Prologue
.
.
.
.
"Aku hanya akan mengucapkannya sekali, jadi dengarkan baik-baik okay ?."
.
.
.
"Jadi...kau mau kan jadi kekasihku?" Jeon Jungkook tersenyum, bukan lebih tepatnya menyeringai.
.
.
.
"Yah ! bagaimana bisa kau memutuskannya sendiri!"
.
.
.
"Kita sudah jadian kan?" Taehyung membeo dengan tatapan polosnya atau mungkin tatapan bodohnya – entahlah.
.
.
.
"Selamat untuk kalian."
.
.
.
"Kau- kupikir kau teman ku Tae, tapi nyatanya kau menusukku dari belakang."
.
.
.
"Kau dan wajah manismu, aku haru merelakanmu karena kau memang pantas memilih yang terbaik."
.
.
.
"Kalian benar-benar menjadi sepasang kekasih? Sejak kapan? Aku tidak menyadarinya. Kupikir kalian hanya sahabat?"
.
.
.
"Bisakah kalian hanya membenciku ? ini tidak ada sangkut pautnya dengan teman-temanku."
.
.
.
"Kita akan pergi kemana ?"
.
.
.
"Aku merindukanmu... "
.
.
.
"Berjanjilah untuk menjaga hatimu baik-baik Tae"
.
.
.
"Sesulit itukah untuk mengatakan kau ada dimana huh!"
.
.
.
"Brengsek berhentilah berteriak, aku lelah!"
.
.
.
"Aku... bisakah kita akhiri saja? Nyatanya aku tidak pernah berubah di matamu."
.
.
.
"Kau lelah? Baiklah jika itu maumu."
.
.
.
"Jeon Jungkook brengsek, kenapa kau melakukan itu bedebah sialan.
.
.
.
"Seorang namjachingu yang membuat kekasihnya menangis? Lelaki seperti itu sebaiknya ditinggalkan".
.
.
.
.
.Next ?
