Kingdom
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Pair : Naruto x Hinata
Rate : T
Warning : OOC, OC, (miss) typo, EyD, Gaje, dll.
.
.
Deru langkah kaki seseorang terdengar jelas di dalam kerajaan itu. Jenggotnya yang berwarna putih terlihat panjang. Sesekali ia pun mengusap-usap jenggotnya itu dengan jari tangan.
Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba ia berlutut ketika menyadari ada seorang pria di depannya muncul. Pria itu adalah seorang raja di kerajaan ini. Kerajaan Khatiddon.
"Ada apa wahai penasehatku? Kenapa kau terlihat terburu-buru?" tanya sang raja.
Menundukan kepalanya, "Maafkan aku baginda, maafkan aku yang tidak bisa menjaga tuan putri. Tuan putri Hinata tidak ada dikamarnya, dia kabur!"
Mendadak kedua mata sang raja membulat.
"Maafkan aku baginda raja,"
Sambil berbalik dan berjalan meninggalkan si penasehat itu, "Perintahkan pada semua prajurit untuk mencarinya ke seluruh desa!" tegas sang raja.
"Baik baginda raja!" Kedua pengawal yang dari tadi mengikutinya dari belakang sontak meninggalkan sang raja setelah mendengar perintah darinya.
"Hinata..."
~NaruHina Kerajaan~
Usaha dalam mencari sesuatu itu memang harus di butuhkan. Keberanian. Keahlian. Kebenaran. Kualitas. Tapi, coba lihat pemuda itu...
Rambutnya pirang. Saphire bola matanya. Pakaian ala timur tengah. Ia memakai jubah. Sorban yang ia kenakan berwarna cokelat tampak lusuh dan ingin jatuh jika ia tidak sering membenahinya. Ingin tahu apa yang sekarang dia lakukan?
Mari kita lihat dari atas. Dimana pemuda itu tengah berlari secepat mungkin dengan membawa sebuah bungkusan di tangan kananya dan tidak jauh di belakang, terlihatlah dua orang pria berotot terlihat dari lengannya yang tak memakai baju membawa tombak sedang mengejarnya.
"Berhenti pencuri!" Satu dari mereka berteriak.
Sebentar pemuda itu menengok ke belakang, "Ayo kejar kalau bisa!" ujarnya sambil tersenyum, masih berlari menembus keramaian kota yang di buat oleh para pedagang maupun para pengunjung pasar saat ini.
.
.
.
.
"Prajurit bodoh! Mengejarku saja mereka tidak bisa, kenapa mereka jadi pihak kerajaan ya?"
Pemuda itu berjalan pelan di sebuah jalan sepi, setelah tadi lolos dari kejaran dua prajurit kerajaan.
Tetapi kesenangannya tidak lama, ketika sebuah tongkat tiba-tiba mengayun ke arah kepalanya. Dan saat ia menyadarinya... tongkat itu sudah mengenai kepalanya, sehingga membuat pemuda itu pun langsung jatuh ke tanah.
"DASAR PENCURI!" teriak seseorang yang memukulnya itu.
Sambil bangun memegangi benjolan yang baru saja muncul di kepalanya, pemuda itu melihat ke arah seseorang yang telah memukulnya tadi. Seorang gadis memakai jubah.
"Hey, kau ini seorang gadis, bersikaplah yang baik kepada pria sepertiku," ucapnya.
"Jangan mimpi! Wanita siapa coba yang mau bersikap hormat kepada seorang pencuri sepertimu!" balas gadis berjubah itu.
"Haaah cerewet... sudah pergi sana, jangan ganggu aku,"
"Dasar! Pencuri tetaplah pencuri~"
"Lalu kau mau apa, ha?"
"Kembalikan benda yang kau curi itu ke istana! Kau mencuri dari sana kan? Cepat kembalikan! Kalau tidak a-aku akan~"
Tiba-tiba gadis itu memegangi kepalanya. Matanya terlihat ingin sekali ia tutup sekarang juga.
"Akan melakukan apa?" ucap pemuda itu
cuek.
"A-Aku... "
"Apa ha?"
"A-Aku akan..."
"Hey, kau tidak apa kan?"
"Ah... t-tidak... aku hanya sedikit pusing..."
"Hey hey, kenapa malah pingsan? Hey..."
Princess of The Kingdom
"Kakak, aku mana?"
Suara seorang anak kecil terdengar samar- samar.
"Kakak, aku dong"
"Kakak yang berbaring di sana itu, pacar kakak ya?"
"Hahaha... ya bukanlah, dia itu gadis yang tidak sengaja aku temukan tadi di jalan"
"Emmm... kakak bohong nih, coba deh aku tanyakan"
Hinata pun mulai merasakan tubuhnya seperti di guncang-guncangkan oleh sepasang tangan kecil.
"Kakak bangun dong, aku mau tanya nih, bangun dong kak," suara seorang anak kecil membuat Hinata sedikit demi sedikit membuka matanya.
"Ah akhirnya bangun juga, kakak kakak, apa kakak pacarnya kak Naruto?"
Hinata terduduk sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sedikit pusing. Kemudian melihat seorang anak kecil berambut hitam pendek di sampingnya sedang menatapnya penuh harap, agar ia menjawab, Ya.
Sambil mengusap-usap rambut anak kecil itu, Hinata melihat ke arah seorang pemuda pirang yang tengah berdiri menatapnya tak jauh darinya, dimana ia sedang berada di sebuah tempat tidur yang tampak begitu lusuh namun bersih. Pemuda itu sudah tak memakai sorbannya.
"Tuan putri Hinata, keponakan dari sang raja kerajaan Khatiddon. Akio Yoshinori. Kenapa anda melarikan diri dua hari yang lalu?" suaranya terdengar datar.
Kedua mata Hinata seketika membulat, saat pemuda pirang bernama Naruto itu selesai berkata. Ia meraba kepalanya. Jubahnya? Kemana?
Sambil bangun dari tempat tidur, ia pun langsung bergegas mendekati Naruto dan berlutut, memegangi kaki pemuda itu.
"Kumohon, jangan beritahu siapapun tentang aku, terutama pada paman. Aku... aku tidak ingin ke istana lagi. Kumohon tuan Naruto. Aku janji, akan melakukan apapun yang kau inginkan, asalkan jangan beritahu tentang keberadaanku kepada paman!"
"Tuan Naruto?" Menggaruk tengkuknya, "Putri, apa anda serius memanggilku seperti itu. Aku hanyalah seorang rakyat biasa, sedangkan anda dari keluarga bangsawan," Naruto membantu gadis itu berdiri, "Untuk yang tadi maaf ya, aku tidak tahu kalau itu anda. Sekali lagi maaf," ucapnya.
Hinata menatap heran ke pemuda itu, "Tunggu... bukankah kau ini... si pencuri tadi?" ia bertanya. Melihat sekilas anak kecil yang ada di belakang Hinata. "Iya," jawab Naruto sambil nyengir, menggaruk-garuk belakang kepalanya.
Hinata terdiam sejenak, "Ahh... ya sudahlah. Ohya Naruto, boleh aku..." mengamati seisi ruangan, "tinggal disini? Sementara saja."
Tampaklah seulas senyum diperlihatkan oleh pemuda itu. "Boleh sih. Tapi... apa anda serius ingin tinggal di sini? Lihatlah sekeliling... rumahku tidaklah bagus dan menurutku, seorang putri seperti anda tidaklah pantas jika tinggal disini, di tempatku."
Hinata mengernyit, "Kau ini aneh ya?" ucapnya, lalu berbalik menatap ke arah anak kecil di belakangnya yang terlihat bingung dengan pembicaraan mereka berdua, "Itu sih menurutmu, kalau aku biasa biasa saja. Oh ya, aku tadi sepertinya mendengar banyak anak kecil disini, sekarang dimana mereka?". "Mereka ada di luar, mungkin lagi main kak" Anak kecil itu yang menjawab.
Mengusap-usap kembali rambut anak itu, dan berjongkok tersenyum padanya, "Benarkah?"
Anak itu mengangguk mantap, "Iya benar, aku serius kok," katanya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita ikut main dengan mereka?" Sekarang Hinata mencubit kedua pipi anak itu, karena merasa gemas dengannya.
"Waaah... beneran, kalau gitu aku tunggu di luar aja," anak itu langsung berlari keluar rumah, menyusul teman-temannya di luar.
.
.
"Anda suka dengan anak kecil ya?" Hinata berdiri, lalu menatap heran Naruto yang ada di belakangnya. "Bisakah kau memanggilku dengan namaku?" ucapnya.
"A-Ahh b-baiklah, aku tahu kalau itu selalu membuatmu merasa aneh,"
"Coba panggil,"
"Ha? A-Apa?"
"Panggil aku,"
"E-E b-baiklah..."
"Ayo, ada apa? Jangan khawatir, aku tidak akan marah kok,"
"E-E baiklah, a-aku mengerti. E-Emm..."
"Ya ampuuuun. Lama sekali, tinggal panggil aku Hinata apa susahnya sih? Bukankah kau bilang, kau adalah pria, kenapa memanggilku saja tidak bisa,"
"Oke oke," terdiam sejenak. "Hinata.."
"Naah gitu dong. Itu baru pria yang akan
menjadi suamiku,"
.
.
"A-APA!"
Princess of The Kingdom
Suara gemericik lonceng yang tergantung di setiap tepi atap itu terdengar bernyanyi. Mengisi sunyinya malam hari di kota Gannd. Bersenandung bersama tentramnya di bawah cahaya bulan.
"Astaga... kenapa juga aku harus bertemu dengannya tadi. Habis sudah uang yang ku punya, hanya untuk membayar penghulu itu"
Dalam hati, Naruto terus menyesali perbuatannya yang telah menyelamatkan gadis itu.
Sambil melihat ke arah Hinata yang tampak tertidur pulas bersama 5 anak kecil di sekelilingnya. "Cantik. Tapi... kenapa dia sepertinya begitu percaya padaku ya? Mungkinkah aku ini tampan? Ahh jangan bodoh. Dia tidak mungkin langsung terpikat denganku, dia itu seorang putri. Lagipula, tadi itu hanya pernikahan pura-pura, untuk menyamarkan dia saja"
Menatap wajah Hinata yang tampak begitu manis, "Padahal aku ingin sekali, menikahi putri Hinata tanpa pura-pura,"
Flash Back
Daun-daun berwarna coklat yang terdapat di setiap pohon itu terlihat berguguran. Seorang anak perempuan tampak berdiri di atas sebuah cabang pohon yang tinggi.
"Putri Hinata! Turunlah... anda bisa jatuh nanti!" seorang anak laki-laki berteriak dari bawah, melihat anak perempuan itu dengan khawatir.
"Tidak! Aku masih ingin disini melihat awan yang indah!" teriak sang putri kecil bernama Hinata itu.
"Nanti bagaimana kalau jatuh? Bisa-bisa aku dimarahi ayah dan ibuku,"
"Haah... kau ini cerewet sekali! Lebih baik sini temani aku di sini,"
Tengok kanan-kiri, "Tapi ini di kebun kerajaan, nanti kalau terlihat pengawal aku bisa mati,"
"Kau bukan musuh, kenapa harus takut mati di bunuh para pengawal? Jangan banyak tanya, cepat temani aku. Ini perintah!"
Mendadak Naruto pun menegakkan tubuhnya.
"B-Baik putri!" kemudian bergegas memanjat pohon untuk menyusul Hinata kecil yang ada di atas sana dan duduk bersama disampingnya.
Mereka berdua tampak diam. Hinata yang sibuk menikmati keindahan awan di langit, sementara Naruto terus menatapnya dengan muka merah karena malu sekaligus gugup.
"Eng... Naruto," Hinata memecah keheningan, tapi pandangannya masih ke langit.
Tersentak, "A-Ada apa putri?"
"Boleh aku meminta sesuatu padamu?"
"Aku hanyalah seorang pelayan, putri bisa menyuruhku apa yang putri katakan. Itu pesan ayahku. Memangnya putri ingin meminta apa?"
Melirik Naruto sekilas. "Kata ayah dan ibuku, saat aku besar nanti mereka akan menjodohkanku dengan seorang pangeran negeri sebrang. Aku takut," kata Hinata.
"Kenapa harus takut? Kan putri bisa pendekatan terlebih dulu pada pangeran itu,"
"Iya sih. Tapi..."
"Tapi?"
"Aku ingin mencari pangeranku sendiri,"
"Bukankah putri bisa meminta itu pada baginda raja dan ratu?"
"Ahh... kau ini tidak mengerti sih,"
"Lalu, untuk apa putri memintaku itu padaku. Memangnya apa yang harus kulakukan?"
"Bukan begitu," terdiam sejenak. "Aku ingin... kau yang menjadi pangeranku nanti,"
Terdiam, menatap heran Hinata. "Jangan berlebihan putri, aku hanya seorang pelayanmu."
Sekarang Hinata menatap Naruto dengan kesal. "Kau ini terlalu merendah."
"Memangnya putri lebih memilihku di banding dengan pangeran yang sesungguhnya nanti. Bukankah jika kita besar nanti malah ada banyak laki-laki yang lebih tampan dariku?"
"Aku tidak ingin dijodohkan, meski dia itu tampan atau kaya. Aku tidak mau!" Naruto hanya bisa terdiam mendengarnya.
"Apapun yang terjadi nanti, kau harus jadi pangeranku! Kita akan menikah~"
"Tapi putri, aku~"
"Tidak ada tapi-tapi! Ini perintah!"
"B-Baik putri!"
Hinata mendekatkan wajahnya ke wajah Naruto. "Kumohon berjanjilah padaku,"
Menatap dengan keringat dingin yang mulai muncul di pelipisnya, karena saking gugup dan malunya dilihat oleh sang putri dari dekat. "B-Berjanji apa?" Bahkan suara Naruto terdengar bergetar.
"Berjanjilah, kelak dewasa nanti kau harus menikah denganku," Kaget, "A-Apa? M-Menikah? Jangan bercanda putri, bisa-bisa kalau baginda raja dan ratu tahu, aku akan dikeluarkan dari kerajaan, bahkan kota,"
"Itu yang kuinginkan,"
Menaikan sebelah alis mata, "Jadi putri ingin aku pergi dari sini?"
Mencubit pipi kedua pipi Naruto, karena merasa gemas. " Bukan begitu Naruto-kun.
Dengan kau keluar kerajaan saat sudah menikahiku, aku bisa bebas dari istana. Dengan begitu aku bisa tenang tanpa harus memikirkan hal-hal mengenai istana." kata Hinata sambil tersenyum.
"Apa-apaan itu?"
"Jadi, kau harus berjanji ya?"
Naruto terdiam, ia sekarang menatap ke arah langit. "Menurutku... putri Hinata adalah seorang putri yang hebat. Masih kecil saja sudah pandai berkata. Pasti jika putri punya anak nanti, akan menjadi ibu yang hebat. Dan~" Kata-kata Naruto terpotong karena merasakan rambutnya di jambak oleh Hinata. Hampir saja ia akan jatuh.
"Sudah tahu begitu, kenapa ragu sih? Makanya kau harus berjanji, kalau nanti saat sudah waktunya kau harus segera menikah denganku. Aku ingin menikah jika itu denganmu. Ayo berjanjilah padaku,"
"Putri memaksaku?"
"Banyak tanya, cepat berjanji saja kalau nanti kau akan menikahiku."
"B-Baik aku mengerti,"
"Tunggu apa lagi?"
"I-Iya."
"Iya apa?"
"Iya, a-aku berjanji."
"Naah gitu dong. Jangan ingkar janji ya? Aku percaya padamu." Hinata kembali menatap langit, melihat keindahan awan-awan putih yang ada di sana.
Flash Back End
"Jangan melamun yang aneh-aneh. Ingat baik-baik, kita hanya menikah pura-pura,"
Dan sekarang inilah hasilnya. Mereka berdua tanpa sengaja bertemu, dan entah ingat atau tidak Hinata sendiri malah memintanya untuk menikah dengan pura-pura, karena untuk penyamaran agar dia tidak di ketahui oleh pihak kerajaan.
Naruto pun hanya bisa menatap sendu ke arah Hinata yang baru saja bangun dan memperingatinya agar tak melakukan sesuatu yang harus dilakukan saat sepasang pengantin di malam pertama.
"Aku mengerti. Jangan khawatir, aku tidak akan melakukannya tanpa seizinmu, putri tidur saja dulu," Kembali berbaring, setelah tadi bangun terduduk. "Baguslah, selamat tidur," kata Hinata datar, kemudian menutup kedua matanya.
.
"Hari ini, Engkau telah berhasil mempertemukanku dengannya, meski dengan keadaan begini. Terima kasih"
To Be Continued
Semoga kalian suka ^^
Jangan ngerasa aneh. Ini saya buat saat dulu 2013 kemarin. ^_^ Tetap lanjut. Ini hanya sampai chapter 2 kok.
