Akatsuki no Yona (c) Mizuho Kusanagi. No profit taken.
notes: Judul kaga nyambung. Drabble (ato ficlet?) Shina/Yona. Akhirnya bisa bikin pasangan imyut ini ;w;
background music: The A-Team by Ed Sheeran


Adalah dingin dini hari kala Yona terjaga. Beranjak dari tenda, di sinilah dia berada sekarang; duduk di depan bekas api unggun semalam. Asap tipis masih menguari tumpuk kayu-kayu yang telah basah disentuh embun.

Yona duduk memandangi kayu. Tiada alasan khusus, dia hanya ingin memusat atensi ke satu titik—lembap kayu jatuh sebagai opsi.

Ia dapat mendengar desau samar angin bersama dedaunan, gemericik air dari sungai kecil dekat perkemahan mereka, tapak berlari cakar-cakar hewan tanah. Derik menyanyi hutan di malam-malam menyambut fajar.

Rendah suhu menggigit membuat Yona refleks meraih tepi jubah tudung putihnya. Lembap udara pun seolah memberi titah agar kembali menyelimuti diri alih-alih melamun tidak pasti. Yona tengah mempertimbangkan kala merasa pergerakan di bahunya—selimut? Gadis itu mendongak. Menemukan postur seorang pemuda bertopeng.

"Shina?"

Shina diam saja. Mendudukkan diri di samping Yona setelah menyampirkan kain selimut di bahu sang putri.

"Terima kasih. Tapi kita bisa berbagi kalau kau mau," Yona menyentuh tepi kain putih tersebut.

Whut whut. Seiryuu menggeleng.

"Di luar sini dingin, sudahlah, ayo berbagi," Yona beringsut. Ia ambil sisi selimut dan menggelari punggung Shina. Beruntung lebarnya mencukupi. Kembali menghadap tumpuk kayu. "Lebih baik, 'kan?"

Shina mengangguk. Telapak tangannya berada di atas tekuk lutut.

"Di mana Ao?"

Shina menunjuk tempat dimana Jeha berbaring—dekat Kija dan Zeno, di bawah naung pohon besar (Yona sempat berpikir bagaimana jika Jeha tidur di dahan pohon saja). Ao bergelung di perut sang Ryokuryuu.

"Jarang-jarang dia tidak menempel padamu," Yona tertawa kecil.

Shina mengangguk. 'Entahlah,' dia menggumam.

Jeda beberapa saat.

"Shina, kau tidak mengantuk? Tidur saja. Aku cuma sedang ingin berdiam di sini, tidak apa-apa."

Shina menggeleng. Sedikit mengerutkan tubuh; pertanda kukuh menemani Yona saja. Yona tersenyum. "Baiklah. Terima kasih, ya."

Kantuk memaksa Yona memejam mata seiring waktu berlalu. Mula-mula bertahan menegakkan setiap kali jatuh, kepalanya terkulai pada menit ketigapuluh. Menjatuhi lengan Shina yang masih merentang hingga lutut. Sempat bingung dan kikuk, mendapati raut polos nan damai rajanya saat tidur, Shina terdiam. Memilih membiarkan alih-alih memindahkan Yona dalam tenda bersama Yun. Daripada mengganggu.

Kaku sendiri mempertahankan posisi, Shina menyerah untuk terjaga. Kepalanya jatuh menunduk. Secuil bagian topengnya menyentuh puncak kepala sang putri. Desir angin menyapu helai-helai surainya, berikut milik Yona.

Mereka terlelap.