Replay 18©hyejinpark 2016
|Prolog|
Rate: M
Disclaimer: This story is belong to mind and the characters are belong to GOD, their parents and family.
Genre: Humor|Romance|GS|Typo|Bad Diction|OOC|NO Bash and Flame| KyuMin|
Happy Reading
.
.
.
Aku terbangun saat merasakan nyeri dan linu di sekujur tubuh ku, aku tak bisa bergerak. Keping hitam ku mengerjap, memibiasakan dengan cahaya menyilaukan yang masuk menerobos retina mata ku. Ku edarkan pandangan ku keseluruh penjuru ruangan, hanya ada warna putih yang terlihat, lidah ku rasanya kelu, ahkan untuk sekedar membasahi bibirku yang terasa kering, dan tenggorokkan ku juga tak kalah keringnya.
Kemudian samar-samar terdengar langkah kaki mendekat, suara pintu terbuka dan siluet wanita berbaju putih pun nampak menghampiri ku, "Anda sudah sadar" pekiknya gembira lalu pergi meninggalkan ku sendiri yang kehausan.
"Tolong, aku haus, sakit..." cicit ku dengan suara pelan dan parau.
Aku tidak mengerti, apa yang sedang terjadi pada ku, dan juga apa yang sedang di lakukan oleh sekumpulan orang berjas putih ini. Raut mereka tampaks serius, meneliti dan memeriksa ku. Aku jadi takut, sungguh.
Hal ini bermula ketika aku ingat ingat bahwa hari ini adalah ujian renang ku. Gawat, ini sudah pukul sebelas dan ujian olahraga sudah dimulai satu jam yang lalu.
"Dokter, bisakah kau menghubungi sekolah ku? Aku sudah terlambat untuk ikut ujian olahraga" Kata ku merengek lagi, pasalnya sudah tiga kali aku bilang seperti itu dan tidak juga di gubris oleh mereka.
Dokter ini malah berdehem sebentar dan kembali bertanya tentang pertanyaan tidak berbobot. Seperti, berapa hasil perkalian 2x3, berapa tiga di kurang satu, dan apa nama ibu kota Korea Selatan.
"Hei! Usia ku delapan belas tahun, dan aku bukan anak SD yang harus menjawab soal segampang itu" seru ku yang merasa jengkel.
Lalu aku pun kembali merengek tentang ujian olahraga ku. Ngomong-ngomong tentang ujian, aku jadi ingat dengan teman ku yang tadi berangkat bersama ku.
"Dokter, bagaimana keadaan Eunhyuk? Apakah ia baik-baik saja? Motor kami tadi di tabrak orang di jalan, karena dia yang mengendarai motornya apakah ia terkena luka parah?"
Tanya ku bertubi-tubi, aku merasa cemas sekali saat ini. Namun dokter dan suster di sini malah menyuruh ku tenang. Bagaimana aku bisa tenang, kalau nasibku sendiri sedang di ujung tanduk.
"Hiks, ujian ku bagaimana ini, dan Eunhyuk entah bagaiamana kondisinya sekarang" ratap ku menangisi nasib yang buruk.
"Nyonya anda harus tenang, semua akan berjalan baik-baik saja"
Tunggu?
"WHAT?"
Dengarlah, kerumunan orang di sini terus saja memanggil ku dengan sebutan nyonya. Pacar saja tidak punya, menikah saja belum, masa aku yang wajahnya imut begini bisa ia panggil nyonya. Aku rasa dokter dan suster di sini perlu kaca mata.
Aku terus mengamuk, dan merancau tak jelas, aku merasa pikiran ku sangat kacau mungkin karena stress dan beban ujian negara seminggu ini. Wajarlah sudah tiga bulan ini aku mengikuti bimbingan belajar hingga larut malam. Ditambah lagi, sudah gagal ujian olahraga, mengingat aku lemah di bidang ini.
Aku masih menangis sesunggukkan saat seorang suster mendekatiku dan menyuntikkan sesuatu di selang infus ku. Hingga perlahan aku mengantuk dan jatuh tertidur.
Entah berapa lama aku tidur, hingga aku terbangun kembali dan menyadari ada seseorang yang memegang tangan ku erat. Mungkin itu ayah ku pikir ku, dan pihak rumah sakit sudah menghubungi orang tua ku. Dahi ku mengerinyit ketika rasa haus kembali datang.
"Haus" gumam ku masih dengan mata yang lengket.
Ranjang ku terasa berderit dan tiba-tiba bibir ku sudah disuguhi oleh sedotan putih. Langsung saja ku hisapnya dan dahaga ku berangsur hilang, "Ahh, segarnya"
"Yah, ibu mana?" tanya ku masih dengan mata yang lengket, terpejam.
"Oh iya, bagaimana keadaan Eunhyuk? Apa ia juga dirawat sama seperti ku? Lalu ujian renang ku bagaimana, dan"
TUHAN!
Aku mencelos saat membuka mata dan menyadari jika ada seorang lelaki matang tampan di duduk di depan ku. Tunggu sebentar dimana ayah ku?
Aku pun celingukan, aku berpikir jika terdapat pasien lain di ruangan ini, namun salah, di sini hanya ada aku dan paman tampan ini.
"Dimana ayah ku?"
"Ayah"
Berkali-kali aku panggil tapi ayah ku tidak menyahut, jangan-jangan, aku jadi takut kalau begini, "apakah paman yang menabrak motor kami?" cicit ku padanya.
"Sayang tenang dulu, kau tidak apa-apa? Aku akan panggil dokter dulu jangan terlalu banyak bergerak"
Aih, suara basnya membuat ku meleleh, eh? Tunggu dulu. Sayang katanya? Siapa aku?
"Paman, dimana orang tuaku? Ani, kau kau yang mengantar ku bersama teman ku, Eunhyuk ke mari kan? Lalu paman siapa, aku, aku..."
Keping hitam ku membeo saat tak sengaja bersiborok dengan jam dinding berbentuk bulat yang menggantung di dekat jendela.
"HAH! JAM SETENGAH LIMA!" seru ku panik.
"Lee Sungmin tamat riwayat mu! Kau gagal di ujian olahraga kali ini"
Ujian renang ku sudah selesai dari tadi dan aku hanya bisa menyesali nasib ku yang buruk. Aku kembali menangis dan merancau tentang ujian ku yang gagal.
"Sayang, kau tidak apa-apa"
"Dokter!"
.
.
.
Oke, aku benar-benar tidak mengerti apa sedang orang-orang ini lakukan kepada ku.
Di mulai dari memeriksa tekanan darah ku, lalu membawaku ke lab untuk di ronsen. Memangnya aku kenapa. Aku merasa baik-baik saja, kecuali kepala ku yang sedikir pusing. Ah, mungkin karena jatuh dari motor tadi.
Belum lagi, paman itu yang sejak tadi mengawasi ku dari balik tembok kaca, mukanya cemas sekali. Apa ia takut ku laporkan polisi karena telah menabrak ku?
"Dokter, apa pihak rumah sakit sudah menghubungin keluarga ku? Demi Tuhan, aku sedang ujian negara saat ini. Kau tahu kan bagaimana kerasnya siswi belajar untuk menghadapi ujian, ini bagaikan pertarungan hidup mati ku"
Aku mengerucutkan bibir ku, merasa sebal karena pertanyaan ku tidak ada satu pun yang di jawabnya.
Aku benar-benar tidak tahan lagi dengan semua ini.
"Eonnie" panggil ku pada seorang suster yang sedang membantu dokter memeriksa ku.
Aku melihat nama di bajunya, "Baekhyun eonnie~" panggil ku lagi mengeluarkan jurus aegyo ku dengan kekuatan penuh.
"Nde" balasnya tersenyum, aku sedikit mendongak saat melihat dokter yang menyebalkan itu pergi sebentar, "Aku boleh pinjam ponsel mu"
"Maaf, tapi kami dilarang menggunakan ponsel ini selama masih memeriksa pasein"
Apa-apa sih, suster ini, yang pakai ponselnya kan aku bukan dia. "Eonnie, lalu bagaimana kondisi teman ku, naman Eunhyuk, nama panjangnya Lee Eunhyuk. Dia satu sekolah dengan ku"
"Maaf, tapi anda sendirian saat di bawa ke mari"
"Mwo? Tunggu dulu apa jangan-jangan Eunhyuk yang membawa ku kemari?
"Bukan, anda di bawa oleh ambulance kemari dalam keadaan tak sadar" manik rubah ku kembali mengerjap demi mengingat lagi kejadian yang terjadi pagi tadi, namun nihil, tak ada yang ingat.
Tunggu sebentar jika Eunhyuk tidak di bawa kemari itu artinya ia sehat kan, atau sekarang ia diam-diam meninggalkan ku untuk ikut ujian sendiri.
Dasar teman macam apa dia!
"Dasar tidak setia! Awas saja jika ketemu akan kuhabisi dia, sudah memboceng ku hingga aku jadi pusing begini"
"Eonnie, lalu siapa paman yang menunggu ku itu? Apakah ia pelakunya?" tanya ku lagi,
"Pelaku?"
"hmm" aku berdehem dan mengangguk, kami berdua lalu melihat pria tampan itu yang masih menampilakn raut cemasnya, "Apakah dia yang menabrak ku?"
Suster itu pun tersenyum prihatin ke arah ku, membuat ku bingung, "ah jadi benarnya dia pelakunya. Pantas saja merasa bersalah dan cemas begitu" ujar ku menarik kesimpulan sendiri.
"Eonnie kau kenapa?" tanya ku saat melihat suster bermarga Byun ini menatap ku dengan tatapan prihatin.
"Anda tidak ingat siapa pria itu?"
"Tidak?" kenal saja tidak bagaimana bisa ingat, lanjut ku dalam hati,
"Nyonya Cho, "
Jeda sebentar...
"Siapa, siapa nyonya Cho? Apa dia juga korban kecelakaan beruntun tadi pagi?" tanya ku lagi.
"Nde" jawabnya
"Anda benar tidak mengingat semuanya?"
Aku menggeleng untuk yang kesekian kalinya, "Apa kau mengenal pria itu?" tanya ku lagi.
"Dia adalah Tuan Cho" jawabnya,
"Oooo" bibir ku membentuk huruf O dan kepala ku mengangguk, "jadi istrinya juga korban ya? Eh tapi mengapa ia terus melihat ke arah kita? Bukankah istrinya tidak ada di sini?"
"Karena anda sendiri adalah nyonya Cho"
"MWO?"
Aku merasakan dunia ku berputar tiga ratus enam puluh derajat, jungkri balik rasanya. Pertama karena aku yang sudah dipastikan gagal ujian olaharaga renang, kedua karena aku masih kesal dengan Eunhyuk dan ketiga, tentang paman itu mereka bilang aku istrinya?
Lelucon macam apa ini. Ah, kepala ku rasanya berputar cepat sekali dan mata ku sunggu berat. Hingga,
'bruk'
kepala ku jatuh ke meja yang ada di depan ku. Semuanya menjadi gelap.
"Nyonya, anda tidak apa-apa?"
.
.
.
Tbc
Sign
hyejinpark
.
A/n: pertama saya ingin bilang jika sekarang saya lebih aktif di wattpadd ketimbang di ffn. Alasannya karena Watpadd lebih aman dan bebas dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang sering mengotori dirinya sendiri dengan kata-kata kasar di cerita saya.
Kedua, untuk cerita yang tidak dilanjutkan saya minta maaf. Ada banyak alasan untuk tidak melanjutkan cerita tersebut. Tapi alasan utamannya adalah karena rating pembacanya berkurang. Saya tidak mau repot dan capek meluangkan waktu menulis kalau pembacanya saja sudah tak berminat jadi untuk apa di lanjutkan. Dan terima kasih sudah mau mampir membaca cerita saya.
Ketiga, untuk "growing pain" akan tetap dilanjut karena hanya menunggu beberapa chapter lagi akan tamat. Terimakasih karena sudah mau menunggu cerita saya. Yang ingin masih ingin membaca cerita baru dan lanjutan cerita yang lain bisa cari saya di watpadd (www wattpad com / user / storyline137hyejin).
Sekali lagi terima kasih.
