Udara dingin merasuk masuk ke dalam kulit Sakura yang sudah dia pastikan berlapis-lapis dengan pakaian hangat miliknya namun semuanya terlihat sia-sia saja karena cuaca di kota Konoha semakin dingin akibat hujan rintik-rintik yang dengan setia menerpa kota itu dari sore tadi hingga malam hari, waktu ia pulang dari jam kerjanya.
Mata emeraldnya menatap langit-langit kehitaman yang berhiaskan cahaya disertai suara keras yang memekakkan telinganya dari balik sela-sela payung transparannya. Ia merutuki partner kerja sekaligus teman kecilnya, Yamanaka Ino yang seenak jidatnya memintanya –memaksanya- melakukan lembur di tempat mereka bekerja sedangkan sang sahabat malah kabur dari tugasnya sendiri, beralasan ada sesuatu hal penting yang ingin di lakukannya padahal Sakura tahu teman masa kecilnya itu sedang bercumbu dengan kekasihnya lagi entah dimana yang pasti tak akan ia pikirkan.
Ia berjanji di dalam hati kecilnya akan membalas segala perbuatan temannya itu jika ia bertemu Ino atau mungkin ia bisa meminta Ino untuk membelikannya beberapa manga kesayangannya yang memang cukup mahal di akibatkan langkahnya atau produk susah di dapatkan di pasaran.
Ia tersenyum mengingat akan rencana kecilnya ini. Matanya kembali menatap lurus ke depan dan ia dapat melihat halte bus tinggal beberapa meter dari tempatnya berdiri, dengan segera ia cepatkan langkahnya menuju halte tersebut. Begitu sampai Sakura menutup payung tranparans miliknya dan menunggu bus yang akan di naikinya, yang ia yakini akan segera datang.
"Sasuke, dingiiin.." Sebuah suara cempreng membuat Sakura menyadari ada orang lain yang berada di halte tersebut. Ia lirik dari sudut matanya untuk melihat sumber suara tersebut dan ia langsung blushing karena melihat kedua pemuda tampan tengah berdiri tak jauh dari tempatnya.
Tak perlu meragukan penglihatannya, ia yakin seratus persen kedua pemuda itu dapat di kategorikan tampan atau mungkin untuk pemuda yang satunya bisa di katakan manis. Dua pemuda yang memiliki perbedaan yang sangat signifikan dari fisik keduanya. Sakura menengok untuk melihat kedua pemuda tersebut dan seketika itu ia melihat langit biru yang begitu cerah berada di salah satu dari dua pemuda tersebut. ia terkagum akan keindahan mata itu. Saking kagumnya ia tidak menyadari seorang pemuda yang menatapnya tajam sekali. Bulu kuduknya merinding merasakan aura hitam itu, segeralah ia mengalihkan tatapannya dari pemuda bermata biru langit biru tersebut ke sebelah pemuda yang lainnya.
Sakura langsung di hadapkan langit malam yang begitu kelam dari mata pemuda tersebut, ia merasa dirinya tersedot ke dalam mata tersebut. Mata itu bagaikan black hole bagi yang melihatnya. Sekali lagi Sakura merasakan bulu kuduknya merinding, ia tak tahan melihat pemuda pemilik langit malam yang berkebalikan dari pemuda satunya.
Sakura kembali mengalihkan pandangannya ke arah jalan. Ia terlalu takut menghadapi pemuda berambut emo pemilik mata black hole tersebut. ia terus menunggu dan telinganya kembali menangkap suara yang sangat ia yakini dari pemuda berambut blonde itu.
"Sasuuukee~ diingiiiinn..." Sakura sedikit menengok ke arah pemuda tersebut karena jujur ia lama-lama jengkel mendengar keluhan bernada manja yang di keluarkan pemuda manis tersebut tentang bagaimana dinginnya cuaca hari ini. Lagian siapa suruh pemuda itu nekat memakai kemeja kotak-kotak berlengan panjang yang di kancingkan setengah berwarna kuning hitam. Ia jadi penasaran apa yang akan di lakukan teman dari pemuda tersebut agar pemuda cempreng itu berhenti mengeluh.
Dan sungguh Sakura tak menyangkan teman pemuda cempreng itu melepaskan jaket tebalnya lalu menyampirkan jaket tersebut ke bahu pemuda berwajah manis itu sambil hanya berkata "Pakailah." Dengan wajah dinginnya namun Sakura dapat melihat ada kelembutan di balik wajah dinginnya.
Rasanya ia ingin berteriak seperti masa dia sekolah dulu jika ia melihat hal yang seperti ini tapi ia tidak akan melakukannya karena ia sudah sadar dari jalan sesat tersebut. kembali ia mengikuti tindakan kedua pemuda tersebut.
Disana, beberapa meter tempatnya berdiri ia melihat pemuda blonde itu mengucapkan terima kasih sambil memakai jaket temannya dan menggenggam tangan pemuda berambut emo itu sambil tersenyum "Aku hanya ingin menghangatkan tangan Sasuke dengan tanganku." Pemuda emo yang ternyata bernama Sasuke itu hanya diam dan mengumamkan "Hn."
.
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Rate : M (Hanya untuk Berjaga-jaga)
Pair : SasuNaru.
Genre : Romance.
Warning : There is content Slash, Yaoi, BoyxBoy, Boys Love, AU, Ooc, Oc, and Typo so don't blame me cause I have warned you.
.
.
Tak lama bus tujuan Sakura tiba, ia segera naik diikuti dua orang pemuda tersebut. ia memilih dua kursi dari pintu tengah bis, dimana ada dua tempat duduk dibandingkan bagian depan yang hanya memiliki satu tempat duduk dan ia tak menyukai hal itu.
Mata emeraldnya tanpa sengaja mengikuti kemana dua pemuda itu memilih tempat duduk dan ia langsung merutuki dirinya sendiri begitu mengetahui dua pemuda itu memilih tempat duduk tepat di belakangnya dengan selisih satu bangku di belakangnya. Begitu dekat jarak mereka, ia jadi dapat mengetahui segala perbuatan mereka berdua.
Sakura menghela nafasnya, berusaha menenangkan gejolak batinnya. ia meyakinkan dirinya bahwa ia tidak ingin bertindak seperti dirinya dulu. Ia benar-benar sudah sadar dari jalan ke fujoshian seiring apa yang di alaminya selama ini.
Ia benar-benar harus melupakan segala pikiran yang akan segera menguasainya. Ia berusaha menyibukkan diri dengan smartphonenya baik itu bermain games, berselancar ria di dunia maya ataupun membalas email dari teman-temannya yang masuk ke nomornya.
Entah sudah berapa menit ia melakukannya dan ia jenuh atas kesibukkan yang dibuatnya ini. Matanya menatap pemandangan luar gedung-gedung menjulang tinggi, lampu-lampu berkelap kelip dan satu atau dua mobil ikut mengiringi jalan bisnya. Sungguh ia benci menunggu di dalam bis seperti sekarang.
"Hmmmppp.." Matanya membulat mendengar leguhan itu, Dari mana asal suara tersebut? Sakura segera mencari asal suara itu, di depannya hanya ada satu pemuda duduk di sisi kiri dengan headseat di telinganya dan bapak-bapak yang sepertinya tertidur lelap serta sopir yang sibuk mengendarai bis ini. Tidak ada orang yang dapat di curigai pembuat suara leguhan tersebut.
Apakah ia berhalusinasi?
"Hmmpph.. Hmmpphh.." Kembali suara leguhan itu terdengar dan Sakura baru sadar ia tidak mencari bagian belakang bis. Ia langsung menengok dan betapa sialnya ia hari ini melihat pemadangan yang bisa membuat wajah merona hebatnya. Ia sempat terpaku melihat betapa hebatnya Sasuke -yang ia tahu dari pemuda manis tadi sebelum ia naik- melumat bibir tipis milik teman berbagi jaketnya. Begitu dalam, begitu penuh hasrat. Sang pemuda manis menutup matanya sedangkan Sasuke pelan-pelan membuka matanya dan menatap tajam Sakura. Sakura menegak ludahnya menerima tatapan seperti itu.
Ia segera membalikkan kepalanya. Tangan kanannya menyentuh bagian dadanya, ia dapat merasakan jantungnya berdegup-degup kencang. Ia tutup matanya dan membawa kedua tangannya ke kedua telinganya berusaha menghilangkan rekama pemandangan tadi yang melekat di otaknya serta tidak mendengarkan suara-suara leguhan indah dari belakang.
Ia terus dalam posisi tersebut untuk beberapa menit dan ia lelah dengan posisinya ini. Ia lepas kedua telapak tangan yang menutupi telinganya. Suara leguhan sudah tidak terdengar lagi tapi tergantikan oleh suara desahan. Sakura tak dapat menahan rasa penasarannya untuk melihat apa yang dua pemuda tadi lakukan. Ia ingin melihat tapi ia kembali di ingatkan tatapan tajam pemuda emo dimana Sakura yakini kalau pemuda tersebut berperan sebagai Seme.
Ia harus mencari cara untuk melihat mereka berdua tanpa ketahuan. Otaknya ikut berpikir dan ia langsung ingat cara untuk melihat kegiatan tersebut tanpa ketahuan. Seringai tampak di wajah cantiknya, buru-buru ia ambil kaca yang biasa ia bawa. Kaca kotak berukuran 15x10 cm ia keluarkan dari dalam tasnya dan ia buka penutup bergambar minnie. Segera ia angkat kaca tersebut ke hadapan wajahnya dan ia geser sedikit untuk melihat apa yang dilakukan dua pemuda itu di belakang sana, berpura-pura tengah berkaca.
Wajahnya melongo melihat dua pemuda itu tengah kegiatan Ayo-Kita-Membuat-Hickey-Sebanyak-banyaknya. Dimana wajah Sasuke terpendam penuh di belahan leher pemuda manis di sebelahnya. Kembali wajah Sakura merah padam bagaikan kepiting rebus. Ia langsung menurunkan kaca di tangannya. Ia tak sanggup tapi ia ingin mengabadikan moment tersebut.
Ia ambil tabnya yang ada di dalam tasnya dan mulai menyalahkan mode kamera dari tabnya. Ia angkat ke posisi dimana kacanya tadi berada lalu langsung mengambil gambarnya, lagi dan lagi sampai ia merasa cukup. Ia tersenyum puas, ia akan menunjukkan pada teman satu apartemennya, Yamanaka Ino bahwa ia mendapatkan hal seperti ini.
Ia buka galeri tabnya dan kembali menatap gambar-gambar yang berhasil ia dapatkan. Satu persatu ia lihat dengan senyum evilnya. Kembali ia ingin mengambil gambar-gambar dua pemuda tersebut. lalu ia segera menaruh kembali ke posisi tadi dan langsung mengambil gambarnya lagi.
Ia lihat hasilnya namun ia kecewa atas hasil yang ia dapatkan. Mereka sudah selesai melakukan kegiatan gigit menggigit leher mereka dan hanya menampilkan wajah dingin sang Seme sedangkan pemuda blonde berwajah merah sambil sedikit menutup kelopak matanya, menengadahkan kepalanya dan membuka mulutnya.
"Sukkehh ~ leebih ceeppathh.." Sakura menegakkan bahunya mendengar kalimat ambigu tersebut. ia benar-benar bingung apa yang dilakukan keduanya di belakang sana? Pasalnya ia tidak menangkap kegiatan mencurigakan dari keduanya. Hanya wajah sang uke yang sedang menikmati sesuatu hal tapi apa?
Sumpah ia penasaran apa yang terjadi? Ia ingin sekali berjalan ke belakang dan melihat apa yang terjadi tapi ia terlalu takut untuk hal itu.
Ia kembali berpikir dan hanya satu cara untuk mendapatkan jawabannya. Segera ia ambil lipstiknya sambil berkali-kali mengucapkan "Semoga berhasil." Dan melemparkan lipstik itu ke belakang.
'Bagus.' Pikirnya.
Segeralah ia berjalan ke arah lipstik yang kini berguling-guling di atas besi alas bis tersebut dan posisinya tepat di sebelah dua pemuda itu. Sakura memungutnya dan menengok ke kirinya.
Ia terpaku, membeku melihat pemandangan tangan Sasuke sedang menggenggam dan menaik turunkan tangannya ke barang milik pemuda manis di sebelahnya dengan cepat.
'Shit! Shit! Shit!' Pikirnya. Ia tak tahu harus berbuat apa? Apakah ia harus kembali ke tempatnya? Atau tetap melihat semua ini? Ia tak tahu harus memilih apa? Ia benar-benar bingung.
Spurt
Sakura dapat melihat barang pemuda manis itu sudah mengeluarkan sarinya dan membasahi tangan pemuda di sampingnya. Sasuke, ia menjilat sari itu dengan gerakan seduktif sambil menatap Sakura seolah-olah mengatakan kalau ia menikmati sari tersebut serta wajah bloon Sakura.
Ohya, bagus sekarang Sasuke menggodanya dengan sari dari Naruto!
Sakura benar-benar tak tahan, cairan merah pekat keluar dari hidungnya dan wajahnya benar-benar sudah memerah.
"Akkkhh." Sakura berteriak, tak tahan atas semua ini. Ia langsung berdiri, mengambil tas beserta isinya yang tadi ia keluarkan dan segera berlari keluar dari pintu yang sudah terbuka tepat di depan sebuah halte.
Ia benar-benar tak peduli lagi. Apakah itu haltenya atau bukan yang penting ia keluar dari bis yang berisikan dua pemuda mesum itu.
Seorang gadis memasuki sebuah cafe bertema santai. Suasana hijau menyambutnya, ia edarkan pandangannya untuk mencari rekannya. Ia tersenyum melihat kedua pemuda yang ingin ia temui berada di pojok cafe tengah bermesra ria. Ia sweatdrop melihat kelakuan mereka berdua yang tidak peduli tempat dan waktu.
Ia langkahkan high heel hijaunya ke tempat mereka dan langsung berdeham di hadapan mereka bermaksud menyindir keduanya. Dua pelaku yang disindir malah berwajah innocent, Ino menghela nafasnya melihat kelakuan kedua kohainya ini.
Ia mengambil tempat duduk di hadapan keduanya "Aku puas dengan hasil kerja kalian."
"Hn, kalau begitu mana bayaran kami?" Tanya Sasuke menengadahkan tangannya di depannya sedangkan Naruto tersenyum lebar tak sabar menerima bayaran mereka.
Ino mengambil sebuah amplop tebal dari dalam tasnya dan menaruhnya di atas meja. Segera saja Naruto mengambil dan menghitungnya dengan tenang. Begitu yakin hasil yang diterimanya sesuai perjanjian Naruto mengganggukkan kepalanya ke arah Sasuke.
"Nah, kalau begitu kami pergi dulu ya Senpai." Kata Naruto dan mereka berdua berdiri, bersiap untuk meninggalkan cafe tersebut.
"Tunggu." Ino menahan tangan Naruto, mereka berdua menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut senpainya ini "Kalian tidak ingin mengetahui hasil kerja kalian?"
Mereka menggeleng "Untuk apa? Tadi kan kau yang mengatakan kerja kami bagus jadi untuk apa menanyakannya lagi." Jawab Sasuke sambil melepaskan tangan Ino dari kekasihnya.
"Bukan itu, maksudku kalian tidak ingin mengetahui dampak dari kerja kalian itu?"
"Senpai, kami tidak peduli dengan hal itu yang penting kerja kami berhasil. Jadi tolong Senpai biarkan kami pergi untuk menikmati hasil kami ini." Naruto tersenyum lembut pada Senpainya itu.
Terpaksa Ino melepaskan keduanya "Oke." Ia menyerah untuk menceritakan hasil kerja mereka yang ternyata tidak menarik bagi keduanya.
"Jaa nee, Senpai." Seru Naruto dan mereka berdua segera meninggalkan Ino sendirian.
Ino masih menatap pintu cafe itu. Ia tersenyum, bangga atas hasil keduanya. Ia tak menyangka kalau menyewa jasa mereka berdua untuk mengembalikan Sakura menjadi seorang fujoshi lagi berhasil. Ia masih teringat kejadian semalam, dimana wajah Sakura sangat merah dan nafas terengah-engah ada di hadapannya sehabis pulang dari tempat kerja mereka.
Sakura, ia segera membawa Ino ke kamarnya dan menceritakan segalanya dengan histeris. Menunjukkan foto-foto yang berhasil Sakura dapatkan kepadanya. Lalu pagi harinya Sakura langsung mensearching segala hal tentang dunia Yaoi, memasuki kembali group fujoshi nasional maupun internasional dan kembali menulis kembali segala hal yang ia alami di blog khusus yaoinya.
Ino senang atas perubahan Sakura, ia tak menyesal sudah menyewa jasa Sasuke dan Naruto –Dua Kohainya- yang terbilang cukup mahal untuk kantongnya.
Ia bersyukur atas hal ini. Semoga pasangan Sasuke dan Naruto itu langgeng selamanya.
.
.
.
END
