-The Chois-

Written by: wonkyumafias

Main Casts: Siwon and Kyuhyun SJ | Minho SHINee | Suho EXO

Main Pairs: WonKyu | 2min | Sudo

Warning: MPreg | Kinda incest ^^


Annyeong! We are the Choi Family!

Family members:

-Choi Siwon: Kepala keluarga Choi. Pengusaha kaya yang tampan dan profesional, gentleman yang pandai memperlakukan wanita.

-Choi Kyuhyun: Istri dari Choi Siwon, ibu dari Choi Junmyeon (Suho) dan Choi Minho. Seorang manajer di sebuah kantor financial. Meskipun sikapnya grumpy, ia sangat sayang dan bertanggung jawab dalam menjaga dan membina kedua anaknya.

-Choi Junmyeon: anak sulung keluarga Choi. Nickname: Suho. Wajah dan senyum bak malaikat, juga sifat baik hati yang diturunkan oleh sang ayah mampu membuat semua orang meleleh.

-Choi Minho: anak bungsu keluarga Choi. Atletik, postur tinggi, tegap, dan memiliki wajah manis—model-ish seperti ayah dan ibunya. Pandai memperlakukan wanita dan sangat sayang pada kedua orang tuanya.

And now… welcome to our lovely family's daily life….

EPISODE 1:

FAILING GRADE

Hari Minggu yang cerah. Seluruh anggota keluarga Choi memutuskan untuk menghabiskan waktu di rumah. Kyuhyun sedang naik ke lantai dua untuk mengecek kamar anak-anaknya; apakah mereka sudah merapikan kamar mereka atau belum. Saat itu pintu kamar Minho terbuka dan ia melihat kertas-kertas yang berantakan di meja belajar.

"Apa ini, masa' ada kertas menyembul dari dalam laci. Kalau dokumen penting bagaimana? Minho tidak menutup lacinya dengan benar," gumam Kyuhyun sambil menarik laci itu dan mengambil kertas-kertas yang terjepit di sana.

Mata bulatnya memberi pandangan sekilas dan—ibu dua anak itu terkejut seketika.

Kyuhyun membaca kembali tulisan di kertas-kertas itu. Benar, itu adalah kertas ulangan Minho. Yang membuatnya marah adalah… nilai yang ada di kertas-kertas itu tidak bisa dibilang baik.

"CHOI MINHO! Ke sini sekarang!"

Terdengar seseorang berlari menaiki tangga.

"Ya, Umma?"

Kyuhyun menoleh pada putra bungsunya yang berdiri di ambang pintu. Minho hanya memakai sleeveless tee dan celana training. Ia sedang mengeringkan keringat yang mengaliri lehernya dengan handuk yang ia pegang. Sepertinya ia habis berolah raga bersama ayah dan kakaknya.

Seksi, batin Kyuhyun.

Tapi sekarang bukan itu masalahnya.

"Minho, apa ini?" tanya Kyuhyun sambil menunjukkan kertas-kertas ulangan yang dipegangnya pada Minho.

Mata Minho membulat seperti ibunya. "I-itu—"

"Umma menemukannya terjepit di laci meja belajarmu. Jadi, kau berusaha menyembunyikannya, begitu ya?" tanya Kyuhyun dengan gaya seperti detektif. Sherlock Holmes.

Minho bisa membaca kalimat I'm so curious, yeah~ dari wajah ibunya.

"Maaf, Umma," hanya itu yang bisa ia ucapkan. Setelah itu ia menampilkan wajah menyesal yang sangat manis.

Kyuhyun menghela napas. "Umma tidak menyangka nilai-nilaimu buruk, Minho. Umma kira kau belajar dengan giat."

Minho hanya menunduk sambil sesekali melirik ke arah ibunya yang terlihat cantik meski hanya memakai kaus lengan panjang garis-garis dan celana panjang.

"Kita harus bicarakan ini dengan ayahmu." Kyuhyun berjalan keluar dari kamar Minho menuju ruang keluarga. Minho hanya bisa mengikuti, pasrah.

-TheChois-

Seluruh keluarga berkumpul di ruangan beralaskan karpet dengan sofa empuk, meja, dan TV plasma. Jangan kaget melihat betapa bagus dan mewahnya rumah keluarga Choi. Mereka memang kaya-raya.

Kyuhyun menatap ketiga lelaki yang duduk di sofa sementara ia berdiri di seberang mereka, dibatasi oleh meja kaca. Ia merasa seperti polisi yang akan menginterogasi seorang tersangka.

Minho masih menunduk. Junmyeon melirik ke adiknya, bingung. Sang ayah duduk di sebelah kirinya, kebingungan juga.

Ketiganya masih memakai pakaian olah raga dan berkeringat. Aroma feromon menguar.

Mereka terlalu seksi, Kyuhyun membatin (lagi). Kenapa anggota keluargaku begini? Aku jadi bertanya, apa aku seksi juga?

Kyuhyun menatap tubuhnya sendiri. Tidak terlalu bagus seperti tiga orang di depan sana. Dia tidak merasa seksi.

Namun pernyataan lain datang dari Choi Siwon. Ia menatap Kyuhyun dan nyengir.

"Baby, you're so sexy this morning."

Hening sesaat.

"Aku mengumpulkan kalian bertiga untuk membahas nilai Minho yang buruk di sekolah," Kyuhyun menampik begitu saja pernyataan suaminya barusan meskipun sebenarnya ia senang mendengarnya. "Aku sudah berpikir tadi dan menemukan solusinya."

"Nilai Minho? Solusi?" Suho berpikir sejenak, lalu ia kini mengerti permasalahannya. Ia menepuk-nepuk bahu adiknya dengan prihatin.

"Itu karena kepala keluarga yang tidak pernah menyempatkan diri untuk mengecek nilai anaknya di sekolah! Juga tidak membantu mengerjakan PR!" seru Kyuhyun. Ia menatap Siwon dengan tatapan: I got you little runaway~

Siwon yang tadi sedang terpana oleh sosok cantik istrinya langsung tersadar. "Mwo?" ia menunjuk dirinya, "aku?"

Kyuhyun mengangguk.

"T-tapi—" ia menoleh pada anak-anaknya, meminta pembelaan, "—aku kan memang sibuk bekerja, Baby. Aku sering menanyakan mereka tentang sekolah kok setiap kita berakhir pekan sama-sama seperti ini."

"Itu benar, Umma," Junmyeon yang bijak berkata dengan lembut pada ibunya. Ia duduk tepat di sebelah ayahnya, membuat siapa saja yang melihat mereka dari jauh akan mengira mereka kembar.

"Kalau begitu, sekarang ditambah dengan membantu Minho mengerjakan PR," tukas Kyuhyun.

"Tapi Appa sibuk bekerja, Umma. Pulangnya juga malam, belum kalau lembur. Sampai rumah pasti sudah capek," ujar Minho. Siwon mengangguk-angguk.

'Capek apanya? Malam Sabtu kemarin dia pulang pukul 11 malam dan langsung…' pikiran Kyuhyun selanjutnya perlu disensor.

"Ini adalah solusi pertama Umma. Kalian berdua cobalah melakukannya dulu. Nanti kita lihat hasilnya." Kyuhyun berkata dengan tegas, memukul palu pengadilan kali ini.

Minho menatap ayahnya dengan rasa bersalah. Junmyeon merangkulnya.

"Maafkan aku, Appa," ujar Minho, "terima kasih dukungannya, Suho-hyung."

"Kita turuti dulu saja permintaan Umma kalian, oke?" Siwon tersenyum. "Minho, Appa akan berusaha sebisa mungkin pulang cepat dan membantumu mengerjakan PR. Tunggulah Appa pulang di ruang TV ya!"

Minho mengangguk. Ia hanya bisa berharap rencana ini berjalan lancar.

Umma's plan no.1:

Studying with Appa

Entah sudah berapa kali Minho mengganti channel TV di depannya. Ia sudah mempelajari materi untuk besok dan mengerjakan PR, tetapi ada beberapa hal yang ia tidak mengerti dan ia ingin bertanya pada Siwon.

"Appa pulang jam berapa sih… katanya mau pulang jam enam…," Minho mendesah pelan dan melirik jam dinding. Pukul 10 malam.

Ponsel Minho berbunyi. Muncul foto ayahnya yang tampan dengan tulisan Appa di bawahnya.

"Halo?" Minho mengangkat telepon, "iya, aku menunggu di ruang TV. Oh begitu… ada meeting mendadak dengan para pemegang saham, ya…. Ya sudah. Hati-hati di jalan, Appa."

Telepon ditutup. Siwon mengabari putranya kalau ia sedang dalam perjalanan pulang. Ia terlambat pulang karena ada rapat yang harus ia ikuti.

Pukul 22.30. Minho tersenyum pada appa-nya yang memasuki ruang TV dengan jas tersampir di lengan sambil melonggarkan dasi.

"Selamat datang, Appa," sapa Minho ketika Siwon mendekat dan mengacak-acak rambut anaknya itu.

"Kau sudah mempelajari ini lebih dulu ya?" tanya Siwon, melihat beberapa buku tergeletak di meja.

"Begitulah," jawab Minho. Sekilas ia menangkap ekspresi lelah di wajah ayahnya.

"Kalau begitu, apa yang ingin kau tanyakan?" Siwon mengambil salah satu buku dan melihat-lihat.

Minho mengambil alih buku itu dan membuka halaman yang sudah ia tandai. "Yang ini, Appa," ia menunjuk judul salah satu bab. Siwon mengangguk. Ia mengambil buku itu lagi.

"Oke, coba Appa baca dulu ya," ujar Siwon.

Lima menit berlalu. Tidak ada suara. Siwon menutup bukunya dan berkata, "Naah, Appa paham! Jadi, begini maksudnya—"

Minho sudah tertidur pulas di sofa. Siwon jadi bingung.

"Bangun, Nak…." Siwon menepuk-nepuk bahu anaknya, sedikit tidak tega.

"Eh? Maaf Appa," Minho langsung terbangun. Ia merasa tidak enak pada ayahnya.

Kemudian Siwon menjelaskan apa yang sudah ia pahami. Minho mengangguk-angguk paham, sebetulnya, setengah paham, karena kantuk sudah mulai menguasainya.

Siwon berusaha menahan diri untuk tidak menguap. "Mana lagi yang ingin kau tanyakan?"

Minho mengambil PR yang ia kerjakan tadi dan menunjuk salah satu soal. "Seharusnya jawabannya ada di buku yang itu, tapi aku tidak menemukannya," kata Minho.

"Okay. Coba Appa carikan," kata Siwon lembut. Ia membaca dan membolak-balik halaman dari buku yang lumayan tebal itu. Matanya terasa berat. Kerja seharian telah menyita tenaganya.

Saat itu tiba-tiba ada yang membentur bahunya. Minho rupanya tertidur dan kepalanya bersandar di bahu Siwon.

Kali ini Siwon benar-benar tidak tega membangunkannya. Ia meletakkan buku di meja dan karena merasa ngantuk juga, ia ikut tertidur bersama Minho di sofa.

Begitu lewat tengah malam, Kyuhyun keluar dari kamarnya. Ia heran mengapa hubby -nya belum juga masuk ke kamar dan tidur dengannya.

Kyuhyun tersenyum kecil melihat pemandangan di ruang TV. Ayah dan anak itu tertidur nyenyak sekali. Saling bersandar satu sama lain. Akhirnya Kyuhyun mengambil selimut dari dalam lemarinya dan menyelimuti kedua lelaki itu.

"Selamat beristirahat," bisik Kyuhyun dengan angel voice miliknya. Ia kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur.

-TheChois-

Keesokan paginya seluruh keluarga sarapan bersama di meja makan.

"Baiklah, sepertinya benar kalau belajar dengan Appa itu kurang efektif," kata Kyuhyun, membuat Minho dan Siwon lega. "Minho, apa jadwal pelajaranmu besok?"

"Ah! Ada kuis matematika, Umma," jawab Minho sambil mengunyah sarapannya.

"Kalau begitu sudah diputuskan. Mulai malam ini, kau akan belajar dengan Umma," kata Kyuhyun sambil tersenyum super manis.

"Wah, matematika itu pelajaran favorit ibu kalian," celetuk Siwon.

"Waah, hebat sekali," puji Suho sambil menatap Kyuhyun dengan berbinar-binar. Kyuhyun balas mengelus-elus pipi anak sulungnya.

Semoga berjalan lancar, Minho kembali berharap.

Umma's Plan no.2

Studying with Umma

"Naah, Minhooo," Kyuhyun memanggil putranya dan menunjuk ke buku matematika. "Coba kau kerjakan latihan soal yang ini ya. Nomor satu sampai sepuluh. Nanti, Umma periksa jawabannya. Oke?"

Minho tersenyum lebar, kelewat excited melihat wajah manis ibunya. "Baiklah, Umma~"

Sementara Minho mengerjakan, Kyuhyun membuatkan teh untuk mereka berdua. Pukul 7 malam tiba, Suho yang tadinya menonton TV di situ memutuskan untuk masuk ke kamar dan menyelesaikan tugas makalahnya.

Setengah jam berlalu. Kyuhyun menunggu sambil bermain Starcraft.

Minho sama sekali tidak keberatan ibunya bermain game sementara ia mengerjakan soal-soal ini. Sesekali ia melirik wajah ibunya sambil cengar-cengir. Bisa memandangi ibunya adalah satu dari sekian harta karun yang ada di dunia ini—bagi Minho.

"Umma," panggil Minho dengan nada paling manja yang ia miliki, "sudah selesai."

"Sebentar, Nak. Sedikit lagi musuhnya kalah."

Wajah Minho berubah datar. Tapi se-menyebalkan atau se-grumpy apapun ibunya, ia tetap saja menyayanginya.

Lima belas menit berlalu.

"YEAH!" pekikan kemenangan Kyuhyun mengakhiri penantian Minho. "Baiklah, coba sini umma periksa!"

Kyuhyun memeriksa jawaban Minho dengan seksama. Minho memandangi wajah serius ibunya dengan gemas.

"Kau bisa mengerjakan soal nomor 1 tapi kenapa nomor 2-nya salah?" Kyuhyun tersenyum maklum. "Nomor 2 itu pakai rumus yang sama dengan nomor 1, cuma cara pengerjaannya dibalik."

Minho clueless. "Dibalik?"

"Begini…."

Kyuhyun dan Minho duduk berdempetan di atas karpet. Kyuhyun mengambil selembar kertas kosong untuk menerangkan bagaimana cara menjawab soal nomor 2.

Minho sangat senang bisa belajar bersama umma-nya. Ia juga sangat senang bisa belajar dengan Siwon. Tetapi, tentu ibunya yang cantik itu memiliki daya tarik tersendiri buat Minho.

"Bagaimana, mengerti?" tanya Kyuhyun. Minho mengangguk.

"Sekarang coba kerjakan sendiri. Akan umma buatkan soal yang baru," ujar Kyuhyun. Minho mengangguk lagi.

Choi Minho berhasil mengerjakan soal itu dengan baik. Kyuhyun bertepuk tangan.

"Naah, bisa kaan? Itu baru anak umma," puji Kyuhyun sambil mengacak-acak rambut Minho.

Dengan jarak hanya lima senti dari wajah manis ibunya, Minho merasa tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan.

"Ummaaa~"

"Ya?"

"Ppoppoooo~" Minho mengerucutkan bibir, meminta kecupan dari ibunya. Kyuhyun sontak menjauh dan tertawa.

"Yah, Minho… kamu ini sudah kelas 1 SMA, masa' masih minta cium sama umma," ujar Kyuhyun dengan segaris warna pink di pipinya yang chubby.

"Memang kenaapaa? Nggak pa-pa kan Umma," sahut Minho, "Suho-hyung juga kemarin kulihat masih nyender-nyender sama Umma."

Kyuhyun menggelengkan kepalanya, heran pada tingkah kedua anaknya yang sudah SMA tapi masih manja tidak karuan. "Ah, kalian ini. Nomor 6 dan 8 salah! Coba kerjakan lebih teliti. Umma mau mengambil cemilan di kulkas."

Kyuhyun terlalu cepat berdiri. Matanya berkunang-kunang. Ia berjalan dengan sempoyongan dan menabrak sandaran kursi sofa.

"Aduh!"

Minho terkejut dan langsung ikut berdiri.

"Umma? Tidak apa-apa? Hati-hati!" Minho mendekap ibunya dengan tangan kiri dan mengelus-elus lengan kiri ibunya yang terbentur dengan tangan kanan.

"Tidak apa-apa, terima kasih Minho," ujar Kyuhyun, sedikit malu karena kecerobohannya.

Kyuhyun mencoba pergi, tetapi Minho malah mengeratkan dekapannya.

Apa-apaan ini, batin Kyuhyun.

Minho tersenyum jahil. "Umma, jangan bikin khawatir dong… Kalau—"

"APPA PULAAANG~!"

Bruk!

Siwon menjatuhkan kantung plastik berisi cemilan untuk Kyuhyun ketika melihat istrinya yang tercinta sedang dipeluk-peluk oleh anaknya.

'Apa-apaan? Adegan mesra macam apa ini?' batin Siwon sambil melotot.

"Eh, Appa pulang cepat!" sahut Minho sambil tersenyum lebar, masih memeluk ibunya erat-erat.

Dengan wajah cemberut Siwon menghampiri istri dan anaknya. Ia melepas lengan Minho dari Kyuhyun.

"Minho, kau seharusnya belajar. Bukan mesra-mesraan dengan ibumu sendiri," sembur Siwon. Yang disembur hanya nyengir dengan imutnya.

Siwon mengangkat Kyuhyun dengan satu tangan, menaikkannya ke bahunya, lalu membawanya masuk ke kamar.

"Yah! Yah! Turunkan! Turunkan aku! Kenapa kau cemburu dengan anakmu sendiri! Yah! Wonnieeee~!" suara Kyuhyun perlahan menghilang ketika pintu kamar ditutup.

Cklek, pintu terbuka lagi. Kepala Siwon muncul dari balik pintu itu.

"Setelah ini kau akan belajar dengan kakakmu, araso?"

Pintu kembali ditutup.

"Aissssh! WONNIEEE!" terdengar teriakan mengamuk Kyuhyun dari dalam kamar.

"Ah, Appa itu selalu begitu. Umma kan juga milikku, bukan milikmu saja," gerutu Minho sambil merapikan buku-buku dan alat tulisnya. Ia naik ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Saat itu Minho ingin langsung masuk kamar dan tidur, tetapi ia terpikir sesuatu ketika melihat pintu kamar kakaknya.

"Mungkin Hyung masih belum tidur… apa aku minta diajari sekarang, ya?" gumamnya. Ia mencoba membuka pintu kamar itu dan ternyata tidak dikunci.

Minho membuka pintu perlahan. Lampu kamar sudah mati. Berbeda dengan Minho yang tidur dengan lampu menyala, maka Suho tidur dengan lampu mati.

"Sudah tidur rupanya," ucap Minho pelan, melihat kakaknya sedang tertidur di tempat tidurnya. Ia mengendap-endap masuk, mendekat, dan membenahi selimut kakaknya yang terjuntai ke bawah.

"Selamat tidur, Hyung," bisiknya, "Hyung kalau tidur wajahnya imut seperti Umma."

Sambil menahan tawa, Minho keluar dari kamar Suho. Pemuda bertubuh tinggi itu lalu tidur pulas di kamarnya.

Appa's Plan no.1

Studying with Junmyeon-hyung

"Minho, tirulah Junmyeonnie kakakmu."

Kata-kata Kyuhyun terngiang-ngiang di kepala Minho. Junmyeon memang tidak lebih tinggi darinya, tetapi kakaknya itu selalu dapat peringkat terbaik di kelasnya. Jika Minho sekarang kelas 1 SMA, maka Junmyeon duduk di kelas 2. Mereka bersekolah di sekolah yang sama.

"Bagaimana kuis Matematika-mu tadi?" tanya Suho sambil membawa dua cangkir teh untuk mereka berdua. Minho hanya mendengus.

"Lumayan. Tapi, nggak begitu baik. Sebelum Umma selesai mengajariku, Appa sudah menculiknya duluan," jawab Minho.

Suho tergelak. "Baiklaah, apa yang akan kita pelajari sekarang?"

"Hyung!" Minho memutar tubuhnya ke kanan, menghadap kakaknya. Mereka berdua duduk di sofa ruang TV. "Aku penasaran, apa yang membuatmu mudah menghapal pelajaran?"

Suho tersenyum. "Minho-ah, pelajaran itu dipahami, bukan dihapalkan," jawabnya.

Minho cemberut. "Tapi meskipun sudah paham tetap harus dihapalkan! Misalnya… arti istilah atau satu kata tertentu. Meskipun tahu artinya, tapi kalau nggak ingat?"

Suho mengangguk-angguk, kelihatan setuju dengan adiknya. "Hmmm, mungkin memang benar… ada yang harus selalu diingat…."

"Benar kan Hyung!" ujar Minho sambil melemparkan pandangan: tuh-kan-apa-gue-bilang. Ia mengambil tehnya dan meminumnya sedikit.

Suho membuka buku milik Minho dan membaca pada halaman yang ditandai.

"Kau suka mendengarkan lagu, kan?" tanya Suho sambil melirik adiknya. Minho mengangguk.

"Lalu… dari bab ini apa yang kira-kira perlu dihapalkan?"

Minho membaca halaman yang ditunjuk kakaknya. "Tiga istilah ini, Hyung. Juga definisinya."

Suho mengangguk. Ia berpikir sejenak, lalu mendendangkan tiga istilah tadi beserta definisinya.

Minho terlihat takjub dengan nyanyian kakaknya. Itulah mengapa kakaknya ingat istilah-istilah yang dihapalkannya—karena ia tidak menghapalkannya secara biasa-biasa saja melainkan menyanyikannya.

"Aku nggak pernah terpikir cara itu, Hyung!" Minho berkata dengan antusias, "menghapal dengan bernyanyi!"

Suho menyanyikan istilah-istilah itu sekali lagi. Minho mendengarkan dengan tertarik.

"Aku berpikir, kenapa mudah sekali buatku menghapal lirik lagu dibanding pelajaran. Mungkin perbedaannya karena lirik itu memiliki nada yang sangat menyenangkan jika dinyanyikan. Jadi… kuputuskan untuk menghapal dengan bernyanyi!" jelas Suho. Minho tertawa.

"Hebat sekali Hyung! Daebak!" pujinya, "dan suara Hyung, seperti biasa, indah sekali!"

Suho tertawa malu mendengar pujian adiknya. "Kau ini berlebihan."

"Apakah Hyung mewarisi suara Umma yang sangat indah? Hahahaha," terka Minho. Suho berhenti tertawa dan hanya mengulum senyum saking malunya.

"Tapi, Hyung," Minho berhenti tertawa juga, "aku tidak terbiasa dengan nyanyian begitu…."

Suho mengernyitkan dahi. "Lalu, kau akan menghapal dengan cara apa?"

-TheChois-

Choi Minho's Class

History Test

Ujian sejarah dimulai. Beberapa murid mulai mengerjakan, tapi ada pula yang bengong, bingung, bahkan menguap.

Minho mengamati soal itu dengan serius. Rasa takut akan dapat nilai jelek lagi menghinggapi hatinya. Tetapi mengingat dukungan kakak, ayah, dan ibunya, pemuda itu jadi bersemangat.

'Aku pasti bisa. Hwaiting, Minho!' batinnya.

Dengan cepat, Minho mengangkat tangan. "Pak Guru!"

Seluruh kelas terkejut. "Kau mau apa, Minho?" tanya Jinki yang duduk di belakangnya.

"Ada apa, Choi Minho?" tanya Pak Guru, berjalan menghampiri Minho.

"Aku sudah belajar dan menghapal materi ini Pak, tapi untuk mengerjakannya, bolehkah aku sedikit… berisik?" pinta Minho.

Guru sejarah itu mengernyit. "Tentu saja kau tidak boleh berisik."

"Sedikit saja, Pak. Aku perlu mengucapkan apa yang aku hapalkan, kalau tidak, aku tidak bisa mengerjakan! Kumohon, Pak!" pinta Minho lagi.

Guru itu akhirnya mengiyakan. "Baiklah, tapi pastikan suaramu sangat pelan. Jangan mengganggu teman-temanmu."

Minho tersenyum lebar. "Terima kasih, Pak!"

"Memangnya kau mau apaaa?" kali ini Jonghyun yang duduk di depan Minho bertanya. Minho hanya nyengir.

"Semua, kembali kerjakan ujiannya!" perintah Pak Guru. Semua murid kembali konsentrasi ke kertas masing-masing. "Jangan berbuat curang. Bapak akan pergi ke kantor sebentar."

Pak Guru keluar dari kelas.

Saat itulah, beberapa detik kemudian, mereka samar-samar mendengar suara seseorang… tepatnya… Minho.

Minho yang sedang nge -rap.

Minho mengucapkan semua yang dihapalkannya dengan melakukan rap. Ia sangat ahli dalam hal ini, teman-temannya tahu itu.

"Astaga… aku tidak tahu ada cara seperti itu!" gumam Kibum sambil cekikikan. Tetapi murid-murid yang lain juga mendengar tawa Kibum dan mulai ikut tertawa. Kelas sesaat riuh.

"Hei, hei, tenang! Jangan berisik!" tegur Jinki sang ketua kelas—ia sendiri juga ikut tertawa.

Minho tidak peduli dengan teman-teman yang menertawakannya. Ia melanjutkan rapnya dengan volume sekecil mungkin, sambil terus mengisi kertas jawaban. Ia terlihat sangat menikmati mengerjakan ujian itu, sampai ia menyadari ada seseorang yang memandanginya. Minho menoleh ke kanan.

"Taeminnie?" Minho memanggil orang itu, kaget. "K-kenapa?"

Taemin menggeleng dan tersenyum manis. "Ani… caramu itu… unik sekali!"

Minho tersenyum, menggoda Taemin. "Apakah itu pujian?"

Taemin menahan tawa. Wajahnya terlihat malu. Ia mengalihkan pandangannya ke kertas jawaban dan mengangguk.

Minho merasa sangat senang. Ia tidak sabar untuk menunjukkan nilai-nilai ulangannya pada keluarganya. Sepertinya setelah ini, Minho tidak perlu menyembunyikan kertas-kertas itu lagi di dalam laci!

-End-


Thank you very much for reading! See you in the 2nd episode! ^0^

Regards,

wonkyumafias