Hai hai haiiiiiii annyeong nihaoo~~~ ara disini mencoba peruntungan ff ini, bisakah? Hehehe.. langsung aja dah! Capcus cyin xD

Araraaa Present

Last Wish for Kris

Cast: Wu Yi Fan a.k.a Kris Wu

Huang Zi Tao

Other cast you can find by yourself

Genre: Brothership, Romance, Hurt/Comfort

Warn: Yaoi inside! Alur agak membingungkan mungkin.-.

Length: Chaptered

Disclaimer: pengennya sih kris ama tao punya ara tapi sayangnya gabisa tuh -,- mereka punya theirself, dan ara yang punya cerita ini kaii. Oiya cerita disini tidak ada sangkut pautnya dengan berita kris vakum yah, hehe soalnya ini ff udah lama mendem di laptop hehe

Summary:

Kris selalu menuruti segala permintaan Tao selama ini. Dan ini adalah permintaan terakhir dari Tao, Tao berjanji akan hal itu. Namun mengapa Kris justru tidak menyanggupinya? / "Tidak bisa Zitao." / "Gege bilang, tidak ada yang tidak bisa?" / "Tidak Zitao, kumohon tidak." / KrisTao with other pairing

ENJOY THE STORY! SORRY FOR TYPO(S)!

.OoO.

"Hiks hiks," suara tangisan bocah membuat Kris menoleh, sepertinya anak itu lebih muda darinya.

"Ada apa? Apa ada yang bisa gege bantu untukmu?" tanya Kris. Bocah itu mendongak, lalu mengusap air mata yang mengalir dipipinya. "Aku kehilangan kakak-kakakku," gumamnya sambil sesenggukan. Kris menatapnya iba. "Dimana terakhir kau bertemu mereka?" tanyanya sambil menggamit pergelangan tangan bocah itu. Membawanya pergi dari pinggir jalan yang sedang sepi itu.

"Disana," tangan mungil dalam genggaman Kris, menunjuk ke sebuah tempat, pemakaman.

.OoO.

"Gege! Bisa bantu Tao?" teriak seorang bocah bernama lengkap Huang Zi Tao dari dalam kamarnya yang berantakan. Tak lama, seorang bocah lelaki kecil yang terlihat sedikit lebih tua dari Tao menghampiri Tao dan mengelus bahunya pelan.

"Tao, jangan berteriak. Sudah berapa kali gege bilang..." ujar Kris, atau yang bernama lengkap Wu Yi Fan -sang bocah yang sedikit lebih tua dari Tao- memperingati. Tao mengangguk patuh, "Maaf ge."

"Ya. Dan sekarang, apa ada yang bisa gege bantu untukmu?" ucapan Kris dibalas anggukan Tao.

"Ini terlalu sulit. Tao tidak bisa mengerjakannya." ujar Tao sambil menyodorkan bukunya pada Kris.

"Zi Tao. Gege sudah pernah bilang padamu. Tidak ada yang-"

"Tidak bisa dilakukan. Tao mengerti ge, hanya saja ini-"

"Terlalu sulit." Kris balas memotong ucapan Tao setelah Tao terlebih dahulu memotong ucapannya. Tao terkikik pelan.

"Ayolah ge. Setidaknya ajarkan Tao bagaimana cara mengerjakannya." Kris menghela nafas pelan. Lalu mulai mengajarkan Tao tentang fisika.

.OoO.

Huang Zi Tao dan Wi Yi Fan. Tidakkah terasa sebuah keganjilan?

Marga. Ya, marga mereka berbeda.

Tentu saja, karena mereka bukanlah adik-kakak kandung.

Kris, menemukan Tao disebuah jalanan yang sepi. Jalan yang menghubungkan mereka ke sebuah pemakaman. Awalnya Kris kira Tao adalah korban penculikkan, tapi ternyata-

-Saat itu, Zi Tao kecil yang masih berusia 5 tahun kehilangan kakak-kakaknya.

Mereka baru saja menghadiri pemakaman ibu mereka, Nyonya Huang. Tao pergi kesana bersama kedua kakaknya, namun naasnya Zi Tao kecil melepaskan genggaman tangannya pada sang kakak sulung dan berakhir dengan kehilangan jejak mereka.

Semua itu terjadi di Qingdao.

Dan Tao juga Kris, kini tinggal di Guangzhou.

Sejak itu, Zi Tao kecil bagai melupakan kesedihannya. Ia mempunyai kakak baru, yaitu Wi Yi Fan. Dan orang tua baru, tentu saja. Mereka adalah ibu dan ayah Kris. Mereka sangat menyayangi Zi Tao.

Bahkan, mereka masih sering mengunjungi Kris dan Tao di Guangzhou saat waktu senggang -orang tua Kris tinggal di Kanada.

Usia Kris sudah mencapai 18 tahun saat ini. Itu berarti -10 tahun sudah berlalu.

Hidup bersama Huang Zi Tao, adik angkatnya yang sangat manis.

Kris sangat menyayangi Tao.

Begitupun sebaliknya.

.OoO.

"Ge, mengapa gege lulus saat Tao akan masuk SHS?" tanya Tao saat mereka sedang sarapan bersama. Tao mengambilkan Kris segelas air. "Ini, ge."

"Xie xie Zitao. Hey, pertanyaan macam apa itu?! Kau ingin gege tidak lulus?!" ujar Kris menanggapi pertanyaan aneh Tao.

"Bukan begitu. Hanya saja Tao merindukan masa-masa kita satu sekolah seperti saat Elementary School ge."

"Itu akan terjadi lagi saat kita kuliah nanti Zitao. Apa kau tertarik dengan kelas akselerasi?" tanya Kris.

"Apakah ada?" Tao meletakkan garpu dan sendoknya.

"Ada, di SHS gege, tahun depan diadakan kelas akselerasi. Jika kau bisa mengikuti kelas itu, kau akan lebih cepat satu kampus dengan gege. Kau tertarik?"

"Hm.. Kurasa aku harus belajar lebih giat untuk menghadapi ujian kelas akelerasi itu ya ge?"

"Hmm. Dan gege akan membantumu."

"Baiklah ge! Wo ai ni gege!"

"Wo ye ai ni Zitao. Habiskan makananmu sebelum kita terlambat."

.OoO.

"Ni Hao Zitao. Bagaimana harimu kemarin?" tanya seorang sahabat Tao saat Tao baru memasuki kelas. Tao tersenyum kecil, "Seperti biasa, Yiran."

"Hey, kau mendengar berita tentang kelas akselerasi itu Zitao? Qira tjietjie memberitahuku. Bagaimana denganmu? Apakah Yifan gege memberitahumu?" Tao mengangguk.

"Whoa! So, do you wanna try it?" Tao mengernyit.

"Yiran, sudah kubilang berkali-kali jangan pakai bahasa asing. Kau tahu otakku sangat lemah." Tao meringis kesal pada sahabatnya yang tengah duduk disamping kirinya. Yiran bukanlah orang China tulen. Ia merupakan murid pindahan, jadi wajar saja ia bisa semudah itu memahami bahasa yang bagi Tao seperti bahasa planet itu. Nama Yiran hanyalah sebuah nama ciptaannya sendiri, nama aslinya terlalu sulit bagi Tao sehingga Tao menyuruh Yiran membuat nama China. Nama aslinya adalah Aleva -apalah itu Tao lupa.

"Baiklah, apakah kau mau mencoba untuk mendaftar disana?" tanya Yiran sambil mengibaskan rambut panjang pirangnya.

"I don't know." balas Tao mencoba peruntungan bahasa asingnya. Lagipula, ia ingin masuk kelas akselerasi, jadi ia harus mulai belajar sejak sekarang.

"Kris gege sudah menawarkannya padaku tadi pagi. Aku ingin, jika otakku bisa diajak bekerja sama."

"Maksudmu?"

"Kau tau otakku sangat lemah menangkap pelajaran, jadi kuputuskan aku akan mengikuti ujian kelas itu jika aku sudah belajar sejak sekarang dan ada kemajuan pada nilai-nilai fisika dan bahasa asingku."

"Kau belum mendengar berita itu sepenuhnya, ternyata." Yiran menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin.

"Hey, jangan berlebihan. Ada apa memangnya?"

"Kelas akselerasi itu dibuat perjurusan. Aku dengar baru ada tiga jurusan. Yang pertama, Fisika, kimia dan apalah itu, semua digabung dalam jurusan pertama. Yang kedua, all about sastra. Yang ket-"

"Bahasamu berantakan." komentar Tao.

"Jika aku mengatakan full english kaupun tak akan mengerti." ledek Yiran.

"Baik, yang ketiga. Aku belum mendapat informasi secara lengkap dan jelas, tapi jurusan ketiga ini seperti mengedepankan ilmu sejarah dan sosiologi."

Tao tersenyum senang. "Aku sepertinya akan mengambil jurusan ketiga."

"Hanya itu yang kau bisa." ledek Yiran lagi. Tao diam, lalu tak lama mengeluarkan ponselnya.

"Pasti kau ingin mengecek tas gucci kan? Aku menemukannya. Limited edition! Hanya tersisa lima di toko tempat kita biasa membeli, dan sudah kupesankan dua untuk kita."

"Benarkah?"

"Ya."

"Aku akan katakan pada Kris gege!"

"Ya. Ya."

.OoO.

"Kris ge!"

Kris menoleh. Zitao, adiknya yang memanggilnya. Tao memasuki gedung SHS, dimana seharusnya Tao berada di gedung JHS, disamping kiri gedung SHS.

"Ada apa Zitao?"

"Bolehkah aku meminta tas gucci? Please buy me one." Tao memohon dengan menangkupkan kedua telapak tangannya didepan dada.

"Tao, yang benar 'Buy me one, please.'" koreksi Kris.

"Baiklah, mari kita ulangi." Tao menegakkan posisi berdirinya sambil merpikan bajunya. Oh, astaga. Ini sangat lucu dimata Kris.

"Buy me one, please?" Tao kembali menangkupkan kedua tangannya didepan dada.

"Belikan apa?"

"Tas gucci limited edition. Yiran sudah memesankannya untukku."

"Berapa harganya?"

"Tidak tahu." Tao mengangkat bahunya. Kris yang gemas pun mengacak surai pirang Tao.

"Ish gege!"

"Nanti kita kesana ya. Gege harus liat persediaan uang kita dulu Zitao. Mama dan papa sedang sibuk di Kanada. Gege takut mereka tak punya waktu untuk mengirim uang tambahan."

Tao pun mengangguk patuh.

Kris gegenya pasti akan membelikannya. Apapun yang terjadi!

Tao yakin itu.

.OoO.

Tao tersenyum menatap Kris yang tengah melihat-lihat koleksi tas gucci di toko ini. Tak lama Kris kembali menghampiri Tao. "Baiklah, mana pilihanmu yang dipesankan Aleva?"

"Itu." Tao menunjuk sebuah tas yang amat sangat bagus -dimata Tao- dan Kris mengangguk. Setelah membayar, mereka segera keluar dari toko tersebut. Sebelum benar-benar pulang, Kris mengajak Tao ke kedai ice cream.

"Tao yang pesan ya. Gege pasti lelah." ujar Tao sambil mengerlingkan sebelah matanya.

"Zitao, kau pintar merayu rupanya." gumam Kris geleng-geleng melihat tingkah Tao.

"Nyonya, tolong ice cream strawberrynya satu."

Tao dengan anteng mengantri dibelakang seorang lelaki yang lebih pendek darinya.

"Ups.."

Lelaki itu tidak sengaja menabrak Tao, wajahnya ditutupi masker dan ia memakai tudung kepala -kupluk- dari jaketnya.

"Duibuqi." gumamnya tidak terlalu jelas.

"Ya?" Tao mencoba meminta agar orang itu mengulangi ucapannya.

"Duibu-" mata orang itu melebar melihat Tao. Tao yang heran hanya menganggapnya angin lalu dan meminta orang itu agar bergeser tempat, "Maaf, tapi aku ingin membeli ice cream juga."

"Eh, sekali lagi, duibuqi Zitao."

"Eh?"

TBC

Kependekan? Maafkan ara. Otak ngebut aaaa~~~ hehehe review ne? Review? Mari sejenak lupakan semua berita yg beredar tentang eco. Kita have fun dan tunggu yg pasti2nya aja okaii? Siip

Review lahh:* xiexie *pundung*