Bukan ff punya ku, FF titipan orang..karena udah gak mau eksis lagi, dan dengan paksaan tingkat gila dan sama-sama yunho freak..akhirnya mau juga dilanjut...hohoho

Salam dari authornya...katanya "maaf berhenti tiba-tiba, FF yang discontinued kalo memang ada waktu bakal dilanjuut...tapi gak berniat untuk bikin yang baru"

[FANFICTION] YUNJAE/ YAOI/MY LORD/PROLOG

Ini FF tercipta dalam beberapa Jam jadi maklum yah kalu crack..

Terisnpirasai dari salah satu anime yang paling aku sukai..Black Buttler karya Yana Tubusu. Sebenarnya Cuma ide dan tema ceritanya...kesananya ada perubahan...karena yang lainnya bena-benar karangan abal-abalku..hahah..judulnya kenapa begini?=..=..sederhana sih..Cuma karena aku suka banget saat sebastian bilang kata ini ke ciel...suka...sumpah...*mulai gila*

FF ini aku usahain selesai sebelum aku masuk kuliah lagi. Penulisan disini sedikit berbeda ma ff ku yang lain...menurut ku sih..disini aku lebih berani..berani kenapa? Baca aja sendiri..hahah

Douzo..!~~~

The Moon

Malam seperti biasa, langit gelap, bintang, bulan dan angin. Mungkin mereka yang melihat ini akan berdecak kagum dan terbuai sapuan angin malam berserta keindahannya..tapi tidak denganku. Pernahkah tuhan berpikir untuk mencoba langit malam dengan warna lain? Dengan hiasan lain selain bintang dan bulan? Aku bosan melihat langit monoton ini hingga kiamat datang.

Kakiku terus bergerak melawan angin, melawan malam dan melawan keindahan yang ditawarkan alam, mencari kesenangan lain, mencari sesuatu yang tidak membuatku bosan. Perlahan mulai tedengar jelas suara-suara gemuruh dan teriakan kencang. Celah jendela dengan lampu menyala kerlip, aku tau suara itu berasal dari sana.

Mataku menelisik kesegala arah ruangan itu, tempat pertunjukan?

Banyak manusia sampah yang memegang papan nomor dengan panggung sedang tersaji di hadapan mereka semua. Botol-botol wine dan pakaian megah yang mereka kenakan cukup membuatku tau bahwa mereka dari golongan satu, yang menjadi pertanyaanku, kemana sikap angkuh dan anggun yang sering kulihat di opera bangsawan? Yang kulihat sekarang ini hanya sekumpulan manusia sampah yang berteriak gila melihat pertunjukan lacur di atas panggung itu. Panggung dengan back ground jendela bulat besar dibelakangnya, hampir serupa dengan tempatku mengntip sekarang, hanya ukurannya yang lebih besar. Bulan penuh yang besar seakan menjadi back ground panggung itu. Seperti buruh yang baru pertama kali menonton opera kelas dua. Yang membuatku yakin mereka bangsawan hanya gelontoran uang dan emas yang mereka tunjukan sekarang.

'pelelangan ilegal?'

Apa aku harus menelpon pihak keamanan dan melaporkan kegiatan protistusi ini? bagaimana tidak, di atas panggung sana seorang gadis tengah dipaksa membuka seluruh pakaiannya dan digagahi oleh beberapa pria paruh baya, sepantaran ayahnya mungkin. Mereka yang telah sah menawarkan harga beli tertinggi.

'cih, sekali lagi kukatakan mereka semua hanya seonggok daging segar dengan darah yang mengalir di pembuluh.

Sampah!"

Suara riuh terdengar makin kencang, sepertinya barang baru lagi. Entah apa yang terjadi pada gadis malang itu. Sekarang yang kulihat berdiri gemetar di atas panggung adalah seorang bocah. Mungkin sekitar 10 tahun. Air mata sudah mengalir lancar dari kedua matanya yang sembab sejak tadi. Sepertinya bocah ini melihat hal yang terjadi pada gadis kecil itu. Hei, tidak mungkinkan bocah laki-laki ini di cabuli seperti itu di atas panggung. Suara palu yang diketuk terus bersahut-sahutan dengan teriakan jumlah uang dari para bangsawan ini, ternyata aku salah dan juga benar.

Salah karena mengira mereka tidak akan mengagahi bocah laki-laki ini karena kenyataanya saat ini bocah itu tengah kesakitan karena pantatnya yang kecil tengah dibuka lebar-lebar dan hole kecil itu di hujam keras oleh jari-jari lentik seoarang madam bangsawan.

Dan Benar karena dugaanku tepat, mereka memang sampah!

Terus seperti itu yang terlihat, barang baru yang silih berganti keluar dari tirai panggung dan hilang dibalik bilik-bilik kecil di sekitar tempat itu.

Hey, ternyata kaum bangsawan bisa juga menerima bilik kecil sempit dan tak elit seperti itu. Oh ayolah saat nafsu menguasai semua keadaan pasti ditolerir.

Aku mulai bosan, hanya melihat hal tak mengasikan seperti itu. Baru selangkah kakiku menapak udara suara gesekan logam dengan lantai terdengar oleh indra pendengaranku. Kedua bola mataku melirik sekilas ke atas panggung. Barang baru lagi, tapi kali ini lengkap dengan sangkarnya. Ha..ha..ha...

Terlihat seoarang pria tua dengan coat mewahnya menaiki panggung dan meraih microfone yang diserahkan MC. Sepertinya pemilik pelelangan gelap ini. wajah licik dan haus uang itu terlihat menyeringai diterpai cahaya bulan yang samar masuk. Kali ini ku katakan bahwa bulan terlihat jelek jika menjadi latar pria tua ini.

"ini adalah barang terakhir yang akan dilelang bulan ini. barang paling bagus dan paling menarik ha..ha..ha..."pria tua itu tertawa nyaring, terdengar buruk di telingku.

"kutemukan di antara sisa-sisa puing kediaman mewahnya, keturunan terakhir dari keluarga besarnya. Keluarga yang paling berjaya dan baru terdengar kehancurannya beberapa bulan yang lalu karena kematian seluruh pewaris nama besar" pria itu tertawa lagi, kali ini dia mengelus-elus teralis besi di belakangnya.

Teralis gelap yang tidak tertimpa cahaya dibelakangnya. Hanya terlihat seperti bayangan gelap berbentuk kotak. Tapi untukku, itu cukup jelas, seorang tengah terduduk dengan wajah tertelungkup di dalam jeruji itu. Badannya terlalu kecil untuk golongan remaja. Hey, jangan katakan yang di dalam sana adalah seoarang bocah lagi? Malang sekali nasibnya!

"keturunan murni dari para raja yang belum tersentuh darah kotor dan bercampur. Orang yang mungkin jika negara ini berbentuk kerajaan adalah seorang yang bergelar pangeran mahkota, langsung saja kutunjukan pada kalian. Kali ini harganya spesial" pria itu memerintahkan beberapa orang untuk membuka teralis itu, seorang anak buahnya menyerat paksa bocah laki-laki itu untuk keluar.

'akh, aku tidak bisa melihat wajahnya, bocah itu masih menundukan wajahnya!'

Tubuh kurus bahkan terlalu kurus, bisa kulihat tulang keringnya yang menonjol dan rusuk-rusuk yang terlihat dari bungkusan kulit putihnya. Mungkin umurnya 10 tahun. Pria tua itu mencegkram kencang dagu bocah itu, memaksanya untuk mendongak menatap para pelangganya yang berwajah lapar dan penuh nafsu pada bocah tu.

akh, aku tidak tertarik melihat pertunjukan seksual gratis lagi. Lebih baik pergi dan mencari kesenangan lain. Sekilas aku melirik bocah itu untuk terakhir kalinya.

...

...

...

Sesaat aku merasa waktu berhenti, oke berlebihan! mungkin tubuhku yang berhenti bergerak. Bocah itu...'sial, sihir apa yang dipakainya hingga aku tak bisa mengalihkan tatapanku?'

Baru aku sadari, ternyata tubuhnya seindah itu. Kulit putih dengan balutan sedikit daging itu tak membuatnya terlihat buruk. Pipinya yang tirus, sudut bibirnya yang terluka (seperti terkena pukulan), hidung mancung dan yang membuatku tak bisa mengalihkan tatapanku adalah sepasang bola mata coklat yang bertengger indah dengan kelopak matanya dan bulu mata yang lentik.

Indah

Ekspresinya yang tak terlihat, bahkan aku tak melihat sedikitpun getaran dari tubuhnya, matanya yang membuatku tenggelam. Tak kusangka sudut bibirku menarik sebuah senyuman puas.

"aku menginginkannya"

Dia mungkin akan menjadi mainan favoritku, bahkan hanya menatapnya saja aku tak pernah bosan.

'aku ingin memilikinya'

Entah karena terlalu terhanyut oleh tatapannya atau pikiran gilaku yang menginginkan bocah ini, aku melewatkan sesi lelang yang ternyata dimenangkan seorang pria baya dengan baju yang paling mewah. Bibirnya menyeringai kejam pada bocah itu. Kembali sudut bibirku menarik sebuah senyuman, bocah itu tak bergeming. Bahkan dengan berani dia menatap tak peduli pada pria baya itu. Perlahan kulihat pria itu membelai tubuh putih setengah telanjang itu. Semakin mendekat dan merendahkan tubuhnya setinggi bocah itu, kepalanya perlahan mendekat. Bisa kulihat ujung hidung gagaknya menyentuh permukaan kulit putih itu dengan mata terpejam menikmati.

'shit!'

Apa ini? perasaanku tiba-tiba memburuk melihat pria baya itu menyentuh kulit putih mainanku. Aku tidak suka, aku membencinya. Rahangku bergetar kuat kali ini. pria baya itu menyusupkan kepalanya di antara lekuk leher kecilnya.

'shit' darahku mendidih, cukup!

Perlahan tubuhku melayang turun dari atas jendela atap satu-satunya di ruangan itu. Langkahku membawaku mendekati panggung itu, beberapa sudah ada yang menyadari keberadaanku.

"hei, siapa kau? Beraninya orang rendah sepertimu masuk ketempat ini. penjaga!" seorang bangsawa menghardiku kencang. Beberapa penjaga menghalangi langkahku. Di antara celah tubuh pejaga itu bisa kulihat pria baya itu mulai meraba kebagian yang tidak seharusnya.

'Damn!'

Oke! Sekarang aku sangat kesal!

Kugerakana perlahan jari-jariku, sebuah senyum yang tak pernah lepas dari bibirku. Bisa kulihat beberapa bangsawan itu yang menahan liurnya melihatku. Aku tau aku terlalu sempurna! Hingga aku melihat mimik lapar itu berubah sepersekian detik saat melihat kuku tajam yang mulai muncul dari tanganku dan beberapa yang berteriak pelan melihat taring yang mencuat keluar dari bibir merahku. Sekali lagi dapat kulihat pria baya menjijikan itu mulai memajukan bibirnya mencium mainanku dan yang ku ingat selanjutnya hanyalah genangan darah dan beberapa mayat yang sudah tak berbentuk di sekelilingku dengan tangan yang berubah merah. Entah sejak kapan mataku mungkin telah berubah berwarna darah juga. Aku terlalu menikmatinya.

Sekarang di ruangan ini hanya ada bocah itu yang menatapku.

'tuhan, kali ini saja boleh aku menyebut namamu! Bocah ini benar-benar membuatku menginginkannya'

Dia sama sekali tak gentar, pandangannya masih menyisir ke semua arah melihat daging-daging merah yang tadi masih berdenyut sekarang teronggok di lantai. Di depannya, pria baya itu juga tak kalah mengenaskan, bahkan mungkin yang paling bernafsu untuk ku cabik. Tatapannya kembali padaku.

Oke tuhan, kali ini aku benar-benar terpesona oleh keindahan alam-Mu. Dia berdiri di sana di antara puluhan mayat dan genangan darah dengan sinar bulan-Mu yang menjadi latarnya. Sungguh cantik!

Perlahan aku mendekatinya, hanya beberapa senti saja tubuhnya di hadapanku.

'lihatlah! Bahkan aku takut menyentuhnya'

Kuulurkan tanganku, berharap dia juga mengulurkan tangannya dengan suka rela. Tapi kembali dia hanya menatap tanpa mengelurakan suaranya.

"ikutlah denganku" kali ini aku mampu mengucapkan sepenggal kalimat padanya. Dia kembali memandang mataku.

"apa yang kau tawarkan?"

Aku tercengang, dia ingin bernegosiasi denganku? Jelas-jelas dia melihat semua kejadian pembunuhan di depanmatanya dan dia masih memintaku bernegosiasi? Beraninya dia? Ha..ha..ha...entah apa yang merasukiku hingga kalimat ini bisa meluncur dari bibirku

"sebuah perjanjian, kutawarkan kesetiaanku hingga waktumu terhenti"

Dia mengernyit pelan, tanpanya tak begitu mengerti arah pembicaraanku. Dengan sabar dan penuh senyuman (yang entah kenapa tak ingin pergi dari bibirku) aku menjelaskan semuanya, identitasku, perjanjian, dan konsekuensinya. Begitu pula dia yang meberitahukan namanya (hanya namanya)

Aku yang tak pernah menawarkan perjanjian apapun dengan seorang manusia, sekarang dengan suka rela menawarkanya pada seorang bocah. Menawarkan rantai leherku untuk digenggamnya. Tak ada sedikitpun penyesalan karena aku tau aku juga sebentar lagi akan mengenggam rantai jiwanya. Kusejajarkan tubuhku dengannya untuk memulai ritual itu. Sangat pas sekali. Seperti di film-film fantasi yang sering aku lihat, altar berlumur darah dan cahaya bulan (walau sebenarnya tak perlu) aku memulai perjanjian ini. bibirku menyentuh perlahan bagian dada kirinya.

'demi apapun, kulitnya yang hangat terasa begitu nikmat di bibirku'

Sengaja aku berlama-lama mengecup dada kirinya kendati tanda perjanjian itu telah terbentuk di dadanya dan pasti juga dipunggungku. Aku menatapnya sekali lagi. Sebuah uluran lengan mungil mengarah padaku. Demi apapun yang merasukiku, melihat tangannya yang terulur padaku membuat tubuhku terlonjak senang, tanpa ragu aku menyambut tanganya. Mengecupnya sekilas seperti kebiasan para bangsawa pada para lady.

Bukankah aku ingin memilikinya? Dan dia adalah mainanku? Tapi kenapa sekarang aku yang merasa dimilikinya. Dan aku yang menjadi mainanya?

Persetan dengan itu, yang kutahu aku ingin ada di sisi orang ini. persetan dengan harga diriku dan kebebasan...aku hanya tahu bahwa aku tak akan pernah bosan di sisinya...dan sekali lagi kutundukan kepalaku memberi hormat.

"Jae..joong" dia menyebut namaku kagok, membuatku tersenyum sekali lagi

"yes, my lord..."

Tbc...

Yap selesai...beneran baru kali ini aku nulis yang menurutku kasar banget gaya bahasanya dan kata-katanya...tapi demi jalan cerita..yah memang harus seperti ini...sedikit berbeda dengan gaya penulisanku..hahaha...yakin pasti banyak yang mikir bocah ini jae kan? Siapa yah bocah itu?Hahahha...anak kecil itu semuanya cantik lho...bisakah menebak mahkluk apa Jaejoong ini?

Gimana?