Berhubung fanfic Yuki mau habis, aku membuat fanfic baru. Bukan baru juga sih... cerita ini sudah dirancang sebelum BBB the Movie meluncur, aku buat ringkasannya saat setahun lalu. Gak sampai habis, tapi sudah dapet jalan untuk mengakhiri cerita ini. Tapi karena gak tahu sifat semua karakter di animasi BBB... agak susah, ditambah lagi aku masih dalam masa hiatus. Jadi sebelum merubah tulisan fanfic ini menjadi ketikan aku langsung marathon nonton BBB dan fanfic BBB -meskipun kebanyakan ceritanya merujuk ke shonen-ai bahkan yaoi-. Pinginnya mau up Hunter atau Bullet dulu... tapi masih belum ada semangat untuk menulis ulang, intinya sih males #PLAK!

Ini adalah fanfic pertamaku di BBB, kalau ada yang gak cocok bagi Readers sekalian tolong dimaklumi (Nih anak lagi kesambet ya?!). Chapter pertama ini bisa lancar aku ketik karena saat itu suasana hatiku lagi terjadi badai (?) dan aku butuh tempat untuk melarikan diri dari dunia kenyataan #eeaaa! Itu juga pertama kalinya aku merasa galau. Ketiga faktor itu benar-benar mendukung dalam pembuatan fanfic ini, jadi untuk chapter ke depannya gak berani janji untuk update minggu depan. Bisa saja sewaktu-waktu, karena tugasku di dunia nyata lagi menumpuk. Aku buat fanfic ini sekalian ngeramein fanfic BBB, sekalian memberi peran pada karakter di animasi BBB yang hampir tidak dapat di fanfic BBB seperti Gopal mungkin? #Woi!

Jadi selamat membaca~ Hope you like it!

Yang gak suka diberi kesempatan untuk menekan 'back'


Chapter 1: Penghubung


"YAY!" sorak kemenangan terdengar keluar dari mulut kelima orang tersebut. Setelah 1 tahun berhadapan, mereka berhasil mengusir Alien dengan susah payah.

Kenapa tidak dibunuh saja mereka dari awal? Membunuh mereka akan lebih mudah daripada mengusirnya. Itu adalah saran dari laki-laki berambut raven yang memiliki nama Fang.

Tapi salah satu temannya yang secara tidak langsung menjadi Ketua di kelompok tersebut menolak sarannya mentah-mentah dengan alasan kalau semua makhluk berhak hidup sekalipun mereka jahat. Yang tentu saja langsung disetujui oleh temannya yang lain.

"Aku masih berpikir akan lebih baik membunuhnya, apa kalian tidak cemas kalau dia datang lagi?" tanya sang pengusul.

Seketika suasana senang mendadak hilang, "Haiya... kau masih berpikir tentang itu? Itu sudah 1 tahun yang lalu dan kau masih ingat? Sudah jelas 'kan? Kita tinggal mengusirnya lagi," jawab perempuan berkacamata bundar, Ying.

"Benar kata Ying, kita kan Superhero. Tugas Superhero itu menumpas kejahatan kan? Lagian Adu Du akan capek sendiri kalau kita tidak menyerah untuk mengalahkannya," Yaya, gadis berjilbab pink membenarkan teman sekaligus rivalnya.

"Ya... aku yakin dia akan menyerang kita dengan senjata anehnya lagi. Tapi yang tadi itu sedikit merepotkan. Bayangkan! Bagaimana bisa dia membuat robot yang kalau diserang malah menduplikatkan diri seperti amoeba? Kalau dingat-ingat lagi kayak Multi-Monster. Aku nggak habis pikir berapa banyak uang yang dia habiskan. Aku sampai bingung mau mengubah mereka jadi apa," kata Gopal, laki-laki yang paling tua di antara kelompok mereka tapi karena kelalaian Ayahnya dia menjadi seangkatan dengan mereka berempat.

"Hee... jadi itu yang membuatmu lama menyerang mereka sampai kami kewalahan melawan sekawanan robot itu? Kamu gak kasihan apa sama Boboiboy yang hampir berjuang sendirian mengalahkan Adu Du sama Probe?" Yaya menatap Gopal nyalang diikuti dengan Ying dan Fang.

"Gara-gara pikiran gak gunamu itu kita hampir saja melenceng dari rencana kita," kata Fang nusuk.

"Ugh... ya maaf," kata Gopal sambil mengggaruk kepalanya.

"Tapi.. kemana Boboiboy? Bukannya dia tadi sama kita ya?" tanya Ying sambil melihat sekelilingnya mencari Ketua mereka.

Mata mereka fokus melihat Ketua mereka yang sibuk memeluk sesuatu, "Dey Boboiboy! Kami mencarimu dan kau asyik-asyik saja memegang barang rongsokan itu? Kalau mau menghilang tolong bilang-bilang dong!" ucapan Gopal membuat temannya langsung menatapnya datar.

"Bodoh. Bukan hilang namanya kalau dia bilang-bilang, lagian kau megang apaan sih Boboiboy?" tanya Fang.

"Ochobot," lirih laki-laki bertopi dinosaurus terbalik muram.

"Hah? Ngomong yang jelas, aku tidak bisa mendengarmu," protes perempuan berdarah Cina tersebut.

Yaya melihat benda yang dipeluk Boboiboy erat. Benda tersebut bewarna kuning dengan bentuk yang tidak bisa dideskripsikan lagi, tapi perempuan berjilbab itu tahu kalau awal bentuk tersebut adalah bulat. "Boboiboy... jangan bilang kalau dia..." Yaya menggantungkan ucapannya. Dia tidak berani melanjutkan karena melihat temannya tersebut meneteskan air mata.

Yang lain langsung mengerti maksud dari ucapan Yaya. "Dey! Kalian kenapa sih?! Apa aku salah satu orang di dunia ini yang tidak mengerti dengan suasana mencekam ini?!" tentunya pengecualian untuk satu orang ini. Mereka tahu kalau teman yang paling tua di kelompok mereka sangat peka sampai-sampai tidak tahu keadaan sekitarnya.

"Makanya... jadi orang jangan mikirin makanan terus, sekarang di saat suasana serius seperti ini kau jadi buntu untuk berpikir," sindir Fang.

"Apa yang kau bilang Fang?!" Gopal tersinggung.

"Apa kalian sempat bercanda di saat seperti ini?!" teriak Ying, membuat dua orang yang akan berdebat itu menatapnya. Yaya sibuk menenangkan Boboiboy yang menangis dalam diam.

"Fang! Kau tahu 'kan kalau yang dipeluk Boboiboy itu Ochobot teman kita yang mati –non-aktif– saat menambahkan kekuatan kita di saat-saat terakhir sampai kekuatan kita meningkat drastis dan membuat kemampuan kita lebih jauh hebat dari yang sebelumnya?! Sekarang Ochobot menjadi robot mati karena kekuatan terakhirnya telah diberikan kepada kita! Ini salah kita! Meskipun kita berhasil mengusir si Alien Kotak itu dari Bumi rasa untuk menang itu hilang karena Ochobot tidak merasakan kemenangan kita juga... sekarang dia tidak lebih... hiks... robot rusak yang tidak dapat diperbaiki... hiks... tidak lebih sekedar... hiks... barang rongsokan seperti yang dibilang Gopal..." kata Ying cepat berangsur-angsur melambat berkat isakannya. Dia hanya umur 11 tahun, dia hanya anak kecil yang diberi kuasa yang menjadikannya Superhero seperti temannya yang lain. Dan dia... tidak bisa menerima kenyataan tentang kalau teman robot mereka yang menjadi penghubung mereka selama ini mati.

"Kenapa... hiks... tidak kau jelaskan saja kepada orang yang suka makan itu... hiks... kita sedang berduka di sini... hiks... kau pasti sedih dan kesal kan? Hiks... kau melampiaskannya pada Gopal yang gak peka ini kan?" tanya Ying bersama dengan isakannya dan sindiran.

Fang hanya bisa mendecih. Memang benar dia sedih karena tahu Ochobot mati kehabisan energi dan kesal karena Gopal tidak bisa memahami situasi dan menyebut Ochobot barang rongsokan.

Gopal mulai mengerti situasi, "Jadi... benda yang dipeluk Boboiboy itu... Ochobot. Oh astaga! Aku menyebut temanku barang rongsokan! Siapapun tolong hukum aku!" serunya.

PLAK!

Fang dan Ying memukul kepala Gopal keras, "ADUH! Sakit tahu! Kenapa kalian pukul aku?!" rintihnya.

Fang mendengus, Ying masih tetap menangis, "Bodoh. Kau bilang ingin siapapun menghukummu, kami sedang menghukummu sekarang. Hukuman karena memangil Ochobot barang rongsokan dan kepekaanmu yang hebatnya luar biasa," kata Fang.

"Sudah cukup kalian berdebat?" tanya Yaya menengahi perdebatan mereka bertiga dengan suara tercekat. Bisa dilihat matanya memerah karena menahan tangis.

"Aku tahu kalian semua sedih karena Ochobot... tapi tidakkah kalian tahu kalau yang paling menderita di sini Boboiboy? Dia yang menitipkan kita Ochobot agar tidak tertangkap musuh, dia yang melawan musuh sendirian untuk menyelamatkan Ochobot karena kelalaian kita, dia yang kehabisan tenaga paling banyak dari kita karena berpecah menjadi tujuh saat Ocohobot memberi kita energi terakhirnya, dia yang paling sedih karena Ocohobot kini tidak lebih sekedar barang rongsokan yang seperti Gopal bilang," Gopal menundukkan kepalanya mengikuti Fang dan Ying. Boboiboy tetap meringkuk memeluk Ochobot yang hampir tidak diketahui wujudnya.

Selain itu… laki-laki bertopi itu tidak bisa berdiri karena tidak punya tenaga yang tersisa. Jangankan berdiri, untuk berbicara saja dia tidak kuat.

"Aku juga tahu kalau kalian ingin mencairkan suasana dan mencoba merelakan kepergian Ochobot. Kita semua masih kecil untuk menerima tekanan ini semua. Dari awal takdir yang kita jalani ini salah, kita hanyalah anak SD yang sebentar lagi masuk SMP. Kita seharusnya tahu kalau melindungi Bumi itu butuh pengorbanan. Kita seharusnya menjalankan takdir kita seperti sebelum kita menerima kekuatan ini, menjadi anak biasa, menjalani hidup seperti biasa, dan melakukan hal-hal yang normal seperti anak pada umumnya. Bukannya menolong orang yang seharusnya dilakukan oleh orang yang lebih dewasa dari kita dan menolong masalah sepele yang seharusnya mereka atasi sendiri," lanjut Yaya. Suasana makin runyam saat mendung mulai menyelimuti lokasi yang mereka tempati.

"B-bukannya kita bisa memperbaikinya?" tanya Gopal.

"Akhirnya aku mengerti kenapa Fang sering mengataimu bodoh… Yaya sudah menjelaskan panjang lebar kan? Kita hanyalah anak kecil, suatu keajaiban jika salah satu dari kita pintar dalam hal teknologi padahal hanya Ochobot yang bisa," jawab Ying, suaranya masih serak akibat menangis.

"Bagaimana dengan Fang? Sebelum dia bergabung dengan kita, dia termasuk kelompok pemberontak yang legenda itu bersama Kapten Kaizo bukan? Teknologinya lebih canggih dari teknologi yang ada di Bumi," Gopal kembali memberi usul.

Semuanya menatap Fang, tak terkecuali bocah bermata caramel tersebut. "Err... memang benar teknologi di sana lebih canggih… dengan berat hati aku mengatakan… aku tidak pernah memperbaiki alat-alat teknologi di sana, aku hanya pernah mengoperasikannya saja. Kalau bisa memperbaiki teknologi, paling-paling cuma kacamataku ini," Fang menunjukkan kacamatanya.

"Apalagi Sphera Kuasa seperti Ochobot. Aku hanya pernah melihat sistem mereka. Setiap sistem Sphera Kuasa berbeda-beda karena kekuatan yang disimpan mereka, maaf…" harapan yang sedikit muncul dari kelompok itu langsung sirna seketika.

"Tapi…"

"Tapi?"

"Aku hanya bisa mengatakan kalau sistem Ochobot benar-benar rusak total, meskipun kita memberikannya cokelat Tok Aba… Ochobot tidak akan bisa aktif jika tidak diperbaiki secara awal," lanjut Fang.

Mendengar ucapan teman sekaligus rivalnya itu, Boboiboy mendapat secercah harapan. "Fang… apa… kau punya data-data sistem tentang Sphera Kuasa?" tanya Boboiboy lemah.

Fang mengangguk, "Apa yang kau lakukan dengan data-data itu?" tanyanya.

"Kita akan memperbaiki Ochobot bersama, kirimkan datanya padaku," jawabnya. Fang langsung mengirim data lewat jam kuasanya yang multifungsi.

"Percuma Boboiboy… kita hanya anak SD yang belum tahu tentang sistem-sistem robotik," ucap Ying pesimis.

"Benar kata Ying… selain itu… kita terlanjur menjadi Superhero, kita tidak bisa meninggalkan tugas kita hanya untuk memperbaiki Ochobot yang akan membutuhkan waktu lama," Gopal mendukung ucapan Ying dengan kalimat yang seharusnya tidak keluar dari mulut bocah gempal tersebut.

Boboiboy menatap Yaya dan Fang bergantian. Bisa ia lihat kalau dua temannya yang tidak berbicara apapun itu mendukung kedua temannya yang lain.

Senyuman getir muncul dari bibirnya. Bersamaan dengan rintik-rintik hujan yang bertambah deras, Boboiboy mengatakan, "Kalau begitu… seperti yang dikatakan Yaya tadi… dari awal takdir yang kita jalani salah. Kita hanyalah anak biasa yang seharusnya tidak memiliki kuasa, tidak seharusnya menolong orang dalam masalah sepele yang bisa mereka atasi sendiri, kita bahkan mengorbankan nyawa dan teman kita yang sangat berharga hanya untuk melindungi Bumi, cokelat, dan orang-orang di sekitarnya. Kita adalah anak SD yang sebentar lagi lulus. Kalau kita adalah pahlawan… bisakah kalian menjawab pertanyaanku? Kenapa kita tidak bisa melindungi teman kita yang sangat berharga ini?"

JDER!

Petir menyambar menjawab pertanyaan Boboiboy, menggantikan teman-temannya yang kini terdiam. Pelukan Boboiboy kepada teman robotnya semakin erat, "Kenapa? Kita adalah pahlawan kan? Superhero yang bisa dengan mudahnya melindungi orang dan menumpas kejahatan. Pahlawan macam apa yang bisa-bisanya mengabaikan teman yang memberi kita kekuatan? Pahlawan macam apa yang melindungi orang lain bisa tapi melindungi temannya sendiri tidak bisa? Pahlawan apa yang membiarkan temannya mengorbankan diri sendiri? Kita semua benar-benar gagal menjadi Superhero," air mata yang mengalir dari mata caramel itu bergabung dengan air hujan yang mulai turun.

"Cukup Boboiboy… Ochobot sudah tidak ada… programnya telah mati saat dia memberikan energi terakhirnya untuk menyelamatkan kita. Bersikaplah dewasa Boboiboy…" Fang angkat bicara.

"Ah… benar…" Boboiboy memaksakan dirinya untuk berdiri.

"Karena kekuatan ini… kita harus bersikap dewasa meskipun kita masih anak-anak. Menerima beban orang yang kita tolong di pundak kita. Aku bahkan sempat dikucilkan oleh orang kampung karena tidak bisa mengendalikan kekuatan Api karena tekanan yang kurasakan. Aku lupa itu."

JDER!

Petir kembali menyambar, "Ah…aku menyesal mengejar robot ungu itu hanya untuk mengambil cokelat Tok Aba yang dicurinya. Jika aku membiarkannya… mungkin aku tidak perlu bertemu dengan Ochobot dan berteman dengan kalian semua dengan normal. Atau mungkin kita sudah mati di tangan si Alien itu?" mereka bisa merasakan sifat Boboiboy jadi mirip dengan Air yang telah berubah tahap kedua, Ice.

"S-sudahlah Boboiboy… ayo kita kembali… kita sudah basah kuyup, hujan juga deras, bahkan petir menyambar. Kalau kita terus di tempat ini… bisa-bisa kita terkena sambaran petir," Gopal mulai merasa tidak nyaman dengan suasana yang ada di sekitar mereka.

Bocah umur 12 tahun itu diam, "Kau benar Gopal… aku bahkan tidak sadar kalau hujan turun dengan deras hari ini," kata Boboiboy lemah, senyuman getirnya masih terpasang di wajahnya.

'Hell! Hujan sederas ini kau tidak sadar?! Hebat banget kau! Apa karena kekuatan Air yang membuatmu menyatu dengan air hah?! Dan karena kau mempunyai kekuatan Halilintar kau menjadi kebal dengan petir begitu?! Berhentilah merengek seperti bayi dan relakan Ochobot! Kau masih punya kami di sini! Kita bisa memperbaikinya nanti!' itu yang ingin dikatakan Gopal, tapi kalimat itu hanya bisa ia telan mentah-mentah karena itu akan menambah suasana mencekam ini.

"Benar kata Gopal, kita akan sakit jika terus hujan-hujanan begini…" Yaya mendukung ucapan Gopal diikuti dengan anggukan kepala Ying dan Fang.

"Kalau begitu… ayo kita kembali…" ajak Boboiboy. Mereka kembali dengan suasana mencekam yang menemenai mereka. Beberapa menit lima sekawan itu berjalan meninggalkan lokasi bekas pertarungan mereka, Boboiboy yang berjalan paling belakang mendadak berhenti, membuat Fang yang sadar akan kelakuan Boboiboy menyuruh teman yang lain berhenti berjalan.

"Kenapa kau berhenti?" tanya bocah rambut raven itu.

"Aku sudah memutuskan," jawaban Boboiboy membuat semuanya bingung.

"Aku… tahun ini... adalah tahun dimana Boboiboy sang Superhero berhenti menjadi pahlawan."

JDER!

Mereka hanya bisa diam mendengar temannya yang tengah depresi itu.


SGSH

BoBoiBoy © Animonsta Studios/Monsta

Say Goodbye Say Hello © KashikAkuma Himitsuko

Rate: T+

Language: Bahasa Indonesia

Genre: Friendship, Hurt/Comfort

Warning: Typo(s), OOC –maybe?–, Teori hasil imajinasi, No Pair

SGSH


Laki-laki bertopi jingga dengan posisi miring ke kanan itu menendang bola dengan semangat. Senyuman lebarnya tidak hilang meskipun dia dihadang oleh dua orang dari tim musuh.

"BERJUANGLAH KAPTEN! KALAHKAN MEREKA!" teriakan dari pemain cadangan itu menambah semangat laki-laki yang baru saja menjadi Kapten tim sepak bola SMA Rintis 4 bulan lalu.

"Heh! Jangan berlagak ya! Kau tidak akan bisa menghancurkan pertahanan kami berdua. Mentang-mentang seorang Kapten jangan sok hebat deh! Dari tadi kau bermain sendiri," sang lawan meremehkan laki-laki bertopi tersebut.

"Hah?" ekspresi aneh langsung terpasang di wajah sang Kapten.

Menahan tawa, sang Kapten berbicara, "Aku tidak bermain sendiri, untuk apa permainan sepak bola beranggotakan 11 orang kalau pada akhirnya aku bermain sendiri?" laki-laki berumur 16 tahun itu mengoper bola ke belakang.

"Iwan! Aku percayakan kemenangan kita di tanganmu!" serunya sambil tersenyum kemenangan.

Suara yang tidak setara dengan wajah kecilnya itu menjawab, "Baik Kapten! Teman-teman ayo kita menangkan pertandingan ini!" serunya setelah mendapat kata-kata semangat dari sang Kapten.

Dua orang yang menjaganya cengo, "Kau…" geramnya.

"Apa? Kalian tidak terima? Apa kalian pikir kami akan lengah meskipun sudah memasukan 1 bola? Aku tahu ini hanya latih tanding… aku juga tahu kalau sekolah kalian itu kuat… makanya aku menjadikan diriku sebagai umpan dengan menunjukkan kemampuan hebatku dalam olahraga ini supaya kalian mengawasiku. Kalian tahu? Aku sudah menekuni olahraga ini sejak kecil. Selain aku, banyak orang yang berpotensi di timku. Jadi… tolong jangan remehkan kemampuan teman-temanku," matanya langsung berkilat, membuat dua orang itu menelan ludah secara paksa.

Sang Kapten langsung meninggalkan dua orang yang mematung tersebut, "Huh… hanya dengan tatapan saja kalian takut, apanya yang kuat kalau diancam sedikit saja takut," gumamnya.

Operan bola tiba-tiba datang menuju padanya yang langsung ditangkap dengan mulus oleh laki-laki bertopi dinosaurus tersebut. Dia menatap teman setimnya, "Lho? Kalian belum memasukkannya? Sekarang cuma ada kiper milik musuh lho…" tanyanya.

"Hadeh… dasar Kapten baru… kamu telah menjadi umpan dari awal babak pertama, kami juga sudah memasukkan bola tadi… jadi kami ingin Kapten mengakhirinya. Hitung-hitung buat balas budi kerja keras Kapten," jawab salah satu temannya.

Sang Kapten yang akrab dipanggil Boboiboy itu tersenyum, "Dasar… padahal aku ingin mantan Kapten kita yang memasukkan bola ini," dia menatap laki-laki berambut hitam-jingga kemerah-merahan yang sibuk mengelap keringatnya dengan seragam sepak bolanya.

"Apa lu lihat-lihat? Cepet masukin sebelum gue tendang lu ke gawang seperti bola yang ada di kakimu. Waktunya tinggal sedikit," Race, nama laki-laki yang tengah ditatap Boboiboy mengancamnya.

"Baik! Kak Race tetep galak ya kalau nyangkut tentang bola, hati-hati cepet tua lho kak…" Boboiboy segera berlari menuju gawang lawan sebelum dilempar sepatu oleh seniornya.

Dia melambungkan bola ke atas kemudian melompat dan memasukkan bola dengan gaya salto, membuat orang yang di sana cengo. Bahkan kiper lawan dibuat takjub oleh lompatan Boboiboy sampai melupakan bola yang melesat dengan cepat memasuki gawang.

PRIT! PRIT! PRIIITT!

Suara peluit yang menandakan latihan pertandingan selesai dengan kemenangan skor 3-1 untuk tim SMA Rintis berakhir. "Rayakan kemenangan dengan 'serang' si Kapten!" komando Race yang langsung dilaksanakan oleh anggota tim.

Boboiboy langsung menghela nafas, "Aku tahu akan jadi begini," dia hanya bisa pasrah saat semua anggota timnya menuju ke arahnya dan melihat seringaian jahil milik sang mantan Kapten.

BRUK!

"Ugh… aku selalu bertanya-tanya kenapa harus ada tradisi menindih orang yang membuat gol di saat-saat terakhir? Dan bisakah kalian menyingkir? Kalian terlalu berat. Tulangku yang masih dalam pertumbuhan ini rasanya akan hancur," keluhnya sambil bercanda.


SGSH


"Hah… lega rasanya," gumam Boboiboy, Kapten dari tim sepak bola SMA Rintis setelah menyelesaikan urusannya di toilet.

Dia berjalan kembali menuju ruangan klub sepak bola dengan terburu-buru karena anggota timnya beserta pelatih menunggunya untuk pesta kecil-kecilan. Meskipun hanya latih tanding, baru pertama kali ini mereka mengalahkan tim sepak bola dari SMA Kuala Lumpur yang terkenal kuat. Kedua pelatih sepak bola itu telah berteman sejak lama, jadi tidak heran kalau mereka sering latih tanding.

BUGH!

"UWAHH!" teriak Boboiboy tiba-tiba, saat ia tidak sengaja menabrak seorang gadis.

GEDUBRAK!

"Astaga!" tumpukan buku yang di bawa oleh gadis itu menimpa kepala Boboiboy.

BRAK!

"Aduh…" rintih laki-laki umur 16 tahun itu pelan.

"WAA! MAAFKAN AKU!" serunya kemudian sambil mengambil buku yang berserakan karenanya.

"A-ah… tidak apa-apa… aku juga minta maaf karena tidak melihatmu," balas perempuan berjilbab putih tersebut. Ia juga ikut membantu mengambil bukunya.

"Dan juga… buku-bukuku menimpa kepalamu tadi… apa kepalamu tidak apa-apa?" lanjutnya.

Boboiboy mengusap kepalanya yang tertimpa buku tadi, "Tidak apa-apa… aku sudah kebal dengan hal seperti itu," jawabnya masih sibuk mengumpulkan buku.

Perempuan tersebut melihat wajah laki-laki yang menabraknya, ekspresi terkejut tidak bisa ia sembunyikan dari wajahnya, "Boboi… boy?" ucapnya kemudian.

"Hm?" Boboiboy menatap perempuan yang ia tabrak 3 menit lalu. Hampir saja laki-laki bertopi itu menjatuhkan kembali buku yang ia kumpulkan tadi.

"Kau…" perempuan berjilbab itu langsung menundukkan wajahnya. Ekspresi terkejut tadi langsung digantikan oleh ekspresi sedih.

Kaget langsung memenuhi benak laki-laki yang memakai jaket jingga tersebut, "Ketua Kelas Yaya?!" serunya membuat perempuan itu– Yaya kembali mengangkat wajahnya.

"Hah?" wajah sedih itu langsung digantikan dengan raut muka bingung.

'Ketua Kelas? Kenapa dia memanggilku seperti itu? Meskipun sebutannya itu benar sih… memangnya dia sekelas denganku sampai bisa tahu kalau aku Ketua Kelas?' batin Yaya masih bingung.

Senyum cerah dengan jelas terlihat di wajah Boboiboy, "Memang benar Ketua Kelas! Maaf ya… tadi nabrak kamu… aku benar-benar tidak sengaja… ini bukunya," laki-laki itu memberikan bukunya pada Yaya.

"T-terima kasih… aku juga minta maaf karena tidak melihatmu jalan tepat di depanku," balas Yaya.

"Kalau begitu… aku duluan ya…" pamit Boboiboy yang dibalas oleh anggukan dari Yaya.

"T-tunggu Boboiboy!" seru Yaya tiba-tiba membuat Boboiboy sedikit tersentak.

"Y-ya?"

Yaya kembali menundukkan kepalanya sebentar, "Itu… apa kamu… masih… mem–"

"KAPTEN!" suara yang dikenal Boboiboy sebagai teman setimnya itu memotong ucapan perempuan berjilbab tersebut.

Boboiboy menoleh ke belakang, "Iwan? Apa yang kau lakukan di sini? Bukannya kau ada di ruang klub ya?" tanyanya.

Iwan memutar bola matanya malas, "Kami tidak bisa memulai pestanya kalau Kapten tidak datang-datang… apa yang Kapten lakukan di toilet sampai lama banget?" jawabnya.

Boboiboy menepuk jidatnya, "Sorry, aku lupa tentang itu… kalau begitu tunggu apalagi? Ayo! Aku yakin mereka kelaparan karena pesta masih belum dimulai. Apalagi kak Race, dia pasti benar-benar akan menendangku ke gawang," ajaknya.

Sebelum pergi mengikuti Iwan, Boboiboy sempat menatap Yaya sebentar, "A-apa?" tanya perempuan yang ditatapnya risih.

"Err… kayaknya Ketua Kelas tadi mau ngomong sesuatu… mau ngomong apa ya?" tanya laki-laki bertopi dinosaurus terbalik tersebut.

"Ah… tidak jadi, aku lupa. Lebih baik kamu nyusul temenmu, katanya mereka menunggumu," jawab Yaya bohong. Senyum paksaan terlihat jelas di mata Boboiboy.

Laki-laki bermata caramel itu menggaruk tengkuknya, "A-ah… kalau begitu aku pergi dulu, maaf menabrakmu tadi… aku benar-benar minta maaf, sampai ketemu besok di kelas Ketua," untuk kedua kalinya Boboiboy pamit dan menyusul Iwan yang sibuk memanggilnya dengan suara dewasanya.

Yaya menatap punggung laki-laki yang merupakan teman masa kecilnya itu menjauh, "Bahkan… dia hampir tidak memanggil namaku dengan benar. Bisa-bisanya dia berbicara denganku dengan mata sedihnya itu," gumam Yaya sedih.

[Ruang Klub Sepak Bola]

Race, sang mantan Kapten tim sepak bola SMA Rintis menghampiri Boboiboy yang sibuk melamun sambil memegang rambut putihnya. "Oi, kau niat pesta apa niat memamerkan rambut putihmu itu? Rambut putih cuma beberapa helai aja dipamerin, pake topimu sana!" sindirnya.

Boboiboy menatap Race, "Apa? Mau gue tendang ke gawang lu?" tanya laki-laki bermata shapire garang. Boboiboy sempat heran kenapa seniornya itu suka banget pakai kata 'tendang ke gawang' untuk mengancam anggota klub sepak bola.

Boboiboy diam, ia memandang topinya lalu beralih menatap Race.

Topi.

Race.

Topi.

Race.

Terus seperti itu sampai Race kesal sendiri dengan juniornya yang satu ini. "Kalau kau terus melakukan itu, aku benar-benar akan menendangmu ke gawang.," ancamnya.

Boboiboy langsung berhenti melakukan kegiatan anehnya, "Ah… maaf kak…" ucapnya lalu kembali memainkan rambut putihnya.

TWITCH!

Perempatan siku-siku memenuhi kepala Race, "Dasar anak ini!" geramnya lalu menarik Boboiboy paksa bergabung dengan anggota lain yang merayakan pesta.

"Jangan merusak suasana bahagia di sini oke? Pesta itu tempat untuk bersenang-senang bukan tempat untuk melamun. Ini pesta untuk merayakanmu yang berhasil mengalahkan tim sepak bola SMA Kuala Lumpur, setidaknya tampilkan senyuman bodohmu itu seperti biasanya," laki-laki umur 18 tahun itu memberikan segelas jus.

Boboiboy menerimanya dengan senyuman kecil. Ia memakai topinya dengan posisi depan agak ke bawah, sehingga menutupi kedua mata caramelnya. "Makasih kak Race…" ucap Boboiboy.

"Hmm…" Race hanya membalas dengan gumaman.

"Tapi… pesta ini bukan hanya untukku saja, tapi teman-teman yang selama ini menyemangatiku, tentus saja kak Race juga. Tanpa kak Race dan teman-teman, mungkin tadi aku keburu pingsan karena jadi umpan terus," Boboiboy meralat ucapan Race tadi.

"Ugh… kenapa gue mendadak merinding ya?" sindir Race.

"Ciee… yang terharu dengan ucapan penerusnya…" ledek salah satu anggota yang mendengar perbincangan antara Race dan Boboiboy diikuti dengan anggota lain.

Boboiboy hanya bisa tertawa kecil melihat wajah senior yang sukanya jahil padanya memerah.

'Mungkin… aku harus berubah dan memperbaiki segalanya,'

[SKIP]

"Assalamu'alaikum! Tok Aba, Boboiboy pulang!" salam Boboiboy sumringah sambil salim kepada kakeknya.

"Wa'alaikumsalam… ngapain saja kamu sampai pulang malam-malam? Kamu sudah sholat?" balas disusul dengan pertanyaan laki-laki paruh baya tersebut, Tok Aba.

Boboiboy menggaruk pipinya pelan, "Hehe… maaf membuat Atok khawatir… tadi Boboiboy merayakan pesta bersama teman-teman sepak bola. Masalah sholat… Boboiboy sudah sholat bareng sama temen-temen," jawab Boboiboy dengan cengiran khasnya.

"Pesta? Ada acara apa sampai merayakan pesta segala? Apalagi sampai malam begini," tanya Tok Aba lagi sambil menaruh menu makan malam dan 2 piring di meja makan.

Tanpa pikir panjang, Boboiboy langsung duduk di kursi dan siap-siap mengambil makanan, "Tadi… kami latih tanding sama tim sepak bola SMA dari Kuala Lumpur. Pelatih SMA Rintis sama pelatih SMA Kuala Lumpur itu bisa dibilang berteman sejak lama, jadi sering latih tanding. Terus terus! Katanya dari dulu… tim kami tidak pernah menang melawan tim KL, kalau nggak kalah ya seri, terus seperti itu sampai angkatanku berhasil mengalahkan mereka tadi sore," dia mengambil sesuap untuk dimasukkan ke mulutnya. Kakeknya heran melihat cucunya yang sempatnya makan setelah merayakan pesta selama itu.

"Lalu? Hari ini tim kamu berhasil mengalahkan tim KL untuk pertama kalinya terus merayakan pesta?" tebak Atok Aba yang dibalas dengan anggukan semangat dari cucunya.

"Terus bagaimana kamu masih kuat untuk makan kalau sudah merayakan pesta di sekolah? Apa di sana kamu tidak makan?" tanya Tok Aba.

Boboiboy menghentikan suapannya yang kelima. Cengiran langsung menghiasi wajahnya, "Ehehe… Boboiboy makan kok Tok… tapi sebelum pulang, kami bermain sepak bola sebentar," jawabnya.

"Pantes…" Tok Aba mulai memakan makanannya yang belum disentuh sama sekali.

Hening mulai melanda mereka, hanya suara benturan antara sendok dan piring yang meramaikan suasana di antara mereka.

Setelah selesai, Boboiboy membantu kakeknya membereskan sisa makan malam. "Boboiboy…" panggil Tok Aba lirih.

"Ya Tok?" balas Boboiboy sambil mengambil segelas air setelah mencuci piring.

"Kamu masih ingat Yaya?"

BRUSSHH!

Semburan air langsung tercipta di mulut Boboiboy, "Uhuk! Uhuk!"

"Boboiboy! Kamu tidak apa-apa?!" Tok Aba langsung menghampiri cucunya.

"Uhuk! Uhuk! Tidak apa-apa Tok… hanya tersedak, memangnya kenapa dengan Ketua Kelas?" tanya Boboiboy setelah memastikan kakeknya kalau dia baik-baik saja.

Tok Aba sedikit enggan untuk berbicara, namun cucunya tengah menatapnya menunggu jawaban darinya, "Yaya tadi… ke kedai Atok, dia menanyakan tentangmu," jawabnya sambil mengusap punggung cucunya lembut.

"O-oh…" laki-laki bertopi itu merasa dadanya sesak.

"Boboiboy… apa kamu masih tidak mau menceritakan kejadian waktu itu pada Atok? Semenjak kau pulang dengan tubuh penuh luka bersama temanmu itu, Atok hampir tidak pernah melihat kawan-kawanmu lagi. Bahkan Atok tidak tahu kenapa Ochobot rusak sedemikian parahnya dan 'kalian' semua berhenti menjadi Superhero,"

Boboiboy terdiam sejenak, "Tok… terkadang menyembunyikan masa lalu yang kita punya kepada orang lain itu pilihan yang terbaik. Itu yang aku lakukan sekarang, mungkin 'mereka' juga… kejadian waktu itu adalah masalah di antara 'kami', 'kami' tidak ingin ada orang lain yang terlibat masalah 'kami'," jawabnya tanpa menatap kakeknya.

"Boboiboy ke kamar dulu ya Tok… sekali lagi maafkan Boboiboy telah membuat Atok khawatir, selamat malam Tok…" lanjutnya lalu pergi menuju kamarnya.

Tok Aba hanya bisa menghela nafas dengan kelakuan cucunya, "Bagaimana bisa Atok tidak khawatir kalau sifat kalian jadi berubah drastis semenjak hari kelulusan? Setidaknya ceritalah pada Atok Boboiboy…"


SGSH


Boboiboy mengatur nafasnya yang tidak teratur. Ia menaruh topinya di gantungan setelah ia merasa baikan.

Dengan langkah gontai, Boboiboy berjalan menuju benda bulat bewarna kuning meskipun warna hitam lebih mendominasi benda tersebut, lalu memeluknya dengan erat. Benda tersebut terlihat lebih canggih dibandingkan penampilannya dulu. Satu dua tetes air mata keluar dari matanya kemudian di susul dengan aliran air mata.

"Aku mulai muak denganmu Boboiboy… setidaknya bersyukurlah kita sempat memperbaiki beberapa sistemnya. Apa kamu tidak mengerti perasaan kami melihatmu seperti ini terus?! Sudahlah! Aku ke sini untuk melihat kalian untuk terakhir kalinya, aku akan kembali ke tempat asalku. Selamat tinggal,"

"Kau tahu? Meskipun Ochobot tidak ada, setidaknya ada kami di sini… kenapa kau begitu keras untuk memperbaiki Ochobot? Kita semua tahu kalau memperbaiki Ochobot adalah hal mustahil untuk kita,"

"Dey! Apa temanmu itu hanya Ochobot saja? Kita semua di sini adalah temanmu! Selama ini kau menganggap kita apa?"

"Hentikan rengekanmu Boboiboy! Arrgghh! Kau jadi menyebalkan seperti Fang! Kita ini temanmu! Kami juga sudah minta maaf kepadamu tentang kelalaian kami saat menjaga Ochobot! Sudahlah! Percuma aku bilang semua inipadamu! Kalau kau ingin memperbaiki Ochobot perbaikilah sendiri!"

Ingatan-ingatan empat tahun lalu membuat Boboiboy memeluk benda itu lebih erat, "Mereka berusaha keras untuk membantuku bangkit dari kesedihan ini dan aku mengabaikan mereka. Aku merusak hubungan kita, aku membuat mereka menyerah, aku membuat mereka semua kesulitan. Aku menyesal telah merusak hubungan ini. Hei Ochobot… jika kau bangun… bisakah kau memperbaiki hubungan yang telah kurusak ini?"

Benda kuning yang dipanggil Ochobot oleh laki-laki bertopi itu tidak menjawab pertanyaannya, "Bertahan seperti ini selama 4 tahun dengan berpura-pura tidak mengenali teman sendiri itu… menyakitkan," Boboiboy memandang langit malam dari jendela yang belum tertutup.

Boboiboy menaruh benda bulat tersebut di sebuah alat yang berfungsi untuk mengisi energi temannya itu. Senyum sedih terpasang di wajahnya, "Hei… cepatlah sadar… meskipun kami tidak bersama-sama seperti dulu, aku bisa merasakannya. Mereka semua ingin kau cepat bangun dan menghabiskan waktu bersama seperti masa kamu masih aktif,"

Boboiboy menutup jendela lalu merebahkan dirinya ke kasur. Ia mulai memainkan rambut putihnya, entah kenapa itu menjadi kebiasaannya sejak masuk SMP saat ia memikirkan sesuatu atau melamun. Kantuk mulai menyerang dirinya. Sebelum masuk ke alam bawah sadarnya, ia kembali melihat benda kuningnya tersebut. "Selamat malam… Ochobot,"

[To Be Continued]


Penasaran? Tunggu di cerita selanjutnya!

See you next time!

Mind to Review?