Disclaimer :
Semua pemain milik dirinya sendiri.
Cerita ini milik saya.
Lee Hyukjae adalah Suami saya.
Choi Siwon adalah appa saya dan Suami umma saya.
Choi Minho adalah oppa saya
Dibantai Reader
Warning :
Cerita abal, gejes, typo, membosankan, crack pair, author psiko dll.
Note:
Author sarap kembali dengan ff gejenya dan maaf belum bisa lanjut yang The Name of Love sama Never Ending Lovenya mungkin akan nyusul.
Nah bagi yang sudah baca ff saya Jika berkenan mohon ripiunya dan Flame kalau memang tidak berkenan.
Author juga minta maaf soalnya baru bisa publish cerita aneh ini.
Oke saya kasih tau ini ff ONESHOT jadi gak bakal panjang2an gitu.
Special buat semua Reader dif fn.
Rate : terserah
Genre : terserah
Pair : Siwon x Eunhyuk
Yang gak suka boleh protes ini murni ide author, n pair yang ada dalam imajinasi author.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Let's start…
Cericit burung beramai-ramai kembali ke sarang. Menghias keelokan senjadi di pelupuk cakarawala. Langit berhias jingga yang hangat, menggamit tangan sang malam untuk bertahta. Merubah dunia yang lelah untuk sekedar mengistirahatkan mata. Kini sang surya telah kembali keperaduannya, member kesampatan dewi malam menebar pesona elok nan rupawan. Menghias pekat malam, bersanding dengan jutaan bintang yang mengerling manja.
Incheyon, 19.20. Di ruang mungil yang diterangi temaram lampu duduk di sudut meja tampak tiga orang dengan perawakan berbeda tengah bergumul dengan imaji masing-masing. Seolah apa yang menjadi pelik dalam diri terkuak melalui rentetan kata yang meluncur dari bibir sang kepala keluarga.
"Kau telah kami jodohkan. Seminggu lagi kau harus pindah ke Seoul." Ucapan tegas itu sukses membungkam segala sesuatu yang hendak terlepas dari mulutnya. Hanya kebisuan yang mempu bertahan dan menploklamirkan diri sebagai sebuah jawaban mutlak.
"DARK SYMPHONI"
Presented by
Hyukkie Akira
_SOMEONE POV_
'Benarkah ini yang terbaik untukku, Tuhan?'. Kalimat itu selalu menyeruak dalam rentetan ingatanku. Perjodohan yang telah di-iya-kan oleh kedua belah pihak telah membawaku hingga berada disini, dititik tempat segala rasaku membludak. "Appa….Umma…" Bisikku saat mengingat kedua orang yang menjadi tumpuanku berdiri.
Tak terasa sudah dua bulan aku pindah ke Seoul, tempat yang asing dari jangkauan imajinasiku. Tinggal sendiri disebuah bersama orang yang asing bagiku di istana yang megah di usiaku yang baru menginjak tahun ke 18 bukanlah hal yang mudah.
Apalagi jika ku tahu bahwa hidupku layaknya sang cinderella yang menanti cinta seorang pangeran rupawan. Bedanya kisah cinta Cinderella berakhir bahagia, karena sang pangeran pun juga mencintainya.
Sedangkan aku? Jangankan cinta, bayangpun bahkan tak tertangkap manik matanya.
_SOMEONE POV END_
"Wah ada si muka tembok tuh!" Sindiran demi sindiran meluncur dengan mudahnya dari mulut ke mulut.
"Iya, dasar miskin! Tak punya malu tuh!" Lagi, kata-kata cemoohandan cacianselau mampir kepadanya.
Tapi apakah dia marah? Tentu! Apa dia membalasnya? Tidak!
Ia tidak membalas apapun. Karena ia tak mau orang lain merasakan apa yang ia rasa. Lagi pula ada benarnya juga, mengingat ia hanya pemuda biasa dari keluarga sederhana.
"Bughh!" Terdengar seperti benturan yang keras. Sesosok namja tinggi berbadan besar menabrak sesuatu—ah bukan—seseorang—yang kini tersungkur di lantai. Wajahnya sedikit menahan sakit, namun ia hanya menunduk, tak berani menatap sedikitpun.
"Ah, mian sengaja!" Kata namja tadi yang diiringi suara tawa yang membludak dari yang lainnya.
Mencoba berdiri. Namja itu berjalan dalam diam. Ia tahu dan ia sadar, tak akan ada satupun orang yang membelanya. Untuk apa membela seonggok sampah yang bahkan tak berharga lagi.
'Umma…Appa….. Apa aku kuat menghadapi ini?' batinnya menjerit.
Tapi satu keyakinan yang masih dipertahankannya hingga saat ini adalah ia harus kuat. Karena jika ia menyerah sekerang, tak ada bedanya dengan para pecundang di luar sana. Tapi jika memang ia harus menyerah tanpa syarat ia rela, asal rasa cintanya yang hanya bertepuk sebelah tangan dapat tersampaikan.
%%%%%%%%%%%%%%%%
"Ting..Tong..Ting..Tong"
Bunyi bel tanda sekolah berakhir telah berkumandang syahdu. Menyambut hiruk pikuk manusia yang berjubel ingin pulang. Suasana bahagia saat akhirnya akan kembali ke rumah.
Bersantai dengan keluarga atau sekedar menghabiskan waktu untuk bersama teman-teman di akhir pecan.
Bahkan tak jarang yang memilih untuk meikmati nuansa musim gugur bersama orang terkasih.
Seoramg namja berperawakan langsing hamper seperti yeoja. Wajahnya manis, rambutnya coklat kemerahan, bibir merah merekah, kulit putih susunya lembut jika dirasa oleh indra, dan satu lagi mata bulat yang indah berbinar menambah keelokan namja tersebut.
Ia berjalan dengan sesekali menghela nafas berat hingga kini ia telah mencapai peletaran sekolah yang luas.
Matanya terbelalak memandang sekitar. Tanpa butuh waktu untuk berpikir, tiba-tiba beberapa tanah kotor telah mendarat mulus di baju seragamnya yang berwarna putih, member warna yang kontras dengan coklat tua—warna khas lumpur.
"A-apa yang akan kalian lakukan?" Tanyanya terbata. Bukan panic atau takut, hanya sedikit sesak saat beberapa orang memegangi tubuhnya yang berontak.
"Ingin bermain-main dengan mu!"
'Bughh!' sebuah hantaman bersarang di lekuk perut rata sang namja. Tepat setelah sederet kalimat itu meluncur dari mulutnya.
"Akh!" Pekiknya tertahan, beberapa helai rambut pirangnya terlepas dari tempatnya saat sebuah tangan menarik paksa kepala itu untuk mendongak menghadapnya.
"Dengarkan aku Kim Hyuk Jae! Kau tak pantas berada disini! Kau dengar itu?" Ujarnya bengis kepada namja yang disebut Hyuk Jae tadi.
"Kenapa? Memang apa salahku?" pertanyaan itu kontan keluar dari bibir merah delimanya.
"Kehadiranmu adalah sebuah kesalahan! Makhluk tak berharga dan menjijikan seperimu tak pantas ada!" Ucap lelaki itu emosi.
"Dan kau tau? Kau yang penyuka sesame jenis dan dengan wajah polosmu yang hanya tipuan itu sangat memuakkan!" Masih dengan intensitas kemarahan yang besar ia mencoba mengatur nafasnya yang memburu.
Tak berapa lama sesosok yeoja cantik berjalan mendekati pergimulan yang kian memanas. Membawa suasana pelik yang kian runyam.
"Akh!" Lagi, seolah tak berharga sama sekali. Yeoja itu menjambak rambut Hyuk Jae agar wajah itu menghadapnya.
Dua orang namja masih setia memegang lengan kurus Hyuk Jae dengan kuat, dan seorang namja lagi yang tadi memukulnya kini berdiri tepat disamping si yeoja cantik.
"Apa lebihnya dirimu, hm? Sampai kau dapat mengambil hati Cho-oppa?" teriaknya garang, jambakan di rambut Hyukjae semakin erat dan menyakitkan. Menyisakan rintihan sang namja.
"Jawab aku?" rasa frustasi, iri dan dengki berbaur menyebar emosi, menyusup jiwa bagai terasuki.
"Bukan mauku seperti ini! Bukan mauku menjadi tunangan seorang konglomerat kaya! Bukan pintaku untuk mencintanya pula! Andai aku dapat merubahnya dengan sebuah permohonan….." Jeda ditengah suaranya yang kian parau menahan isakan.
"Aku ingin mencintai seseorang yang biasa saja, mencintai seseorang yang mencinaiku" Akhirnya lepas juga apa yang ditahannya, luapan kekecewaan, rasa tertekan dan rasa ingin didengar menyatu dalam air matanya.
Tanpa isakan, hanya air mata. Air mata kehampaan. Ia tak ingin terlihat cengeng tapi apa yang bias ia lakukan? Saat perasaanya telah tepenjara cinta.
"Omong kosong! Orang sepertimu tak bias dipercaya." Kali ini kemurkaan terpancar jelas dimatanya. "Dasar pelacur! Murahan! Tak tau malu! Menjijikkan!" rangkaian sumph serapah berhasil meremukkan ulu hati Hyukjae. Namun ia diam.
"Lakukan apa yang kalian suka! Aku sangat membencinya!" Dingin dan menusuk. Yeoja itu pergi meninggalkan lapangan yang sepi itu dengan kaki yang dihentakkan.
Tak butuh waktu lama bagi berpuluh-puluh pasang mata untuk menghujankan tatapan meusuk pada Hyukjae yang terbelalak dengan air mata yang menganak sungai.
Di tempat itu, saksi bisu dimana rasa cemburu karena tak dapat memiliki orang terkasih dapat berubah menjadi momok yang menyakitkan. Menyakitkan bagi orang yang mencintai dan memenangkan tetapi tidak dapat memiliki hati sang empunya.
Silih berganti lemparan telur, lumpur dan benda-benda lain bersarang di tubuh kurusnya. Tak jarang rasa jijik dan kalap itu berbuah pukulan yang menambah jumlah luka memar pada tubuh mulus Hyukjae.
Kedua tangannya ia lipat untuk melindungi kepalanya dari berbagai serangan. Tubuhnya merosot ke tanah. Bahkan rintih kesakitannya pun terbawa entah kemana.
Tubuhnya kian melemah saat dera kebencian itu tak kunjung berhenti. Nafasnya tersengal kerena sesak yang menghimpit, serta darah yang menetes dari luka yang tercipta.
Merasa tak sanggup lagi, Hyukjae akhirnya jatuh dalam gelap yang menyakitkan. Membawa tubuh tak berdayanya ambruk menumbuk tanah.
Mata-mata itu terbelalak menyaksikan sosok yang kini hilang kesadarannya akibat amarah mereka yang membabi buta.
"Di-dia pingsan!" pekik seseorang sambil mendekati tubuh Hyukjae yang mengenaskan.
"Bagaimana ini? Kita terlalu berlebihan menghajarnya." Ujar pemuda itu panic. Ia takut melihat orang yang tergeletak di depannya terlihat tak berdaya atas ulahnya.
"Tinggalkan saja! Kita pergi sebelum ada yang memergoki kita!" seorang namja tinggi menginterupsi, ia menarik lengan namja yang tadi di dekat Hyukjae. Meneriknya pergi meninggalkan tubuh itu tergeletak dalam sunyi.
%%%%%%%%%%%%%%%%
Sebuah mobil Ferrari melenggang anggun di depan sebuah sekolah menengah atas Neul Param High School. Pengemudinya seorang namja dengan perawakan tinggi dan atleltis. Wajah tampannya terlihat tegas. Matanya menyorot, menelisik setiap sudut yang bisa di jangkau matanya. Mencari sosok yang diam-diam ia kagumi. Sosok tunangan yang selalu ia acuhkan tapi sangat ia sayangi.
Saat mobil hitam itu memasuki pelataran sekolah yang lengang, sepasang mata gelapnya terbelalak, mulutnya terbuka dengan jantung yang berdendendang riang. Segera ia berlari menuju sosok yang tergeletak di tengah lapangan itu.
Begitu hanya berjarak beberapa meter. Namja tampan itu memacu langkahnya lebih cepat saat melihat sosok yang dicarinya dalam keadaan yang tak bias disebut baik-baik saja itu. Kaki jenjangnya seolah terdiri dari tulang rawan sehingga membuatnya tak sanggup menahan berat badannya.
"Apa yang terjadi padamu? Kenapa jadi seperti ini?" Ucapannya seraya membawa sosok itu dalam dekapan erat. Tak peduli dengan pakaiannya yang terkontaminasi oleh kotoran. Baginya sosok Hyukjae-nya lebih penting dari segalanya.
"Kenapa kau jadi seperti ini Hyukkie-ah?" sekali lagi ia melontarkan pertanyaan itu. "Kenapa harus kau?" Tambahnya. Namun jelas tak aka nada suara lain yang akan menjawab pertanyaan itu.
"Bertahanlah! Kumohon!" Denagn segera dibawahnya tubuh Hyukjae layaknya seorang putri. Tangan kokohnya mengangkat tubuh orang yang selama dua bulan ini berstatus sebagai tunangannya. 'Bahkan tubuhnya terasa ringan dan hangat' sekilas pemikiran itu ditepis jauh-jauh. Yang menjadi prioritas utamanya saat ini adalah keselamatan Hyukjae-nya.
%%%%%%%%%%%%%
Suara alat bantu kehidupan terdengar di sebuah kamar yang tampak lengang. Sesosok namja tertidur pulas di ranjang putih dengan berbagai selang terpasang, tubuhnya tergolek lemah dan perban menutup luka yang menganga di tubuh putihnya.
Tak jauh dari sosok itu, tepatnya di samping ranjang seorang pemuda tampan tengah tertidur dengan tangan memegang erat pada tangan yang lebih kecil. Meski ia tak tidur di atas ranjang namun itu cukup membuatnya tertidur lelap. Terlepas dari segala sesuatu yang sedari tadi mengusiknya.
Gerakan tangan yang pelan membuat sosok tampan itu terbagun dari tidurnya yang hanya sekejap. Matanya mengerjab membiasakan cahaya yang menorobos masuk. Dilihatnya tangan dalam genggamannyabergerak pelan diringi suara erangan pelan dibalik masker oksigen.
"Ngh.." Rintihnya pelan.
"Kau sudah sadar Hyukjae?" tanyanya begitu melihat sepasang mata hazel bergerak-gerak tak nyaman.
"Ngh….a-aku….di…ma-nahh…." Ucapnya dengan susah payah dan suara yang masih serak. Mata indah itu menatap orang yang duduk di dekatnya dengan terkejut. "S-Siwon-sshi?" Ia berujar gugup.
"Kau tak perlu takut!" Sambung namja tampan yang di panggil Siwon tadi. "Bagaimana bisa kau sampai terluka begini, hm?" Tanya Siwon dingin, meskipun dalam hati ia sangat hawatir, tapi tetap saja sifat keras kepalanya yang menang. Ia tetap ingin menunjukkan sosok Cho Siwon yang dingin dan angkuh.
"Mi-mianhamnida….hiks" Hyukjae menjawab dengan lirih dan dengan suara yang bergetar. Satu isakan berhasil meluncur tak mau memperlihatkan sisi lemahnya pada orang yang ada dihadapnnya ini, tapi ternyata ia tak bisa.
"Bodoh!" Kesal Siwon telak. "Tak perlu meminta maaf. Aku tak membutuhkannya" Siwon mengmbil nafas sebelum melanjutkan kalimatnya yang belum terselesaikan.
"Mulai besok kau tak perlu berangkat sekolah lagi. Persiapkan saja dirimu untuk pernikahan kita yang tinggal beberapa waktu lagi" Sambungnya masih dengan ucapan dengan intensitas dingin yang menusuk.
"Dan satu lagi, Jangan menyusahkanku!" usai berkata sedemikian menyakitkan menurut Hyukjae, Siwon segera pergi meninggalkan sosok Hyukjae yang terdiam seorang diri.
%%%%%%%%%%%%
Kondisi kesehatan Hyukjae kian membaik, bahkan sudah dua hari ia pulang dari rumah sakit tempatnya dirawat.
Matanya yang dulu selalu memancarkan keceriaan kini terlihat sedang memandang kosong pada jendela kamar dirumah mewah itu.
Kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini terus berputar dalam benaknya dan itu membuatnya merasa sesak. Ingatannya berputar kembali pada saat pertama ia menginjakkan kaki di istana mewah ini.
_FLASHBACK ON_
_HYUKJAE POV_
Hari ini hari dimana aku meninggalkan Incheon kota tempatku dibesarkan, menuju Seoul ibukota Korea Selatan. Kota yang tak pernah tertidur. Mataku memandang takjub pada segala yang ada dihadapanku, sebuah bangunan yang tampak megah, halaman luas dengan bunga mawar putih berterbaran, sungguh ini seperti istana di dongeng-dongeng.
Rasa takjubku semakin melonjak saat memasuki rumah mewah perpaduan antara classic-modern itu. Lantai marmer putih, perabot yang sepertinya terbuat dari emas, lampu yang menjuntai bagai berlian di atap menambah kesan 'Wah' saat aku melihatnya.
Mungkin mataku atau apa yang jelas kini aku telah berdiri di sebuah kamar yang luas dengan single bed di tengah yang member kesan classic adalah tiang ranjang dan korden berwarna peach cerah dengan dihaisi renda. Belum lagi lampu duduk yang ada di sudut ruangan menambah indah kesan kamar itu, walau hanya ada satu almari dan satu meja hias namun kesan minimalis tersebut malah member warna mewah pada kamar itu.
"Tuan sebentar lagi jam makan malam. Tuan besar menunggu anda di bawah." Ucap seorang maid sambil membungkuk ke arahku.
"Ah iya, sebentar lagi aku turun." Ujarku yang di balas anggukan olehnya. Tak berapa lama kudengar suara pintu tertutup.
"Haah, apa aku akan betah disini? Di istana mewah ini?" kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi, mungkin dengan ini bisa meredam kecamuk yang ada dipikiranku.
_Seoul, 19.00_
Kami berempat, ya berempat. Aku , ahjussi, ahjumma dan putra sulung mereka atau tunanganku sedang mneikmati acara makan malam yang sangat mewah bersama. Katanya sebagai penyambutan atas diriku.
"Kim Hyukjae, apa kau betah tinggal disini?" Suara tegas Cho ahjussi membuyarkan segala lamuanku.
"I-iya, ahjussi. Sa-saya betah disini." Ucapku terbata. Jujur aku gugup sekali dan sedikit merasa tidak nyaman.
"Jangan gugup Hyukkie-ah." Kali ini Sungmin ahjumma yang ikut bicara, sepertinya beliau bisa membaca kegugupanku.
"Dan jangan panggil kami ahjussi dan ahjumma, panggil saja kami appa dan umma. Anggap kami adalah keluargamu sendiri, arra?" lanjut Sungmin ahjumma diiringi senyum manis keibuannya serta anggukan dari Kyuhyun ahjussi.
"Ne, Gomawo." Balasku. Setidaknya sekarang aku sudah sedikit lebih rileks disini. Tidak seperti tadi. Akhirnya kami bercanda tawa bersama untuk mengakrabkan diri. Kecuali satu orang. Orang 'itu'!
"Siwonnie kenapa diam saja?" Tanya Sungmin ahjumma pada namja yang kini duduk di hadapanku, ia hanya menggeleng dan berkata 'tidak' sebagai jawaban.
"Mungkin dia butuh waktu untuk berdua! Kita pergi chagi." Kyuhyun ahjussi segera membawa Sungmin ahjumma meninggalkan kami berdua.
_END HYUKJAE POV_
Sudah lebih dari 15 menit keheningan meliputi ruangan itu. Namun tak ada satupun yang berniat untuk bersuara. Sampai akhirnya salah satu mencoba melepaskan belenggu keheningan dengan membuka pembicaraan dengan susah payah.
"Umm, kenalkan. Namaku Kim Hyukjae. Aku masih duduk dibangku kelas XII SMA. Kau sendiri?" Hyukjae berucap seraya mengulurkan tangan dan tersenyum. Senyum yang terlihat polos dan tulus.
Namun tak kunjung ada jawaban atau ssambutan tangannya yang masih menggantung di udara. Tapi Hyukjae tak putus asa, dirahnya tangan namja disebelahnya bermaksud mengajak jabat tangan. Namun reaksi yang diperoleh adalah sebuah tampikan kasar yang membuatnya kaget.
"Mi-mianhaeyo. Aku hanya mau berkenalan saja kok." Ucap Hyukjae takut-takut.
"Aku tak butuh. Namaku Cho Siwon dan jnagan pernah mendekat padaku atau pura-pura baik di depanku." Namja bernama Siwon itu berjalan pergi setelah mengucapkan sederet kata-kata yang mampu membuat Hyukjae tak berkutik.
_END FLASHBACK_
Rasanya sama seperti waktu itu. Sakit. Tapi kini lebih menyakitkan mengingat betapa ia mencintai seorang Cho Siwon sekarang. Orang yang berhasil mengambil hatinya.
Dua bulan ini ia brusaha mendekati sosok tunangannya tersebut. Mulai dari sekedar bercerita, makan bersama bahkan mengajak jalan-jalan. Namun semua yang ia lakukan berakhir dengan penolakan dan kata-kata dingin khas Cho Siwon.
Ia lelah seperti ini terus, berusaha memahami tapi di abaikan. Berusaha mendekati tapi di acuhkan. Berusaha mencintai tapi dibenci dan berusaha memberikan kepingan hati yang ia miliki tapi di buang begitu saja seolah tak berharga.
Sungguh ia lelah menghadapi jalan pikiran Siwon yang sungguh tak pernah ia mengerti.
Yang ia tau ia mencintainya. Mencintai dengan segala yang ia punya. Namun tak ada balasan apapun dari rasanya. Hanya dingin, beku, kata-kata yang menusuk atau mungkin penolakan yang menyakitkan.
Ini sudah cukup baginya untuk menangis karena mencintainya, ia ingin berhenti mencintainya. Ya seorang Hyukjae ingin berhenti mencintai pangeran es seperti Siwon. Tapi ia tak bisa, malah rasa itu semakin dalam dan tak terbendung lagi.
"Jika kau tak bisa mencintaiku, izinkan akau menyentuh hatimu dengan cintaku." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari pikirannya saat ini. Menerobos melalui celah bibirnya.
Ya, ia harus berusaha menyampaikan cintanya walau bagi Siwon itu hanya pura-pura. Tapi Hyukjae yakin bahwa ia akan tunjukkan simphoni cinta itu untuk mengetuk kerasnya hati seorang Cho Siwon.
Tlah ku nyanyikan alunan-alunan senduku
Tlah kubisikkan cerita-cerita gelapku
Tlah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku tak kan bisa
SENTUH HATI MU
_SIWON POV_
Minggu yang menyebalkan. Apalagi sebutan yang tepat untuk hari ini? Walaupun menurudku hamper setiap hari aku terjebak dalam hal-hal yang menyebalkan. Seperti sekarang, aku dan adikku Minho—yang baru saja kembali dari Argentina—sedang terjebak di gang sepi. Apalagi dengan orang-orang berwajah jelek ini.
"Hyung kau siap?" Panggil adikku yang kini telah mengambil ancang-ancang untuk menyerang.
"Ne, kapanpun kau mau!" jawabku singkat, seraya menyingsingkan lengan kemeja biru yang ku kenakan.
Baju ini adalah baju pemberiannya. Bias kulihat wajahnya yang serius memilah dan memilih kemeja saat itu. Dan sungguh aku mengulum senyum senyuman samar ketika melihat mata jernihnya berbinar cerah. Hah, andai saja saat itu bias terulang lagi.
'Ah menyebalkan! Mengapa mereka tak ada habisnya sih?'
"Hyung awas!" Belum sempat aku mencerna apa yang terjadi, tiba-tiba sosok namja berbaju hitam menerjang tubuhku.
"Uhuk! Agh!" Sebuah hantaman telak mengenai perutku. Sakit juga ternyata rasanya pukulan orang itu.
"Hyung, Gwenchana?" Minho membantuku berdiri setelah sempat jatuh tersungkur. Aku sedikit mengerang kesakitan, mungkin sekarang luka itu mulai membiru. "Kau yakin tak apa hyung?" Tanyanya kembali untuk sekedar memastikan keadaanku.
"Hm" ujarku singkat. "Yang lain?" kutolehkan kepalaku dengan menajamkan pandangan untuk menelisik, ternyata yang kudapati para makhluk menyebalkan itu tergeletak dengan posisi yang tidak elit sama sekali. "Kau yang melakukannya?" lanjutku memberi sebuah pertanyaan.
"Tentu, apa hyung lupa kemampuan bela diriku?" Tanya baliknya dengan senyum yang sarat akan rasa bangga.
"Yah, aku sempat melupakannya" jawabku yang sukses membuatnya menambah intensitas senyumnya menjadi menakutkan.
Terkadang aku tak sempat menyadari kalau Minho berkembang dengan cepat. Tentu saja sekarang ia terlihat semakindewasa dan semakin tampan saja. Tak salah jika hampirr semua pemujanya menyebt dirinya sebagai seorang Flaming Charisma.
"Kau melamun hyung?" tanyanya dengan mata tetap focus pada jalan di depan kami. Aku bahkan tak sadar jika aku sedari tadi melamun.
"Tidak, hanya sedikit memikirkanmu." Kulihat ia mengernyit bingung. "Yah mengingat sekarang aku sudah menjelma menjadi rival terberatku" lanjutku, hal itu sukses melahirkan sebuah lengkungan kebanggaan menghias wajah tampannya.
"Kau memang harus berhati-hati dengan ku hyung" sahutnya.
%%%%%%%%%%
Hah, sekali lagi aku menghela nafas bosan. Kenapa perjalanan kali ini lama sekali? Apalagi saat kulihat langit telah merambat siang. Minho masih focus dengan jalanan di depan sana sedangkan aku sibuk dengan pemikiranku.
Sekali lagi otakku bergerilya memikirkan sosok yang sejak awal telah berhasil membawa serta hatiku dengannya. Sosok seorang Hyukjae.
Senyumnya lucu dan polos. Wajahnya yang manis, sifat ceria, pantang menyerah dan sifat malu-malunyayang menggemaskan serta kepribadiannya yang sungguh ramah dan baik hati itu selalu berhasil membuat dunuaku teralih padanya sepenuhnya.
Namun, aku dengan bodohnya menyia-nyiakan keindahan itu dengan selalu mengcuhkannya dan bahkan menganggapnya tak ada. Aku hanya takut ia terluka, aku takut ia akan mengalami apa yang telah menimpaku dan Minho barusan.
Yah, bias dibilang sebagai putra mahkota dari kerajaan bisnis yang merajai Asia tentu bukanlah hal yang mudah, belum lagi jika selalu di bayangi oleh sosok-sosok yang bias menerkammu kapan saja, sungguh itu bukan hal yang patut di banggakan kan? Aku hanya takut ia menjadi sasaran dari para saingan appa atau mungkin orang-orang yang berniat menjatuhkanperusahaan appa.
Sejak kecil aku dan Minho selalu hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Bagaiman tidak? Hamper setiap saat kami selalu menjadi sasaran penculikan hanya untuk tebusan beberapa ratus juta won atau alasan-alasan lain. Lambat laun appa dan eomma semakin hawatir akan keselamatan kami sehingga menyewa beberapa bodyguard untuk melindungi kami.
Tapi itu tak berlangsung lama, karena baik aku maupun Minho ingin hidup bebas dan normal, akhirnya kami melatih diri kami untuk dapat bertahan dan bahkan melawan mereka. Sehingga sampai sekarang kami sudah terbiasa dengan hal itu.
Di awal memang semua berjalan lancer, anmun lama-lama mereka merubah strategi, selain tetap kekeh mengusik kami sekeluarga tapi juga orang-orang di dekat kami. Seperti Taemin, dia kekasih Minho, sekarang bahkan ia menghilang dan tak diketahui jejaknya. Hal itu sempat membuat Minho deperesi dan uring-uringan.
Dua tahun lamanya ia berusaha menghapus sosok namja cantik itu namun tak berhasil. Barulah beberapa waktu yang lalukulihat a bias menerima kenyataan tentang hilangnya Taemin. Namun yang ku tau sampai sekarang ia masih setia mencari informasi tentang kekasih hatinya itu.
Bukan hanya Taemin dan Minho, aku dan Hangeng—dia adalah cinta pertamaku—juga pernah menjadi sasaran. Hangeng yang merupakan seorang artis pedatang baru dari China, sekaligus kekasihku menjadi incaran yang mudah bagi mereka mengingat jadwal show Hangeng yang padat dan berpindah-pindah.
Tapi saying, Hangeng juga menuasai teknik bela diri sehingga tidak mudah menculiknya. Namun pada puncaknya sesuatu yang menyakitkan terjadi, mereka membuat Hangeng kecelakaan satu tahun yang lalu dan membuatnya kembali ke China, parahnya setelah kembali ke China ia di ketahui hilang ingatan sehingga hubungan kami kandas sampai di situ saja.
Dalam frustasi yang menelusup jiwa karena kehilangan seseorang terkasih membuatku menjadi seorang workaholic yang bahkan sampai menggerogoti kesehatanku. Aku lebih senang menyakiti diriku dengan rasa lelah sehingga dengan itu aku tak perlu mengingat Hangeng lagi.
Seiring berjalannya waktu hadirlah sosok Sooyoung, yeoja cantik yang mengisi ruang kosong dalam hatiku. Membuatku merasakan cinta yang besar padanya dan melupakan segala kepenatan dan luka di hatiku.
Dia bias membuatku mencintainya dalam waktu singkat namun juga dapat melukai hatiku dengan waktu yang singkat pula. Ternyata ia hanya memanfaatkanku semata dan pada akhirnya aku terluka lebih dalam ketika melihatnya menjadi milik seorang Choi Seunghyun.
Karena itulah aku sebenarnya takut untuk jatuh cinta dan mencintai, dank arena itu ila aku berubah dari Siwon yang terbuka menjadi sosok Siwon yang tertutup, dingin dan angkuh. Bahkan padanya, orang yang mampu mngenbalikan hatiku yang telah mati menjadi merasakan hidup kembali.
Mengingatnya aku menjadi merasa bersalah, mengingatkan aku pada segala perlakuan kasarku padanya yang masih sangat belia itu. Kim Hyukjae, seseorang yang kucinta dan ingin ku lindungi.
Aku bersikap seperti itu karena aku tak mau membiarkan dirinya yang berharga menjadi terluka. Akan kulindungi permata indah yang kucintai dengan apapun yang kupunya meski aku harus mengacuhkannya dan mengabaikan rasa bersalahku padanya. Semua demi dia yang kucinta.
%%%%%%%%%%%
Kulangkahkan tubuh penatku memasuki rumah mewah tempat tinggalku. Di belakangku berdiri Minho yang berjalan dengan melepas beberapa kancing teratas kemejanya.
Kulihat appa dan eomma menghampiri kami dengan senyum merekah di wajah keduanya.
"Wah-wah, pangeran-pangeran ganteng umma sudah pulang!" seru umma senang dan memeluk kami. "Apa kabar Minho?" lanjut umma masih dengan memeluk erat putra bungsunya.
"Baik. Umma dan appa sendiri bagaimana?" Minho bertanya sambil melepas pelukan itu.
"Kami baik-baik saja" jawab appa "Ayo kita ke ruang makan! Hyukkie sudah menunggu lama" lanjut appa.
Sejenak ku alihkan pandanganku pada appa dan umma "Apa dia sudah baikan?" tiba-tiba pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku. Jelas aku hawatir sekali padanya, apalagi setelah kejadian yang baru saja menimpanya.
"Ya, dia belum sembuh benar. Tapi katanya ia mau menyambut kedatangan adikmu!" jawab umma.
Aku melirik Mimho yang agak bingung. Namun jauh dari itu aku merasa hawatir dengan anak sok kuat itu.
"Hyukkie itu siapa?" satu pertanyaan dari Minho yang sarat akan tanda Tanya.
"Oh, iya kami belim member tahumu yah? Lebih baik kau kenalan sendiri saja dengan dia dari pada bingung." Saran umma.
Kami segera berjalan menuju ruang makan, dimana disana telah menunggu seorang namja manis dengan kulit putih susubya yang pucat serta beberapa perban di lengan kurusnya.
Dalam diam kami menghabiskan makanan yang tersaji. Sesekali kilihat Minho menatap Hyukjae-ku yang dibalas dengan senyum canggung. Tapi hal itu sedikit banyak membuatku merasa panas juga karenanya.
Selesai makan umma dan appa langsung beranjak menuju dunia mereka. Menyisakan kami bertiga yang terdiam dalam suasana asing yang terasa tak nyaman.
_END SIWON POV_
Di ruang yang hanya terisi kebisuan dari ketiga namja dengan cirri fisik berbeda. Dua diantaranya hamper sama, sama-sama tinggi, atletis dan mempesona. Sedang yang satu manis, polos dan cenderung kurus.
"Hm, siapa namamu?" Minho, pemuda berusia 19 tahun itu membuka suara pertama kali. Disambut tatapan bingung dua orang yang ada di sekitarnya.
"Aku?" Tanya Hyukjae lirih yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Minho. "Namaku Kim Hyukjae" jawaban sigkatnya membuat Siwon yang sedari tadi diam mendadak mengalihkan padangannya pada dua orang yang duduk saling menghadap itu.
"Aku Cho Minho, anak kedua dari Cho Kyuhyun dan Cho Sungmin" terang Minho. "Kanapa kau bisa ada disini?" pertanyaan Minho hanya dibalas keheningan.
"Dia tunanganku" pernyataan Siwon yang menjawab kebisuan itu.
"Mwo? Jadi dia calon kakak iparku?" Minho bertanya tak percaya. "Manis sekali" lanjtnya yang membuat Hyukjae mendonagk dan rasa kesal tiba-tiba merasuk ke dalam diri Siwon.
"Wah senangnya punya saudara manis seperti yeoja" tambahnya membuat senyum di bibir Hyukjae mengembang.
"Aku juag senang mengenalmu, apalagi menjadi sudaramu Minho-ya" balasnya.
Mereka mudah sekali akrab, bahkan sekarang mereka sedang bercerita banyak hal tentang masing-masing. Menyisakan seorang Cho Siwon dalam galau di hatinya.
Senang juga melihat dan mendengar senyum, tawa yang ada pada diri namja lucu yang kini ia kagumi, tapi sedih karena senyuman itu untuk orang lain dan tawa itu juga karena orang ain.
Intinya Hyukjae merasa nyaman dengan Minho, sedang ia hanya bisa menyakiti. Begitulah yang ada dalam pikiran Cho Siwon saat ini.
