Disclaimer: I own nothing but my imagination. Please rate & review!
Pretty Girl
Hari ini adalah hari peringatan tepat satu minggu sejak kecelakaan di tambang dan Gale Hawthorne hanya ingin walikota sialan itu menutup rapat mulutnya.
Ia tidak ingat banyak kejadian seminggu lalu, hanya bentuk-bentuk emosi yang kabur. Ia ingat akan ketidakpercayaannya ketika diberitahu bahwa ayahnya tidak akan pernah kembali ke rumah lagi. Ia ingat akan kesedihan yang dirasakannya saat melihat ibunya jatuh sambil menangis tersedu saat ia memegang saudara laki-lakinya yang bercucuran air mata. Dan ia ingat betapa putus asa dirinya saat menyadari bahwa sekarang beban untuk kelangsungan hidup keluarganya tersandar pada pundaknya yang baru berusia empat belas tahun. Sejak menyadari hal itu, ia menjadi mati rasa. Ia harus tetap kuat untuk ibu dan adik-adiknya.
Hari ini tepat satu minggu sejak ledakan yang menghancurkan dunianya dan hal terakhir yang harus Gale lakukan saat ini adalah terus duduk sambil mendengarkan pidato standar walikota tentang betapa beraninya para pria itu dan betapa keluarga mereka harus bangga akan kerja keras mereka. Gale menjadi marah akan kata-kata yang dilontarkannya. Pria itu tidak harus pulang ke rumah dengan kulit dan pakaian yang diliputi abu hitam pekat, atau batuk terus menerus karena sisa abu yang masuk ke paru-parunya, ataupun harus bertanya-tanya apakah ia akan kembali ke rumah hidup-hidup.
Namun tiba-tiba sebuah kilasan keemasan menyela pikirannya. Gale memalingkan perhatiannya ke suatu tempat di sebelah kanannya dan saat itu juga segalanya berhenti—isak tangis lembut ibunya, decitan sepatu adiknya, bahkan pidato walikota yang tidak berarti. Ia tidak mendengar apa-apa kecuali suara nadinya yang berdegup kencang dan pandangannya terpusat pada rambut pirang yang melambai di kepala seorang gadis tercantik yang pernah dilihatnya.
Gale yakin bahwa ia tidak pernah melihat gadis kecil ini sebelumnya. Wajah cantik seperti miliknya tidak mungkin ia lupakan. Dilihat dari tinggi tubuhnya yang mungil Gale memperkirakan bahwa gadis kecil ini lebih muda darinya, tetapi tidak terlalu jauh, mungkin satu atau dua tahun. Wajah cantiknya kecil dan halus dan terlihat lembut, dan tiba-tiba Gale berharap dapat berjalan mendekatinya untuk melihat sendiri betapa halus dan sempurna kulitnya itu.
Perhatian gadis kecil itu tidak diarahkan kepada walikota seperti kebanyakan orang. Sebaliknya, tatapannya yang tajam terfokus pada tanah. Gale senang bahwa gadis kecil itu begitu sibuk untuk sehingga ia bisa mengamatinya. Rambut pirangnya jatuh melewati bahunya yang kecil dan terlihat dua untaian rambut dari kedua sisi wajahnya diikat ke belakang. Ia mengenakan gaun biru gelap polos yang terlihat baru dan mahal dengan sepasang sepatu melengkung yang hitam mengkilap. Sepasang sarung tangan hitam lembut menutupi tangannya yang tergenggam. Seorang wanita langsing dan juga cantik yang sudah jelas merupakan ibunya berdiri tepat di belakangnya dengan satu tangan bertumpu pada bahu gadis itu.
Gale akhirnya bisa memalingkan perhatiannya dari gadis cantik itu dan kembali memusatkannya kepada walikota tepat saat pidato ditutup. Ia menghembuskan napas lega, tetapi harapannya untuk pergi segera pupus ketika ia ingat bahwa semua keluarga penambang yang gugur harus tetap diam di tempat sehingga sang walikota bisa mendatangi dan menyatakan rasa belasungkawanya kepada mereka masing-masing. Pemikiran ini menimbulkan kemarahan yang Gale rasakan sebelumnya karena ia tahu benar bahwa tidak ada seorang pun yang berdiri di tempat ini peduli dengan belas kasihan dari pria itu.
Gale memandang sekilas ke tempat dimana gadis kecil itu berada sebelumnya dan menemukan bahwa gadis itu sudah tidak ada di sana. Pandangan Gale menyelusuri kumpulan rambut pirang yang menarik perhatiannya beberapa menit yang lalu. Ketika ia menemukannya lagi, hati Gale terasa hambar. Rambut pirang seharusnya sudah menjadi petunjuk pertama—juga gaun yang indah dan mahal dengan ibunya yang elegan.
Bukan hanya gadis misterius dari Kota, tetapi gadis ini juga anak dari walikota.
Sambil mengerutkan dahi, Gale mengamati saat gadis kecil itu mengikuti ayahnya yang menghampiri barisan para keluarga penambang. Tidak seperti ayah dan perempuan kaku di sampingnya, wajahnya menyiratkan perasaan yang sangat tulus dan Gale membencinya akan hal itu. Ia tidak ingin gadis itu baik hati atau tulus. Ia ingin melihatnya manja dan dangkal sehingga ia mempunyai alasan untuk melupakannya.
Akhirnya walikota sampai di hadapan keluarga Gale. Ia menjabat tangan Hazelle dan menyatakan bela sungkawa yang sangat dalam. Hazelle berterimakasih dengan suara yang gentar sementara istri walikota itu mengangguk kaku. Sorotan mata Gale tidak pernah meninggalkan wajah gadis itu. Kulit dan rambutnya terlihat halus seperti sutra, dan matanya yang diliputi rasa haru dengan perpaduan corak antara biru laut dan kilau langit malam dengan hamparan bintang. Gadis itu mengangguk pada ibunya sambil mengikuti kedua orang tuanya untuk berhadapan dengan keluarga berikutnya. Akan tetapi sebelum beranjak, gadis itu berhenti tepat di depan Gale dan mengatakan beberapa patah kata.
"Aku menyesal atas kehilanganmu."
Suaranya manis dan Gale berusaha membuka mulutnya untuk berterima kasih, tetapi kata-kata yang ingin terlontar hanya tercekat di tenggorokan. Sebagai gantinya, ia hanya membalas dengan anggukan. Gadis itu memberinya tatapan sedih sebelum mengejar walikota dan istrinya yang sudah mendahuluinya beberapa langkah.
Kali berikutnya Gale melihat gadis cantik itu adalah saat hari pertama tahun ajaran sekolah. Hari itu adalah hari pertamanya sekolah pada tingkat kedua, menandai bahwa gadis itu lebih muda dua tahun dari Gale. Ia sama cantiknya seperti beberapa bulan yang lalu, tetapi bukan perasaan hangat yang Gale rasakan saat pertama kali melihatnya. Yang Gale rasakan hanyalah amarah. Gale merasa gusar karena gadis itu seorang anak walikota sementara ia hanya bocah kelaparan dari Seam dan gadis itu menjadi satu hal lagi yang tidak bisa dan tidak diperbolehkan untuk ia miliki.
Gale tidak mengenalnya, tetapi ia membencinya. Ia mengada-ngada sebuah skenario di otaknya sendiri tentang betapa sombong, manja, dan kasarnya gadis itu. Menghabiskan malam-malamnya di mansion sambil memainkan gaun dan riasan indah yang ayahnya bawa dari Capitol.
Hal itu memakan waktu, namun lama kelamaan akhirnya ia bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua itu benar. Jadi, ia bisa lebih mudah mengabaikan keberadaannya.
Lebih mudah, namun tidak pernah mudah.
