Hello Minna!

Autho baru di sini, Membawa fic abal ini… *bow*

tapi semoga readers tetap bisa menerima fic ini…

Langsung sajalah kalau gitu…

Silahkan dibaca !


.

Naruto © Masashi Kisimoto

Hate and Smile written by RenJeeSun

Rated: T

warning: Yaoi, BL, Gaje, OOC, typo, dll.

NO BASHING AND NO FLAME!

Pairing: SasuNaru

Don't like, don't read!

.

.

Summary:

Hadapilah kebencianmu dengan senyum…

Jangan biarkan sebuah kebencian, merenggut bahagiamu…

Tamengilah dirimu dengan senyum…

Agar semua orang tahu bahwa kau tidak akan kalah oleh kebencian…

Percayalah dengan sebuah senyuman, maka semua akan baik-baik saja…

.

::A::C::SN::J::S::

.

"Nah, Bocah, mulai sekarang kau berada di kelas XI-A," ujar seorang wanita cantik berambut pirang. Namun, dengan umur yang telah mencapai lebih dari setengah abad bernama Namikaze Tsunade dan menjabat sebagai kepala sekolah di Konoha High School.

Ia berkata pada seorang pemuda yang duduk di hadapannya, yang sedang terfokus pada gadget di tangannya. Pemuda yang membawa kacamata hitam super tebal dengan frame kotak yang di letakkan di atas meja, berambut pirang jabrik, berkulit tan eksotis, serta seragam dengan kemeja putih berlapis blazer biru laut, di padu dengan celana bercorak kotak-kotak biru hitam yang dikenakan 'sangat rapi' jika tidak ingin dikatakan, CULUN.

"Hm," gumam pemuda tersebut. Tidak peduli dengan perkataan kepala sekolah yang ada di depannya. Mata pemuda itu hanya terfokus pada benda kotak oranye a.k.a ponsel yang ada di tangannya. Tsunade hanya mendengus kesal dengan kelakuan murid barunya.

BRAKK!

"Dengarkan orang ketika ia sedang bicara, Bocah! Dan Berhenti bermain dengan ponselmu atau akan kubuang sekarang juga!" bentak Tsunade marah dengan memukul meja di hadapannya hingga terbelah menjadi dua (?). Membuat pemuda tersebut terlonjak kaget dengan mata melotot dan memandang meja yang bernasib naas ditangan Tsunade, horror. Poor meja…

"Hehehe, gomen ne~ baa-chan." Pemuda tersebut hanya nyengir tidak jelas, sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, menghadapi sang kepala sekolah yang sedang ngamuk tersebut. Berharap dengan itu dapat meredakan amarah sang kepala sekolah seksi a.k.a Tsunade. Sepertinya dia lupa untuk tidak membuat masalah dengan sang 'baa-chan' atau hanya akan bernasib sama dengan meja tersebut.

"Haah~ sudahlah, sekarang sebaiknya kau segera ke kelasmu bocah. Kakashi, antarkan bocah ini," suruh Tsunade pada pria berambut perak melawan gravitasi dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya. Yang sejak tadi berdiri di dekat pintu sedang membaca buku kecil berwarna oranye dengan tampang mesum dan tidak memedulikan keributan yang terjadi barusan. Naruto sweatdrop melihat kelakuan pria bernama Kakashi tersebut.

"Baiklah, Tsunade-sama. Tapi kalau saya boleh tahu, siapa anak ini, Tsunade–sama? " tanya Kakashi. Namun, tatapannya tetap tidak terlepas dari buku oranye miliknya. Tsunade sepertinya tidak ambil pusing dengan sikap tidak sopan Kakashi. Terlihat ketika Tsunade hanya mendesah pasrah melihat tingkah Kakashi.

"Dia Uzumaki Naruto, pindahan dari Suna High School. Yang akan menempati kelasmu mulai hari ini," Tsunade menghembuskan nafas sejenak, "dan dia cucuku. Tapi aku harap kau merahasiakannya."

Kakashi yang mendengar kalimat terakhir Tsunade hanya menatap sekilas pemuda pirang a.k.a Naruto dan kemudian menganggukkan kepala singkat, tidak mau ambil pusing.

Naruto yang sedang dibicarakan pun hanya menatap dua orang dewasa tersebut dengan tampang datar.

Tsunade sebenarnya tidak masalah, apabila seluruh sekolah tahu bahwa Naruto adalah cucunya dari pasangan Namikaze Minato dan Namikaze-Uzumaki Khusina. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Namikaze Minato adalah seorang pengusaha sukses CEO dari Rasengan Coorporation dan istrinya Namikaze Khusina adalah seorang aktris multitalenta yang telah merajai dunia hiburan pada saat usianya masih belasan tahun dan masih dikenal hingga sekarang.

Namun, sangat disayangkan Kushina tidak berumur panjang, akibat kecelakaan yang dialaminya tepat tiga tahun yang lalu.

Tragedy naas yang melibatkan aniki dari seorang pemuda pirang Namikaze Deidara mengalami Koma hingga sekarang. Semenjak kejadian itu semuanya berubah, keluarga yang dulunya sangat harmonis itu menjadi dingin, tak ada lagi tawa riang dari pemuda dengan iris sebiru langit tanpa awan itu.

Naruto menjadi pemuda yang menutup diri dari pergaulan dunia luar. Tidak ingin menjalin ikatan yang lebih dalam dengan seseorang, dan menyalahkan dirinya sendiri akibat kecelakaan tiga tahun yang lalu itu.

Tsunade tahu bahwa Naruto bukanlah anak yang suka dengan hal-hal yang berbau kepopuleran. Mungkin itulah salah satu alasan, mengapa Naruto berpenampilan nerd saat ini, dan ia juga meminta Tsunade merahasiakan identitasnya. Pada kenyataannya, belum banyak orang yang mengetahui bagaimana rupa Naruto yang sebenarnya. Karena memang, Naruto selama ini tidak pernah sekalipun tampil di hadapan publik.

"Ma~ baiklah Naruto. Sekarang kau ikut aku dan mulai hari ini, aku yang menjadi wali kelasmu," kata Kakashi sambil beranjak pergi meninggalkan ruang kepala sekolah dengan tetap tidak melepas matanya dari buku oranye miliknya. Diikuti oleh Naruto yang berjalan di belakangnya.

"Naruto!" panggil Tsunade. Naruto yang baru sampai pada ambang pintu itu pun menoleh, dengan raut kesal dan mengerucutkan bibirnya sambil melipat tangan di depan dada.

Kakashi yang mendengar panggilan Tsunade ikut menoleh, menatap kepala sekolah cantik itu dan menaikkan sebelah alisnya ketika melihat tingkah Naruto yang menurutnya terlihat imut.

Well, sebenarnya Naruto merupakan salah satu pemuda yang memiliki wajah imut ditambah hiasan berupa tiga garis tipis di masing-masing pipinya, yang menambah kesan manis pada dirinya. Serta memiliki tatapan innocent dengan tinggi badan 168 cm saja, bertubuh ramping dan sedikit berisi. Bahkan para gadis remaja yang melihatnya bisa dipastikan iri. Namun, hal itu tertutupi oleh penampilan nerd-nya saat ini.

"Apalagi Baa-chan?" tanya Naruto tak sabar. 'Dasar Nenek! Tadi suruh cepat-cepat pergi. Sekarang malah manggil-manggil,' gerutu Naruto kesal, dalam hati tentunya.

"Jauhi Masalah." Hanya dengan dua kata itu, Naruto terhenyak. Namun, hanya sepersekian detik kemudian Naruto langsung memasang wajah datar. Tsunade menyatukan alisnya ketika melihat reaksi cucu kesayangannya itu.

"Ne~ Baa-chan. Bukankah kau sendiri tahu? Bahwa aku adalah magnet bagi masalah itu sendiri," kata Naruto, ekspresinya terlihat malas.

Tsunade hanya menghela napas berat mendengar pernyataan dari cucunya itu.

"Baiklah sekarang kalian boleh pergi," perintah Tsunade.

Tsunade hanya berharap bahwa kali ini tidak ada masalah 'lagi' yang membebani cucunya itu. Setelah berkata seperti itu, Naruto dengan sebelumnya mengenakan kacamata super tebal yang sejak tadi dibawanya, bersama Kakashi ia pun pergi dari hadapan sang kepala sekolah.

.

::A::C::SN::J::S::

.

" Yo! Ohayo minna … maaf, sensei terlambat," kata Kakashi sesampainya di kelas. Yang disambut sorakan malas dari para murid. Para murid yang sudah sangat hafal dengan 'hobi' telat dari sensei matematikanya itu, namun diabaikan oleh Kakashi. Sedangkan Naruto menunggu di luar hingga Kakashi selesai berbasa-basi dengan muridnya.

"Ne~ minna … hari ini kita kedatangan murid baru. Sensei harap, kalian dapat berteman dengan layak(?)," jelas Kakashi. Membuat murid kelas XI-A heboh, penasaran dengan 'si anak baru'.

"Kau … masuklah," perintah Kakashi pada Naruto yang berada di luar kelas.

Hening...

Begitu Naruto masuk, langsung saja suasana kelas menjadi sunyi senyap. Terdengar desahan kecewa dari beberapa siswi, saat mengetahui rupa 'si anak baru' bisa ditebak apa yang mereka pikirkan tentang 'si anak baru'.

Apalagi kalau bukan wajah tampan dan juga keren?

Namun, harapan para siswi tersebut bagai terhempas dari tebing tinggi, saat melihat seorang pemuda dengan penampilan culun masuk ke dalam kelas mereka.

"Ohayo minna … namaku Uzumaki Naruto. Pindahan dari Suna High School. Hal yang Paling aku sukai adalah RAMEN. Dozoyorusiku onegaishimase!" ujar Naruto memperkenalkan diri, dengan memberi penekanan pada kata 'ramen'. Seluruh murid hanya bisa sweatdrop mendengarnya.

"Baiklah Naruto, kau bisa duduk di sebelah Kiba."

Naruto hanya mengangguk mendengar perintah Kakashi.

Pemuda yang merasa namanya disebut mengangkat tangan. Naruto pun menuju ke arah bangku di sebelah pemuda bernama Kiba tersebut, yang terdapat pada pojok belakang, kiri kelas.

"Yo! Inuzuka Kiba. Panggil Kiba saja," ujar pemuda yang memiliki tato segitiga merah terbalik pada masing-masing pipinya, disertai cengiran lebar yang ditujukan pada Naruto sambil mengulurkan tangan.

Naruto menyambut uluran tangan itu dan membalasnya dengan senyum. Namun entah tulus atau tidak.

"Naruto," balas Naruto singkat dan duduk di sebelah kiri Kiba dekat Jendela.

Kiba membuka mulutnya, hendak menanyakan sesuatu pada Naruto. Namun belum sempat ia melontarkan pertanyaan, Kakashi langsung memotongnya.

"Kiba-kun … jika ingin mengobrol, sebaiknya lakukan saat jam istirahat." Kiba hanya memanyunkan bibirnya mendengar teguran Kakashi, yang ternyata sedari tadi memerhatikan mereka.

Naruto tersenyum tipis melihat sikap Kiba. Berisik. Itulah yang ada di pikiran Naruto saat melihat sikap kiba. Sepertinya, Naruto tidak berharap banyak bahwa ia akan bebas dari masalah.

Belajar dari pengalaman, bahwa terkadang seorang yang berisik bukanlah suatu hal yang selalu baik.

.

::A::C::SN::J::S::

.

Waktu istirahat pun tiba, sebagian murid telah menghilang dari kelas, menuju tempat dan urusan masing-masing. Sebagian lagi tetap di kelas, entah itu tidur, memakan bekal buatan rumah, atau hanya sekedar mengobrol.

Tidak jauh berbeda dengan Kiba yang hendak beranjak keluar kelas.

"Kau mau ikut ke kantin tidak, Naruto?" ajak kiba.

"Ok!" jawab Naruto cepat. Karena memang dia sudah kelaparan, mengingat bahwa tadi pagi dia lupa untuk sarapan.

.

.

Setibanya di kantin, Naruto memesan menu favoritnya. Apalagi kalau bukan ramen dan segelas oranye jus. Kiba memesan ramen yang sama dengan Naruto, tapi dengan milk shake strawberry.

"Ne~ Naruto, mengapa kau pindah ke KHS? Bukankah di Suna sekolahnya juga tak kalah Bagus, ya?" tanya kiba penasaran disela-sela acara makan mereka.

Naruto yang tiba-tiba mendapat pertanyaan, dan sebenarnya adalah pertanyaan yang paling tidak ingin dijawabnya itu, terdiam sesaat.

Ia mengalihkan pandangan dari ramen miso-nya pada Kiba, menatap Kiba intens. Kiba yang mendapatkan pandangan se-intens itu, entah mengapa malah mendadak menjadi gugup. Seperti seorang anak kecil yang telah melakukan hal jahat, dan ketahuan oleh Ibunya.

"O-ok, kalau kau tidak ingin menjawab juga tidak apa-apa," gagap Kiba, namun Naruto tidak berhenti menatap Kiba dan semakin membuat Kiba salah tingkah.

"Kiba, kau…" Naruto menggantung kata-katanya, mendramatisir keadaan.

"A-apa?" tanya Kiba takut-takut.

"Kau…"

Hening...

Hening...

"Kiba, ternyata … kau manis juga, ya?" tanjut Naruto dengan tampang innocent dan sama sekali tidak nyambung.

GUBRAKK!

Kiba dengan secara tidak elit terjengkang dari kursinya dan membuat Naruto tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Kiba. Sungguh, Naruto tidak pernah berpikir bahwa tatapannya bisa membuat pemuda bertato segitiga itu bereaksi se 'keren' itu.

"HWAHAHAHAHA …" tawa Naruto lepas seketika, mengundang perhatian seluruh isi kantin.

"SIALAN KAU NARUTO!" teriak Kiba Sengit sambil bangkit dari keadaan tidak elit-nya. Bukannya berhenti tertawa, Naruto malah tertawa semakin keras melihat muka kiba yang merah menahan malu. Poor Kiba…

Namun, di balik itu Naruto merasa lega karena bisa mengelak dari pertanyaan Kiba. Kiba sendiri pun sudah tidak peduli dengan jawaban Naruto. Karena saat ini dia Sibuk menahan malu.

.

::A::C::SN::J::S::

.

"Kau nanti ikut ekskul apa, Naruto?" tanya Kiba sambil berjalan dengan melipat tangan di belakang kepalanya. Saat ini mereka sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelas mereka.

"Apakah harus?" tanya balik Naruto dengan nada bosan.

"Ya! Ekskul ini merupakan salah satu kewajiban yang harus diikuti siswa KHS."

"Memangnya, ada ekskul apa saja?"

"Sepak bola, tenis, basket, bisbol, musik, dance, dan … pokoknya banyak, deh," jawab Kiba sambil menghitung dengan jarinya.

"Dance?" gumam Naruto lirih. Sangat lirih, hingga tidak dapat didengar Kiba.

"Kau ikut ekskul apa?" tanya Naruto.

"Aku Basket!" jawab Kiba semangat.

Naruto hanya mengangguk, dan terdiam beberapa saat.

"Mungkin ... aku akan ambil musik saja," ujar Naruto kemudian, ragu.

"Kau bisa main alat musik?" tanya kiba, sedikit tak percaya.

"Sedikit."

Kiba hanya mengangguk dan mereka berbelok di tikungan menuju kelas XI-A.

Namun, Naruto menghentikan langkahnya ketika melihat para siswi sedang bergerombol mengerumuni sesuatu.

Kiba yang merasakan Naruto tidak berjalan di sebelahnya ikut berhenti, dan menoleh ke kanan di mana Naruto berada.

"Ne~ Kiba, mereka sedang apa?" tanya Naruto, menunjuk kerumunan para siswi yang tidak jauh dari kelas mereka.

"Hem…? Oh, itu?" Kiba mengarahkan pandangannya pada arah yang di tunjuk Naruto dan paham apa yang menyebabkan Naruto menghentikan langkahnya.

"Mereka senpai kita. Dan empat anggota OSIS yang popular di KHS ini. Bukan hanya karena kepintaran dari masing-masing anggota. Tapi, juga ketampanan dan kekayaan mereka. Yang membuat mereka menjadi idola bagi para murid di sini," jelas Kiba dengan nada malas.

Naruto hanya mengangguk-ngangguk saja mendengar penjelasan Kiba, yang ternyata sama sekali tidak menarik baginya.

Lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju kelas. Naruto baru saja melangkah, tapi lagi-lagi langkahnya terhenti. Ketika melihat seorang pemuda yang dikenalnya dan tidak bisa dilupakannya tiba-tiba muncul dari arah kerumunan para siswi tersebut.

Kiba yang melihat Naruto mematung, hanya mengernyitkan dahinya heran. Kemudian dia melambai-lambaikan tangannya ke kiri dan ke kanan di depan wajah Naruto. Berusaha menyadarkan Naruto dari tingkah anehnya, namun Naruto tetap bergeming.

Dari kerumunan itu muncullah empat pemuda tampan.

Salah satu dari mereka berambut coklat diikat satu keatas menyerupai nanas, dengan tampang mengantuk dan sesekali menguap.

Di sebelah kanannya, terdapat pemuda bermata lavender dan berambut coklat panjang yang diikat sedikit pada bagian ujung rambutnya.

Lalu, pemuda berambut merah dengan tato kanji 'AI' di dahinya, bermata emerald dengan tampang datarnya. Sesekali terlihat menjawab pertanyaan dari pemuda bermata lavender.

Kemudian seorang pemuda dengan wajah stoic, berambut raven melawan gravitasi, dengan iris onyx-nya yang memancarkan keangkuhan, serta kulit putih pucat. Keempat pemuda itu sedang menuju ke arah Naruto dan Kiba.

"Yo! Puppy!"

Gerakan tangan Kiba langsung berhenti, ketika mendengar panggilan yang sudah sangat ia hafal itu dan men-deathglare pemuda berambut coklat diikat ke atas menyerupai nanas tersebut. Namun, pemuda yang diberi deathglare gratis oleh Kiba, hanya menanggapinya dengan senyum tipis.

"Berhenti memanggilku seperti itu, NANAS!" sungut Kiba dengan mata mendelik dan penekanan pada kata nanas.

Pemuda dengan iris lavender di belakang si nanas hanya menggelengkan kepala pasrah melihat kelakuan temannya. Sedangkan, si iris emerald hanya menatap pertengkaran tidak penting itu dengan datar.

"Shikamaru, Puppy," balas pemuda yang dipanggil nanas a.k.a Nara Shikamaru tersebut kalem, dan membuat raut muka Kiba kesal.

"Aku juga punya nama. KIBA!" bentak Kiba. Shikamaru hanya mengangkat bahu seolah tidak peduli. Meskipun dalam hatinya ia sangat senang menggoda pemuda manis pecinta anjing di hadapannya ini.

"Berisik." Sebuah interupsi bernada datar itu meluncur dari pemuda dengan iris hijau cemerlang yang menatap ShikaKiba, dengan datar namun mengancam. Membuat ShikaKiba membungkam dengan segera mulut mereka.

Naruto yang mendengar keributan antara Kiba dan Shikamaru akhirnya sadar dan berdiri dengan gusar di sebelah Kiba, matanya tidak pernah teralihkan dari salah satu pemuda tersebut.

"Minggir! Kau menghalangi jalanku!" Sebuah perintah bernada datar dan dingin itu membuat Naruto tersentak, dan mengalihkan pandangannya. Mendongak, menatap pemuda bermata onyx sekelam malam yang tepat berdiri di hadapannya dan mempunyai perbedaan tinggi badan yang cukup untuk membuat lehernya sakit. (a/n: tinggi Sasuke 188cm)

Naruto terpaku, saat menatap onyx pemuda di hadapannya ini, ia seolah terhipnotis dengan iris sekelam malam itu. Pemuda pucat yang sangat tampan, dengan rahang tegas, hidung mancungnya, serta bibir merah tipisnya.

"Mingir, Dobe! " sentak pemuda bermata onyx itu datar. Dan langsung membuyarkan lamunan Naruto.

Seketika urat kemarahan Naruto muncul, namun ia tetap bergeming di tempatnya dan menatap pemuda di hadapannya tajam. Membuat pemuda itu sedikit menaikkan sebelah alisnya, heran.

Perhatian Kiba yang tadinya tertuju pada Shikamaru beralih ke Naruto dengan pemuda stoic di depannya. Yang entah kenapa, malah melanjutkan pertengkaran tidak penting season dua ShikaKiba.

Dua pemuda lainnya hanya memandang datar ke arah mereka. Dan hal itu tentu saja mengundang perhatian murid-murid yang ada di koridor tersebut.

Sedangkan Kiba, menatap Naruto khawatir saat dilihatnya bocah pirang tersebut sedang berseteru dengan pemuda paling sadistic, arogan, dan berhati layaknya iblis itu.

Apalagi saat dilihatnya ketua OSIS mereka meladeni pemuda culun di hadapannya, sungguh tontonan yang menarik, pikir para murid tersebut.

"Ck! Selain Dobe. Kau ternyata tuli ya!" ejek pemuda itu kesal.

Dua urat kemarahan nambah di kening Naruto.

"Berhenti memanggilku dobe, Teme!" bentak Naruto kesal.

"Minggir. Usuratonkachi," ujar pemuda onyx tersebut sinis. Tanpa peduli dengan bentakan Naruto padanya.

"Kau saja yang minggir. Muka tembok," balas Naruto keras kepala.

Menurut Naruto, muka tanpa ekspresi pemuda di hadapannya ini mirip tembok. Datar dan bikin kesel (?).

Twicth!

Siku-siku kemarahan muncul di kening pemuda tampan nan dingin itu.

"Dobe culun."

"Tower berjalan."

"Bulu landak."

"Pantat ayam."

"Kurcaci pendek(?)."

"Tiang listrik."

"Api kompor(?)."

"Es batu(?)."

"Mata empat."

"…"

Naruto mengap-mangap mirip ikan, kehabisan kata-kata buat membalas pemuda nyebelin plus bikin gondok tersebut.

Pemuda tersebut hanya menyeringai sinis, melihat manusia culun di hadapannya kehabisan kata-kata.

"Hn. Baka Dobe!" hinanya kemudian.

"Kau terlalu OOC, Sasuke," celetuk sang pemuda beriris lavender dengan santainya. Karena, melihat ketua OSIS merangkap sahabatnya a.k.a Uchiha Sasuke melakukan dialog pertengkaran tidak bermutu di koridor sekolah.

"Neji…" desis Sasuke mematikan ditambah deathglare yang diberikan pada pemuda beriris lavender a.k.a Hyuuga Neji dengan cuma-cuma. Tapi hanya ditanggapi dengan santai oleh Neji. Sudah biasa mendapat deathglare dari si bungsu Uchiha tersebut.

Dalam hati, Neji sebenarnya kagum juga dengan bocah pirang culun itu, karena bisa membuat Sasuke Out Of Character bahkan melakukan pertengkaran konyol nan tidak penting tadi. Biasanya, jika seorang mendengar nada sinis dan dingin dari makhluk sadistic ini, maka mereka langsung ngibrit ketakutan.

Well, siapa sih, yang mau cari masalah dengan sang pangeran dari klan Uchiha yang terkenal dengan kekayaan mereka?

Sehingga dengan mudah dapat menyingkirkan siapa saja yang dianggap mengganggu mereka. Tapi, hal ini sepertinya tidak berlaku bagi pemuda pirang tersebut, saat melihatnya berani menantang sang ketua OSIS yang terkenal sadis.

Akan tetapi, disaat itu, tidak ada yang menyadari bahwa sejak tadi pemuda beriris emerald di antara mereka sedang memandang lekat bocah pirang berkacamata super tebal tersebut.

Merasa familiar dengan bocah pirang culun yang berjarak dua meter dari tempatnya berdiri. Dan terhalang oleh tubuh tinggi Sasuke, hingga yang terlihat hanya rambut pirangnya saja.

Membuat perasaan sang pemuda berambut merah bata tersebut sedikit berharap, bahwa bocah pirang yang selalu dikasihinya ada bersamanya saat ini.

'Mungkinkah …' batin pemuda tersebut, namun segera menepis kemungkinan itu.

Dan ia sama sekali tidak peduli dengan keributan yang terjadi, bahkan saat bell tanda pelajaran telah dimulai kembali. Sedangkan para murid lainnya telah memasuki kelas masing-masing.

Sejak melihat pemuda dengan surai pirang layaknya matahari yang bersinar cerah itu. Pikiran dan hati pemuda berambut merah tersebut kembali diisi dengan seorang bocah periang pemilik senyum sehangat mentari pagi. Yang semenjak empat tahun lalu tidak dapat di temuinya lagi.

"Apa?"tanya Neji sok polos seolah tidak melihat aura kegelapan yang di keluarkan Sasuke si 'Iblis' KHS.

"Hn," gumam sasuke tidak jelas dan kembali memasang wajah dingin nan arogannya.

Tidak memedulikan dan malas menanggapi sahabat berambut panjangnya itu. Lalu, Melirik bocah culun di depannya sekilas, kemudian melenggang pergi tanpa berucap apa pun lagi.

Naruto yang merasa mendapat tatapan meremehkan dari si Sasu-teme-muka tembok (Ya, itulah julukan yang paling tepat menurut Naruto untuk Sasuke) hanya dapat memandang sengit Sasuke dan membuang muka.

Shikamaru yang sejak tadi menyaksikan SasuNaru pun mengikuti langkah Sasuke pergi. "Bye Puppy!" ujar Shikamaru saat berpapasan dengan Kiba.

Kiba hanya mendengus sebal mendengar Shikamaru yang memanggilnya seperti itu, lagi. Dan melengos, malas meladeni pemuda pemalas tersebut.

Neji yang merasa diabaikan oleh Sasuke, menoleh ke samping di mana tepatnya pemuda dengan iris emerald yang selalu dikaguminya berdiri.

Neji mengernyitkan keningnya merasa heran. Ketika melihat pemuda dengan kilau hijau emerald yang telah mengisi kekosongan hatinya itu tengah memandang pemuda culun pirang dengan pandangan antara ragu, cemas, rindu, dan … bersalah? Walau tidak terlalu jelas, karena wajah datarnya yang terlalu mendominasi.

"Gaara, ada apa?" tanya Neji pelan, dan tidak menyembunyikan nada khawatir di dalamnya.

Pemuda berambut merah dengan kilau emerald a.k.a Sabaku No Gaara itu sedikit tersentak, lalu mengalihkan pandangan datarnya pada Neji.

"Nope," jawab Gaara singkat dan datar. Lalu berlalu begitu saja, mengikuti ke arah Sasuke dan Shikamaru pergi.

Neji hanya menghela nafas dan sedikit kesal dengan sikap menutup diri yang di tunjukkan Gaara sejak dari tiga tahun lalu mereka bertemu, tepatnya saat mereka menjadi siswa KHS.

Ya, memang Gaara tidak pernah sekalipun menceritakan hal-hal yang sangat privasi bagi dirinya, bahkan dengan sahabatnya sekalipun. Hal ini membuat Neji ragu, apakah Gaara memang menganggap mereka Sahabat atau tidak? Mungkin lebih tepatnya, apakah menganggap bahwa Neji sahabatnya atau tidak?

Miris. Itulah yang selalu dipikirkan Neji, saat memikirkan kemungkinan ini.

"Naruto! Apa yang kau lakukan!" seru Kiba khawatir.

Namun, membuat Gaara yang belum terlalu jauh beranjak dari tempatnya, menghentikan langkahnya. Ketika mendengar seruan Kiba yang sedikit keras, dan juga membuat Neji menghentikan langkahnya di belakang Gaara.

Gaara menoleh ke belakang, ke tempat dua pemuda yang tengah membelakanginya. Ingin memastikan bahwa ia tadi tidak salah dengar.

"Gaara!" panggil Neji sedikit keras. Karena melihat tingkah Gaara yang sedikit aneh, menurutnya. Sehingga langsung dapat didengar oleh NaruKiba.

Naruto langsung berbalik, begitu mendengar nama dari orang yang dulu sangat disayanginya itu disebut. Dan kembali terhenyak saat dilihatnya kilau emerald sedang memandang lekat padanya dengan binar kerinduan.

"Naru… "

.

.

TBC…

.

.


All chap udah di edit... :))

So...
berniat memberi coment yang membangun?

.

Review please…^_^

.