A/N: halooo, author entah kenapa lagi pengen bgt bikin fic ini. Terinspirasi dari lagu JBF. Author mau curhat singkat nih, hehehehe (ditampol). pertama kali dgr lagu ini author kaget bgt karena entah knp inti lagu ini begitu mirip rip rip rip...persis plek dengan apa yg author alami wkt itu, jadiii ya sudah saya bikin aja ceritanya huahahahaha. fic ini dijelaskan dari sudut pandang author sendiri pakai sudut padang Luka), kalau misalnya...kalau aja nih...org yg merasa dirinya 'bersangkutan' dengan fic ini ga sengaja atau sengaja baca fic ini, author cuma bisa bilang terserah mau dibaca apa enda. kalau nda mau sakit hati ya jangan, kalau siap mental silahkan baca isi hati dan tujuan asli author lewat fic ini. author ga begitu ingat detil tapi kurang lebih author ingat ceritanya.
kenapa kok dipublikasikan? soalnya terkadang ada beberapa hal yang ingin sekali diceritakan langsung lewat ucapan tapi tidak pernah bisa, benar begitu bukan? jadi mungkin dengan bikin fic ini, pembaca sekalian dapat mengerti curhatan terpendam author (ditampol lgi krn alay) hihi.
Rated : K+ - T
Disclaimer : saya ga punya vocaloid apapun, saya cuma punya kisah ini doan. lagu JBF juga bukan punya saya.
Just be friends...all we gotta do just be friends?
Aku sungguh tidak tahu mau berkata apa lagi. Entah lawan chatting-ku ini memang benar-benar baka atau ia hanya mengerjaiku atau tidak, aku tidak tahu. Lawan chatting-ku, Kiyoteru Hiyama, seorang pemuda pendiam yang sekelas denganku, tapi ajaibnya kami tidak berkenalan lewat kontak langsung di sekolah. Lantas lewat mana kami berkenalan? Jawabannya mudah, lewat game online.
Sejak pertemuan kami melalui game online itulah aku baru tahu kalau ternyata aku sekelas dengan pemuda baka itu. Kalau ku ingat-ingat lagi, sebenarnya jarak tempat duduk kami juga tidak begitu terpisah jauh. Tapi kenapa baik aku maupun dirinya sama-sama tidak menyadari kehadiran masing-masing? Kau boleh mengatakan kami ini orang cuek berlebihan.
Aku masih ingat, waktu itu aku masih duduk di bangku SMP tahun terakhir. Ketika sensei meminta kami semua untuk berdiri dan memperkenalkan diri masing-masing, hanya ada 1 orang yang setidaknya bisa membuatku susah untuk tidak melihat wajahnya. Ya, pemuda itu, pemuda baka yang sejak awal sudah mencuri perhatianku tapi aku tidak menyadarinya, bahkan dirinya sendiri juga tidak sadar. Benar-benar payah kan orang itu? Aku tidak tahu apakah ia memperhatikanku ketika aku ditunjuk untuk memperkenalkan diri di depan kelas atau tidak, tapi yang pasti setelah peristiwa itu baik aku dan Kiyoteru tidak berinteraksi total secara terang-terangan untuk jangka waktu 6 bulan berikutnya.
Awal kami menjadi akrab, aku masih ingat hari itu. Waktu itu ia tidak masuk sekolah, katanya demam sih. Tapi toh dugaanku benar. Setelah pulang sekolah aku memainkan game online yang saat itu merupakan game favoritku. Di list friends, aku melihat dirinya online. Kulihat ia sedang AFK (away from keyboard), tanpa pikir panjang aku kembali lanjut asyik menaikkan level charaku sendiri. Beberapa saat kemudian pesan whisper (semacam private chat) dari pemuda baka itu muncul di layar. Kupikir ada orang yang mengajakku main bersama, eh ternyata...
Pemuda bodoh itulah yang mengajakku chat, si baka Kiyoteru. Kupikir, tumben sekali orang ini mengajakku chat, biasanya ia tidak pernah chat duluan, selalu orang lain yang mengajaknya chat terlebih dahulu barulah ia membalas chat tersebut. Tapi kali ini beda. Aku membaca isi chat nya yang menurutku sangat tidak penting dan tidak berbobot itu dengan malas.
"Halo"
Hanya seperti itu isi chat darinya, sungguh tidak penting bukan? Kalau sudah begitu, maka aku menjawabnya dengan tidak kalah tidak berbobot darinya.
"Hola"
Ha, degan begini pasti ia akan segera menyudahi chat singkat itu. Jujur saja waktu itu rasa jengkel karena keasyikan levelingku yang terganggu lebih mendominasi diriku dari pada rasa heran dan penasaran dengan perubahan sifatnya yang tidak jelas itu. ternyata ramalan amatirku ini meleset. Chat lebih lanjut darinya kembali tampak di layar.
"Lagi ngapain?"
"Menurutmu?"
"Hunting?"
"Nah, ya sudah kalau sudah tahu."
Seperti itulah dialong yang terjadi antara kami. Kesannya aku sangat dingin sekali ya? Tentu saja, kalau tidak begitu mana mungkin aku dijuluki Ice Queen atau si ratu tsundere. Tapi karena aku merasa sudah terlalu dingin padanya, diam-diam aku kasihan juga padanya karena kujahati seperti itu, padahal ia hanya ingin mengajakku bicara. Ya sudah, untuk mencairkan suasana aku mengajaknya chat lagi.
"Kenapa tadi tidak masuk sekolah? Bolos ya?"
"Aku sakit demam, kepalaku pusing sekali tadi pagi."
"Terus kamu kok bisa main sekarang? Pasti bohong."
Tuh kan, mana mungkin dia sakit kalau dia sekarang bisa main game seperti sekarang? Ia berdalih kalau sekarang ia sudah sembuh dan tidak demam lagi, benar-benar alasan yang mudah ditebak dari seorang maniak gsme seperti dirinya. Tanpa sadar chat kami terus berlanjut, memakan waktu beberapa jam tanpa kami sadari. Tiba-tiba aku ingat ada sebuah tugas yang harus dikumpulkan besok, iseng-iseng aku menanyakannya padanya.
"Kau sudah buat tugas buat besok tidak?"
Ia tidak langsung menjawab, tapi sepertinya aku tahu ia sedang terplongo-plongo sambil berusaha mengingat kira-kira tugas yang kumaksud itu tugas yang mana.
"Oh, belum. Memang dikumpulkan kapan dan tugas apa?"
"Kita disuruh menjelaskan organisasi-organisasi internasional, fungsinya, tahun terbentuknya dan sejarah singkatnya. deadline terakhir besok."
"Haaaa?!"
Responnya itu, sama sekali tidak mengejutkan. untuk beberapa menit lamanya ia tidak mengirim chat lag. haha, kurasa sekarang dia pasti sedang kelimpungan membuka-buka buku paketnya untuk mengerjakan tugas. tapi tawa dalam hatiku itu segera dibuyarkan oleh chat lanjutan darinya.
"Bantu aku dong. Ayolah, please?"
Eh enak saja. Sudah bolos sekolah dengan dalih sakit, sekarang mengerjakan tugas saja minta bantuan. Agak sebal juga sih, tapi lalu ketika aku mengingat betapa dinginnya sikapku tadi padanya. kasihan juga sih. Lagipula kalau dipikir-pikir lagi, Kiyoteru bukanlah tipe orang yang suka bolos sekolah kalau ia hanya ingin sekedar main game. jadi kurasa ia tidak bohong mengenai demamnya yang katana sekarang sudah pulih itu. karena iba akhirnya aku membantunya juga. Dengan sabar aku mengetikkan satu persatu dalam kotak dialog chat. kenapa aku tidak men-copas nya? fitur chat game online ini sangat terbatas, makanya aku tidak bisa hanya men-copas semuanya begitu saja. ketika aku selesai mengetikkan seluruh tugas yang banyaknya 1 lembar bolak balik HVS ini, kulihat dia OFFLINE!
Tak lama kemudian ia kembali online lalu meng-chatku lagi segera.
"Maaf tadi disconnected. Bisa tolong kau ulangi lagi?"
Apa dia bilang? Ulangi lagi? ULANGI LAGI?! Dia ini sedang menikmati menyiksa dirku atau apa sih? Mengesalkan sekali, tidak tahukah dia betapa lelahnya mengetik semua tugas itu sampai tuntas tapi sekarang diminta untuk mengulangnya lagi. Andai saja ia ada di sebelahku, munkin sudah kucincang jadi potongan daging kecil-kecil dirinya. dengan kasar dan cepat aku mengetikkan kata-kata yang menunjukkan betapa jengkenya diriku, marah walaupun sebenarnya juga bukan sepenuhnya kesalahannya sih.
"Maaf, internetku memang suka bermasalah. Ayolaaaah, bantu aku, kamu kan tahu sendiri terakhir nilai ulanganku dalam materi itu dapat jelek."
Entah kenapa darah di dalam tubuhku bergejolak, seperti mendidih karena panas yang berlebihan. Aku semakin kesal, kesal karena aku harus mengetik ulang semua tugas itu, dan juga kesal karena aku selalu punya perasaan tidak tega yang langsung muncul beberapa saat setelah aku menjahati seseorang. ah sial, karena penyakit yang biasa disebut 'tidak tega' itu lebih mendominasi, maka dengan berat hati aku mengetik ulang semua isi tugas itu, yang pada akhirnya membantu mengangkat nilainya pada subjek itu meskipun keesokan harinya aku melanjutkan omelanku padanya di sekolah.
Sejak kejadian terpuruk itu, baik aku dan Kiyo (begitu aku sering memanggilnya) semakin sering chat. Kami berdua memang jarang atau bisa dibilang nyaris tidak pernah bicara langsung di sekolah, tapi kami selalu berkomunikasi lewat chatting. Suatu saat kami sungguh terbawa suasana, sehingga kami sampai chat berjam-jam, hingga benar-benar larut malam. Banyak sekali hal-hal yang kami bicarakan, mulai dari makanan favorit, guru menyebalkan di sekolah, nilai merosot, Try Out sekolah yang menumpuk, masalah-masalah yang dihadapi, dan nyaris hampir semua diceritakan. Aku tidak ingat pasti apa yang kami bahas dan apa penyebabnya kami sampai bisa membahas topik yang sangat jarang tersentuh oleh anak muda seperti kami. Sampai sekarang aku ingat sekali topik itu.
"Hei, aku tahu kenapa kamu selalu bertingkah macam-macam di sekolah. Entah itu membuat kipas kertas-lah, atau apalah, kreasimu memang bagus, tapi apa kau tidak memperdulikan komentar teman-teman di sekitarmu?"
Aku mengetikkan kalimat itu, sedetik kemudian aku menyesal telah memencet tombol enter di keyboard. Kulihat sisi ujung bawah jendela chatting bertuliskan 'Kiyoteru is typing message...'. Dengan sabar aku menanti balasan dari dirinya.
"Hmm, bagus kan kalau begitu. Mereka jadi tahu siapa aku."
Melihat responnya yang seperti itu, aku jadi tergoda untuk segera membeber apa yang kuketahui tentang dirinya, ingin segera menyudahi basa-basi yang sejak tadi kuketik.
"Kamu ini...kesepian kan? Rata-rata orang di sekitarmu tidak mengerti kenapa kamu bertingkah seperti itu, makanya mereka mengecap mu sebagai anak aneh. Padahal kamu cuma ingin perhatian dari mereka kan?"
Sungguh, waktu mengetikkan kata-kata itu tanganku sangat gemetaran, takut salah mengucapkan sesuatu yang tidak-tidak dan membuatnya sakit hati atau semacamnya. Jangan-jangan dia marah? Aduh jangan sampai! api ia tak kunjung membalas chatku, bagaimana ini?
"Haha, ya begitulah. Hampir tidak ada yang mengerti aku. Paling-paling mereka cuma mengerti hal-hal tentangku dari tampang luarku saja."
Begitu membaca balasan semacam itu, entah kenapa rasanya sedih sekali. Entah kenapa aku merasa seperti orang asing baginya walaupun kami sering sekali chat setiap hari, rasanya seolah-olah aku sama sekali tidak mengenal orang yang sekarang sudah jadi teman chatting-ku ini. Tapi kenapa? Harusnya aku biasa-biasa saja kan?
"Memang siapa saja yang mengerti dirimu?"
Pertanyaan itu muncul begitu saja di kepalaku. Sungguh, aku sangat penasaran dengan jalan pikirnya ini. Kenapa? karena biasanya aku selalu bisa membaca sifat, kepribadian dan jalan pikiran orang-orang pada umumnya, tapi tidak pada Kiyo. entah kenapa apa yang kuperkirakan selalu muncul kebalikanya dan hal itu membuatku sedikit frustrasi sehingga aku jadi semakin penasaran dengan dirinya yang jarang-jarang sekali ada orang seperti dia. Penasaran ya? sepertinya sejak saat itu aku harus mendengarkan dan memaknai pepatah 'Curiosity kills a cat' yang pada akhirnya nanti terbukti benar. Karena terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri aku sampai tidak sadar chat darinya sudah masuk.
"90% orang tidak mengerti diriku."
"Ah, pasti yang keluargamu masuk kedalam 10% itu."
Ia tidak langsung membalas chatku. tapi tak sampai satu menit kemudian chat selanjutnya masuk. Dan jawabannya itu membuatku...jadi tidak karuan.
"No. But you're one of that 10% :P"
Apa katanya? aku masuk kedalam 10% itu? Begh, apa-apaan sih. Apa sih yang menjadi kemauannya? Aku sama sekali tidak mengerti! orang ini, apapun yang akan diperbuat selanjutnya aku tidak pernah bisa menduga. Selalu saja semuanya berakhir pada kebalikan dari hasil pemikiranku. Selalu saja! Dan lihat, apa lagi itu maksud emo yang dipakainya! Grrr...menyebalkan. Untunglah di dekatku tidak ada cermin, kalau tidak aku pasti ingat sampai sekarang betapa merahnya wajahku waktu itu.
Seiring berjalannya waktu, kami memang jadi lebih dekat. Tapi tiba-tiba suatu hari ia jarang sekali online. Sekalipun ia online, ia jarang mengajakku chat walaupun biasanya begitu online dia selalu mengirim pesan apapun itu, entah sapaan atau sekedar tanya tugas. Semakin lama aku merasa semakin tidak bersemangat. Padahal harusnya aku semakin giat belajar karena sebentar lagi akan ada ujian kelulusan. Aku tidak tahu kenapa tapi rasanya mengambil buku pelajaran dari dalam tas itu rasanya berat sekali seperti mengangkat beton.
Dan yang lebih menyebalkannya lagi, kepalaku tidak bisa berhenti memikirkan BakaKiyo itu. Apa ya yang kira-kira dilakukannya sekarang? Eh, apa yang kupikirkan? Memikirkan Ujian kelulusan jauh lebih penting daripada memikirkan BakaKiyo! Dengan berat hati aku membuka buku pelajaran untuk mempersiapkan Try Out besok.
Hal-hal yang tak terduga kembali terjadi. Waktu itu aku sedang duduk-duduk di bangku taman sekolah bersama salah seorang temanku. Aku menceritakan hal-hal berkaitan dengan Kiyo yang, jujur saja, membuatku sangat penasaran. Tapi sebelum temanku sempat memberi balasan respon, ia tampak tegang sambil menatap sesuatu yang ada di belakangku. Ia menyenggol kakiku lumayan keras, memberiku kode untuk menoleh ke belakang dan...
Kiyo lewat begitu saja, sendirian, dan berjalan super cepat. Aduh apa sih? Mau cerita tentang dia saja susah, entah kenapa ia bisa tiba-tiba ada di situ! Padahal aku sudah memilih tempat yang benar-benar sepi dan jarang dilewati oleh Kiyo! Tapi kenapa tiba-tiba ia bisa ada di sini!
Begitu aku merasa Kiyo sudah begitu jauh dari kami, aku kembali melanjutkan cerita. Tidak lama kemudian kini ganti aku yang menegang, melihat orang itu datang mendekat ke arah kami. Otomatis ketika dirinya sekali lagi melewati kami, kami terdiam untuk beberapa saat. Dapat kulihat teman yang duduk di sebelahku ini berdecak pelan sambil geleng-geleng kepala dengan sesekali tersenyum.
Setelah peristiwa aneh itu, hubungan kami semakin renggang. Ujian Kelulusan hanya tinggal beberapa hari lagi. Mau tidak mau akhirnya aku memaksa diriku fokus belajar. Walaupun susah, untunglah aku bisa benar-benar fokus walaupun saat mau tidur masih saja aku kepikiran dirinya.
1 Bulan setelah ujian kelulusan...tidak banyak yang berubah. Acara prom night segera dilangsungkan. Malam itu aku memang bertemu dengannya, rasanya begitu 'uneasy' sekali ketika melihatnya berjalan mendekat. Malam itu ia mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana hitam panjang yang membuat sosoknya semakin terlihat...mempesona. Parahnya lagi, salah seorang temanku dengan innocent nya mengajak Kiyo untuk duduk semeja denganku. Senang sih, sayangnya aku tidak duduk di sebelahnya. Ups, apa yang baru saja kukatakan? Lupakan saja itu.
Lalu di bulan berikutnya, ini merupakan bulan yang tidak pernah bisa kulupakan hingga sekarang.
6 Juni 2010
Waktu itu hari minggu, baik aku dan Kiyo sama-sama main game online bareng malam-malam. Jarum jam hampir menyentuh angka 12. Karena bosan, akhirnya kami chat lagi sambil leveling.
"Eh, iya sebentar lagi kan akan ada event wedding. Kamu sudah tahu siapa yang mau chara mu nikahi?" Iseng aku bertanya begitu, penasaran siapa yang akan jadi calon istri charanya.
"Hmm, belum. Kamu sendiri?"
"Ermm...ada beberapa yang sudah mengajak charaku sih, cuma kutolak semua."
"Hee, kenapa?"
"Tidak menarik dan tidak suka."
Lalu kami berdua sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Sama-sama canggung untuk memulai lanjutan chat berikutnya. Aku memilih untuk tetap terus diam, sampai akhirnya Kiyo sendiri yang kembali mulai.
"Memang ada orang yang kau suka?"
Orang yang kusuka? ermm...kurasa ada? Ah, bodohnya dirinya. Apa ia benar-benar tidak tahu siapa yang kusuka?
"Ada, errr mungkin? Habis dia orangnya tidak jelas, aku tidak mengerti apakah ia ingin sebatas teman dekat saja atau ingin lebih."
"Oh...Siapa orangnya?"
DEG! Ah, sial harusnya aku tak mengatakannya seperti itu. Siasat licik segera muncul di kepalaku. ini kesempatan yang bagus untuk mengetahui rahasianya juga, benar begitu bukan? Semacam barter begitulah.
"Rahasia dong! Bagaimana kalau kita bertukar rahasia? Beri tahu aku siapa yang kau suka, lalu aku akan memberi tahumu."
"Boleh, Kau sungguh ingin tahu siapa yang kusuka?"
"Yap"
"Yuki, Ann, Lily..."
Hah? dia suka semua gadis itu? Yang benar saja?! Dasar playboy! ia menyebutkan beberapa nama gadis yang kira-kira masih kukenal sejauh ini. Setelah ia berhenti mengetikkan list gadis yang ia suka, aku jadi lumayan down. Namaku tidak ada dalam list itu? Hahaha, apa yang kau pikirkan Luka? Jangan berharap yang macam-macam. Kenapa namamu harus tercantum di dalam list nya? Lebih paranya lagi kenapa kau harus merasa down hanya karena namamu tidak ada dalam daftar bodoh itu? Dia bukan siapa-siapamu kan? Seorang Kiyoteru hanya sekedar teman chattingmu saja kan?
"Dasar playboy!"
"Hee...katanya kau ingin tahu siapa yang kau suka. Ya aku suka semua gadis itu."
"Tetap saja playboy!"
"Tunggu, kau pasti salah mengartikan maksudku. Suka dan Cinta itu beda lho."
DEG! Begitu membacanya entah kenapa aku merasa sedikit kembali bersemangat. Serasa seperti masih ada seberkas titik pencerahan? Aku ingin bertanya siapa gadis yang benar-benar mengisi hatinya, tapi aku tidak punya keberanian itu. Usahaku untuk memancingnya mengatakan rahasia terbesarnya jadi gagal total.
"Karena aku sudah memberi tahu apa yang kau mau, sekarang gantian. Katakan siapa yang kau suka?"
DEG! Ah, sial kukira ia sudah lupa dengan perjanjian awal kami. Sekarang apa yang harus kulakukaaaan?!
"Ermm...aku kasih clue saja ya? Orang itu satu sekolah dengan kita."
"Bisa lebih spesifik lagi? Satu sekolah itu jumlah yang...mustahil buatku untuk menebaknya satu-satu."
"Ya sudah, dia satu angkatan dengan kita."
Dan bodohnya ia mulai menyebutkan satu persatu nama-nama siswa laki-laki yang satu angkatan dengan kami. Toh, ujung-ujungnya dia menyerah juga dan meminta clue lagi. Tentu saja ia senang, sedangkan aku harus memutar otak bagaimana caranya supaya aku bisa lari dari chatting malapetaka ini.
"Begh, terlalu banyak. bisa lebih spesifik lagi?"
"..."
"Ayolah..."
"Terakhir, orang itu satu kelas dengan kita."
Ketika aku mengetikkan kata-kata itu, hatiku berdebar tidak karuan. Tanganku rasanya gemetaran sekali, dingin seolah-olah baru saja keluar dari freezer. Kiyo kembali menyebutkan nama-nama yang ada di kelas kami, urut lewat nomor absen. Tapi karena ia melompati nomor absennya sendiri, maka aku tetap terus berkata tidak. Hahahahaha, dengan begini rahasiaku tidak akan terbongkar.
"Kenapa semuanya dijawab tidak? Katanya satu kelas? Memang ada cowok mana lagi?"
Hahaha, memangnya kau bukan cowok ya? Dasar BakaKiyo, kau ini pura-pura bodoh atau memang bodoh? Aku melihat jam yang ada di komputerku menunjuukkan pukul jam 1 pagi. Ide baru segera muncul di kepalaku.
"Kau saja yang tidak teliti! Sudah aku mau tidur ngantuk. Nite~"
"Eh..Tunggu!"
BIP!
Aku offline tepat waktu. akibat percakapan kami melalui dunia maya itu, aku tidak bisa tidur semalaman. Besok paginya aku bangun agak kesiangan, untunglah sekolah sudah lama libur jadi tidak masalah. Aku membuka komputerku dan kembali online. Kulihat ia juga sudah online, dan langsung menyapaku.
"Pagi."
"Hooo...Morning."
"Tumben bangun siang?"
"Susah tidur."
"Kenapa?"
"Gara-gara hal yang kemarin lah!"
"Oh, iya! Jadi siapa yang kau suka?"
Gubrak, bodohnya aku bisa lupa sedang chat dengan siapa yang akibatnya justru aku jadi membuatnya teringat kembali akan percakapan kami melalui chat. Ah, diam-diam aku mengutuk jari-jariku yang mengetik seenaknya tanpa menunggu perintah dari otakku. Jujur saja, aku sangat malu kalau harus mengatakannya terang-terangan. Jari-jariku seolah-olah tidak mampu mengetik lagi, otakku tak tahu harus bagaimana menyusun kata-kata yang tepat.
"Ermm...ya sudah. Sebutkan lagi saja satu-satu anggota kelas kita, kalau memang benar itu orangnya aku akan mengatakan 'ya'."
"Herm..sungguh?"
Lalu ia kembali menyebutkan anggota kelas kami urut, ketika sampai pada nomor absennya, kali ini ia tidak melompati nomor absennya sendiri.
"Aku?"
"Ya, bodoh."
Kami berdua sama-sama terdiam, mungkin ia sekarang sedang menampar wajahya, tidak percaya dengan apa yang ia baca. Sedangkan aku yang malu setengah mati segera mengetik beberapa kata bernada kesal untuk menutupinya.
"Kau ini benar-benar Baka! Kau ini maunya apa sih? Teman tidak, lebih dari teman juga tidak! Kau selalu mempermainkanku! Ibaratnya aku ini seekor doggy sedangkan kau majikannya. Ketika si doggy meronta-ronta dan sudah memanjat pagar untuk melarikan diri, si majikan datang dan mengangkat si doggy, meletakkannya kembali ke dalam kandang sambil mengelus-elusnya. Setelah si doggy sudah kembali jinak sang majian meninggalkan si doggy dan sibuk baca koran sendiri. Jadi sebenarnya apa maumu?"
Ia masih tidak menjawab, sepertinya ia begitu terpana dengan chat yang baru saja kukirim.
"Pertama-tama, aku sendiri juga tidak tahu. Kedua, aku bahkan tidak sadar telah memperlakukanmu seperti itu. Ketiga...aku juga tidak tahu ingin ke arah mana."
Cih, dia ini benar-benar laki-laki ajaib! Entah apa yang membuatku bisa jatuh padanya. Apa karena aku terlalu banyak penasaran tentang dirinya? Apa karena sosoknya yang begitu misterius? Apa karena tingkahnya yang beda dari yang lain itulah yang menarik perhatianku? Kenapa aku bisa jatuh padanya? Kenapa harus dia?
"Sudah lupakan saja."
Itulah chat terakhir yang kukirim padanya. Entah kenapa hatiku sakit sekali. Kalau sudah begini terlihat sekali kan kemungkinan besar yang terjadi apa? sungguh menyedihkan. Seharusnya aku tidak usah mengatakannya padanya. Seharusnya aku tetap diam saja, atau mungkin tidak usah nekat membahas topik semacam ini. Kalau sudah begini, pertemanan di antara kami juga pasi akan hancur kan? Ah, bodohnya aku kenapa tidak berpikir sampai sejauh ini. Seharusnya aku tidak usah berharap yang aneh-aneh kalau pada akhirnya toh jadi seperti ini.
"Hermm...kau tau tidak apa yang kurang kusuka darimu?"
"Apa?"
"Kau itu dingin :P"
Heh? Apa maksudnya mengirim chat semacam itu?
"Ada tidak orang sepertimu yang yah...yang tidak se tsun-tsun dirimu, yang dere-dere begitulah."
"Kloning saja diriku lalu buat dia jadi dere-dere, selesai kan?"
Grrr... menyebalkan sekali! bisa-bisanya ia bergurau semacam itu, menyebalkan.
"Hmm...tidak mau, aku mau yang original saja."
Hee, apa katanya? Apa aku tidak salah baca? Hahahaha, aku pasti sedang bermimpi. Chat selanjutnya membuatku merasa duniaku seperti sedang terbalik 180 derajat. Dan aku nyaris tidak bisa mempercayai apa yang kulihat sendiri.
"Will you be my girlfriend?"
To be Continued
