Bleach © Tite Kubo
Pairing IchiRuki, IchiHime, KaienRuki
"Winter"
Chapter 1
Ichigo POV
Aku tiba di bandara Narita di Tokyo. Kepalaku pusing dan badanku kaku. Penerbangan tadi cukup menguras tenagaku. Aku memang tak suka melakukan penerbangan jauh. Tapi apa boleh buat. Aku harus meninggalkan New York dengan satu alasan yang sangat kuat.
Otakku enggan untuk mengingatnya, tapi hatiku berkata lain. Aku benci saat-saat itu teringat lagi dalam memoriku.
Saat itu akhir musim gugur di bulan November, Inoue mengajakku ke taman. Ku pikir itu waktu yang tepat untuk mengatakan perasaanku padanya. Tapi rupanya takdir berkata lain. Dia mengatakan dengan wajah ceria bahwa dia akan menikah dengan Ishida, sahabat baikku di New York.
Hatiku hancur berkeping-keping mendengarnya. Namun aku mencoba tersenyum. "Selamat" hanya itulah kata-kata yang meluncur dari bibirku. Ternyata perhatian lebih yang kuberikan padanya sia-sia. Dia sama sekali tak pernah melupakan Ishida dan benar-benar mencoba untuk melihatku.
Aku menghela nafas dan segera merapatkan jaket ke tubuhku. Dingin. Itulah yang kurasakan. Bulan Desember memang awal musim dingin di Jepang. Ku putuskan akan menyewa apartemen di pinggiran memang tidak mengabari ayah kalau aku akan pulang ke Tokyo. Aku tidak ingin diganggu dengan tingkah aneh yang dilakukan ayah. Aku datang ke sini untuk mencari ketenangan dan sekaligus inspirasi untuk memotret.
Aku terus melamun dan tanpa sengaja aku menabrak orang di hadapanku. "Hei, rambut jeruk kau ini bagaimana?" kata gadis itu marah. Pendek, berambut hitam sebahu dan bermata violet indah. Itu yan kupikirkan saat aku melihatnya. Awalnya aku mau meminta maaf tapi keinginan itu langsung hilang begitu mendengar dia memanggilku rambut jeruk. "Dasar midget," gerutuku. Dia merengut dan menginjak kakiku. Aku hanya meringis kesakitan. "Semoga aku tidak lagi bertemu denganmu orang aneh," katanya lalu pergi meninggalkanku. Huh, aku pun juga berharap begitu.
End of IchigoPOV
Rukia POV
Aku memegang lenganku yang sakit akibat ditabrak orang berambut jeruk tadi. Orang itu sama sekali tidak sopan. Dia tidak minta maaf padaku dan bahkan beraninya mengatai aku midget.
"Hei,"
Aku terlonjak kaget. "Matsumoto," seruku. "Kau membuatku terkejut setengah mati". Matsumoto tertawa. "Aku tadi mencarimu. Mana adikku, Ikkaku? Dia tidak datang bersamamu untuk menjemputku?" tanya Matsumoto. Aku menggeleng. "Dia sibuk mencari bahan untuk tugasnya," jawabku.
"Dasar adik nakal. Awas nanti kalau aku bertemu dengannya," gerutu Matsumoto. Aku tersenyum. "Matsumoto, kau lapar?" tanyaku tiba-tiba. "Kau tahu saja Rukia. Aku tadi hanya makan sedikit di pesawat. Hmm....dingin-dingin begini makan ramen dan minum secangkir teh pasti enak," katanya sambil menarik tanganku keluar dari bandara Narita.
Kami makan di salah satu kafe di Harajuku. "Bagaimana kabarmu?" tanyaku setelah memesan dua ramen dan teh. "Baik. Aku pulang ke Tokyo karena aku menerima tawaran pekerjaan menjadi penata rambut di Harajuku," jawabnya bangga. Aku ikut senang mendengarnya.
"Kaien", teriak salah satu pengunjung wanita yang memakai rok mini. Jangan heran bila datang ke Harajuku, pakaian orang-orang di sini sangat aneh. Mereka suka memakai pakaian yang menabrak mode dan pakaian yang mirip dengan tokoh anime favorit mereka.
Aku menoleh dan melihat anak laki-laki yang berambut di cat kuning menuju ke arah wanita yang memanggilnya tadi. Aku mendengus kecewa dan mengaduk aduk-aduk teh yang kupesan tadi.
"Kau masih mengingat anak laki-laki itu?" tanya Matsumoto
Aku mengangkat alis "Siapa?"
"Siapa lagi kalau bukan cinta pertamamu? Kaien Shiba"
Aku menunduk dan menatap uap air yang mengepul dari cangkir tehku.
"Menurutmu laki-laki yang rambutnya di cat kuning itu yang kau cari?" tanyanya lagi.
"Bukan. Tentu bukan dia. Umurnya paling-paling baru 15 tahun", jawabku.
"Kau hebat sekali. Masih tetap menunggu cinta pertamamu walau sudah belasan tahun"
"Aku tidak menunggunya, Matsumoto"
"Kau langsung menoleh hanya karena ada orang yang di panggil Kaien"
Aku kembali menunduk begitu mendengar kata-katanya tadi.
"Aku jadi berfikir bagaimana kau bisa mengenalinya? Sudah 10 tahun. Wajah orang bisa berubah kau tahu? Bagaimana kalau kau bertemu dengannya di jalan dan kau tidak mengenalinya lagi?" tanya Matsumoto sambil maken ramennya yang hampir dingin.
Aku hanya mengangkat bahu dan memandangi pohon-pohon yang gundul di luar jendela. Salju mulai turun.
Flash back
Musim dingin 10 tahun lalu. Saat itu jam pulang sekolah. Aku jongkok menunggu Hinamori di samping gedung sekolah sambil mengorek-ngorek salju di tanah dengan sebatang ranting kurus. Dengan wajah cemberut dan menahan tangis kesal, aku meniup tanganku yang tidak pakai sarung tangan. Aku menunduk dan mencari kalungku yang jatuh di antara tumpukan salju di tanah. Hisana nee-san pasti marah kalau tahu kalung itu hilang. Kalung itu kalung sederhana dari emas putih dan di bandulnya bertuliskan namaku.
"Sedang apa?"
Aku menoleh dan berputar ke arah sumber suara. Cahaya matahari membuat mataku menyipit saat aku melihatnya. Ternyata seorang anak laki-laki bertopi wol coklat. Anak itu berusia 1 tahun lebih tua dariku. Karena kelihatannya anak itu kelas 1 SMP.
"Sedang apa?," tanyanya lagi karena aku belum menawab pertanyaannya.
"Mencari sesuatu,"
"Mencari apa?"
"Kalung", jawabku lalu kembali mengorek-ngorek salju di tanah dengan ranting yang dari tadi aku pegang.
"Namamu Rukia," tanyanya.
"Iya", jawabku ragu.
"Ketemu", teriaknya.
"Benarkah?" tanyaku sambil berlari kearahnya dengan wajah ceria.
"Ini. Jangan sampai hilang lagi," katanya tersenyum sambil memberikan kalungku.
Teman-teman anak laki-laki itu melambai ke arahnya. "Aku pergi dulu. Kau juga harus cepat pulang". Aku mengangguk dan melihatnya berlari ke arah teman-temannya.
"Hinamori, cepat ke sini," teriakku pada Hinamori saat melihatnya keluar dari gedung sekolah. "Ada apa?" tanyanya.
"Jangan menengok ke belakang nanti dia tahu. Kau lihat anak laki-laki yang berjalan bersama teman-temannya itu?" aku balik bertanya
"Bagaimana aku bisa tahu orangnya kalau aku tidak menengok ke belakang?"
"Iya baiklah. Kau boleh berbalik dan melihatnya"
"Yang mana? Kau tahu ini jam pulang sekolah? Banyak orang di lapangan. Beri aku petunjuk!"
"Hmm...dia kelihatannya kakak kelas kita. Ah, iya dia mamakai topi. Topi wol coklat. Kau mengenalnya?"
"Namanya Shiba Kaien, kenapa?"
"Nanti aku ceritakan," aku tersenyum.
End of flash back
Sejak saat itu aku tidak pernah bertemu dengannya. Aku harap bisa bertemu dengannya suatu hari nanti.
Tsuzuku
