Title: Could it be Love?

Disclaimer: punyanya Kishimoto-san…

Pairing: SasuNaru doooonggg… :D ,

Warnings: Mature (language and content)

Summary: Sasuke Uchiha seorang pangeran dengan kesempurnaan melekat didirinya, Naruto sebagai sahabat baiknya, dan Hinata tunangannya, hidupnya datar (sempurna) sampai suatu hari ia mendapatkan surat cinta dari seseorang.


1th Letter : from me to you

Sempurna.

Inilah kata yang selalu disematkan orang kepadanya. Baik itu laki – laki maupun perempuan. Tinggal disebuah kerajaan besar dan termahsyur. Apa yang kurang dari dirinya? Pintar, terhormat, dan tentu saja tampan. Uchiha Sasuke, pewaris tahta kerajaan The Great Konoha.

Kemanapun ia berjalan, semua orang menghormatinya. Sekalipun tidak sedikit yang mengatakan ia orang yang angkuh, tapi siapapun pasti berpikir bahwa seorang pangeran angkuh merupakan hal yang biasa. Termasuk dirinya, ia tidak suka berbicara dengan orang yang baginya tidak penting. Hal yang berhubungan dengan berbicara semuanya dilakukan oleh sekretarisnya Haruno Sakura dan Yamanaka Ino.

Tunangannya, siapa yang tidak mengenal pewaris Klan Hyuuga, Hyuuga Hinata. Cantik, baik hati dan agak pemalu. Walaupun banyak gossip yang beredar bahwa gadis itu menyukai sahabat dekat sang pangeran sendiri, Uzumaki Naruto. Satu-satunya penerus Klan Namikaze-Uzumaki.

Sasuke tidak begitu memperdulikan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, karena pada dasarnya pernikahannya hanyalah bentuk hubungan diplomasi antara Klan terkuat di Konoha, Uchiha dan Hyuuga. Akan membahayakan posisinya sebagai pangeran kalau ia tak mampu mengatur kerajaannya sendiri.

Kerajaan Konoha terkenal makmur dan ketat dalam menegakkan peraturan didalamnya. Angkatan perangnya dibagi menjadi 3 besar: Udara, Darat, dan Air, setiap Angkatan memiliki dua jenis pemimpin, Panglima jendral dan Panglima muda. Naruto sahabatnya, adalah Panglima Muda Angkatan Darat, bersama dengan Hyuuga Neji. Musuh bebuyutan Uchiha. Laki-laki yang seumur hidup paling dibenci oleh Sasuke.

Kebencian yang menurut sebagian besar Dewan Kehormatan Kerajaan maupun orang lain yang diKerajaan dikarenakan Hyuuga Neji adalah pewaris tahta Kerajaan setelah Sasuke. Sebenarnya Sasuke adalah pewaris tahta kedua, dan Neji yang ketiga. Tapi karena Itachi, pewaris tahta pertama pergi entah kemana dan kenapa. Tanggung jawabnya jatuh ketangan Sasuke.

Selain Neji, Orang yang dibenci Sasuke adalah Gaara, Pangeran berambut merah yang sering dijuluki Naruto sebagai the Red-Devil dari Kerajaan tetangga, Sand Land. Penyebabnya, karena ia laki-laki yang paling sering bergaul dengan Naruto selain dengan dirinya.

Kemudian ada Inuzuka Kiba, Ahli binatang kerajaan, yang merawat anjing-anjing sampai dengan Gajah yang ada dikerajaan. Ia dulunya adalah Panglima Muda Darat, satu tempat dengan Naruto, tapi karena hal-hal yang ia benci (karena ia terlalu dekat dan berisik jika dengan Naruto) maka mereka dipisahkan.

Sasuke dan Naruto serta para sahabatnya baru saja berusia 22 tahun, kecuali Neji yang menginjak 24 tahun. Mereka berdua telah berteman sejak mereka berusia 7 tahun. Ketika Minato, ayah Naruto masih hidup dan Naruto diasuh oleh Iruka. Kepala pelayan diKerajaan.

Hari itu setelah diadakan rapat dengan Raja The Great Konoha Uchiha Fugaku yang masih akan menjabat setidaknya hingga 10 tahun lagi. Sasuke berencana untuk mengajak Naruto pergi kesuatu tempat dengan mengajak Hinata. Hubungan Sasuke dan Hinata tidak ada masalah. Kalaupun ada pun hanya satu, keduanya tidak saling mencintai.

Sasuke menyatakan pada dirinya sendiri, ia tidak membutuhkan cinta, yang ia butuhkan hanya tahta Raja The Great Konoha jatuh ketangannya dan yang dapat meringankan bebannya sehari-hari hanyalah dengan mengerjai Naruto. Sekalipun Naruto adalah Panglima Muda, namun didalam Istana Utama Konoha, dirinya tetaplah anak adopsi Kepala Pelayan yang secara tidak langsung adalah pelayannya juga. Walaupun Naruto tetap menolak mati-matian hal itu.

Sasuke yang kembali ke Istana tidak langsung kembali kekamarnya, namun ingin menemui Naruto. Sasuke sampai didepan pintu kamarnya, dan dari Cakra yang ia kenali, Naruto ada didalamnya.

Pintu ia buka tanpa diketuknya-sudah menjadi hal yang lumrah baginya-, didalamnya ia melihat Naruto tidak sendirian, ada Hyuuga –yang Neji tentunya-

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Sasuke yang melihat keduanya saaaaangggaaaattt berdekatan. Sasuke tidak dapat melihat tubuh Naruto, karena jauh lebih kecil dari tubuh Neji.

Neji berbalik kearah Sasuke, "Sedang bersama. Kau buta?"

Sasuke melihat mereka berdua sedang berdiri dengan Naruto didesak kedinding dibelakangnya dengan kepala Neji yang bersandar di bahunya.

"Kau sedang apa, Usuratonkachi!" katanya sesaat memastikan bahwa yang dibaliknya tubuh Neji adalah Naruto.

Wajah Naruto tiba-tiba pucat, ia menendang lutut Neji yang sedang lengah, dan menjauh dari pasangan kerjanya itu. "Neji menyerangku!" teriaknya kemudian bersembunyi dibalik tubuh Sasuke.

Sasuke menatapnya dengan teliti, "Apa yang ia lakukan, Bodoh?"

Wajah Naruto memerah dan Neji kemudia tertawa dengan sangat keras. Sasuke bahkan tidak pernah melihatnya tertawa seperti itu sebelumnya.

"Katakan saja, Nat-chan!" katanya.

"Diam, kau! Neji!" teriak Naruto.

Sasuke menarik Naruto keluar kamarnya, dan menggandeng tangannya menuju kamarnya,, "Dilihat saja orang tahu, Neji sedang mabuk. Bodoh sekali Dewan Kehormatan memilihnya sebagai pewaris tahta ketiga."

"Ia tidak bodoh!" kata Naruto membela Neji.

Sasuke memasuki ruangannya dan membanting Naruto kekasurnya, "Kau membelanya, Dobe?"

Naruto terdiam, ia malas kalau melayani Sasuke kalau ia mulai memanggilnya 'dobe'. Pada akhirnya mereka akan bertengkar kalau ia membalas perkataan Sasuke. Sasuke rajanya, ia hanya pembantunya. Perkataan tuanya adalah segalanya.

"Kau terdiam kucing kecil?" kata Sasuke memancingnya. "Kau harusnya menjawab perkataanku."

Naruto yang bangkit dari kasur, berjalan keluar pintu. "Kau kelelahan Sasuke, seharusnya kau menenangkan dirimu bukan dengan mengataiku, tapi dengan mengistirahatkan tubuhmu." Sasuke menatapnya dengan sangat dalam, kalau sudah seperti ini Naruto akan mengalah. "Baiklah."

Naruto mendekati Sasuke dan menyentuh wajah sang pangeran kemudian berbisik, "Apa yang harus aku lakukan,-" dan ia menelan ludahnya, "My Lord." Sesaat kemudian Sasuke tersenyum dan menyandarkan kepalanya kebahu Naruto.

Sore itu berjalan seperti apa yang Sasuke inginkan, menghabiskan waktunya dengan temannya, pembantunya, bawahannya, dan … -entahlah-. Ia menatap Naruto yang sedang bekerja memisahkan file-file yang harus dibaca dan ditandatangani oleh Sasuke.

Naruto memang seperti matahari, sifatnya, wajahnya, wataknya hingga pakaiannya yang serba orange atau kuning. Ia berbeda dengan Sasuke, yang cenderung gelap dan dingin. Sama seperti Neji. Mungkin itu pula yang membuat mereka berdua 'tertarik' pada Naruto.

The Great Konoha memang dalam keadaan damai. Namun, ketika suatu saat nanti akan ada yang menyerangnya, maka Naruto pun harus ikut turun kemedan perang. Sasuke, sudah tidak akan mampu melindunginya. Sama seperti hari ini ia melindungi Naruto dari Neji.

"Hei, Bodoh. Tadi apa yang Neji lakukan padamu?"

Naruto tidak bergeming, ia tetap memilah file-file yang menumpuk didepannya. Naruto sangat suka membantu Sasuke untuk memilah file, karena nantinya Sakura –pujaannya- akan mendatangi Sasuke untuk mengambilnya.

Naruto menyukai Sakura, selama masa hidupnya hanya Sakura dan Sakura juga selama masa hidupnya hanya menyukai Sasuke. Kadang ia ingin sekali membunuh Sasuke kalau mengingatnya.

Sasuke mendekatinya dan kemudian menendangnya sehingga ia jatuh ditumpukan filenya, "Aku bertanya. Bodoh!" seluruh file dihadapannya berantakan.

"Kau! Aku sudah memilahnya dari tadi dan kau…!" Naruto terdiam, karena Sasuke tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

"Aku tanya, tadi apa yang kalian lakukan!" Naruto benci sekali kalau Sasuke sudah seperti ini. Ia pangeran baik hati darimana? Hanya laki-laki yang sedikit tampan dan tak tahu diri! Narsis! Sombong! Egois! Sok! Menyebalkan! Tampan! "Kau bilang apa, Naruto?"

Naruto mendorongnya dan kemudian mencoba berdiri, "Ia merayuku! Mau apa kau!"

Sesaat wajahnya sangat dingin, "Hah? Praktik seperti itu sangat terlarang bagi negara kita, dan kau bisa dihukum bakar dihadapan seluruh rakyat Konoha, Naruto!" kata Sasuke yang tiba-tiba emosi dan menarik kerah Naruto.

"Bukan aku! Tapi Neji! Neji! Salah kan dia!" katanya menepis tangan Sasuke.

Sasuke geram sejadinya, "Kau pasti yang merayunya!" dan Naruto menjawabnya dengan keluar dari ruangan Sasuke.

Sasuke kesal kalau hal itu terjadi berkali-kali. Sasuke tahu, Naruto bukanlah orang yang lemah. Seharusnya ia dapat memukulnya atau apalah, tapi tadi dilihatpun atau sebelum ini pun sepertinya Naruto menyerah padanya. Dasar sibodoh itu! Tahu Konoha melarang praktik 'homoseksual' karena itu dianggap tabu dan berbahaya bagi perkembangan bangsa, tetap saja ia merayu Neji!

Sasuke sangat dungu untuk hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, ia bahkan tidak sadar Naruto menyukai Sakura. Selama 22 tahun hidupnya, yang dipikirkan hanyalah jauh lebih baik dari kakaknya. Uchiha Itachi, anak pertama Fugaku, pewaris utama Kerajaan Konoha yang diagungkan dan dibanggakan. Serta dijuluki si jenius.

Sasuke memang menyayangi kakaknya saat ia kecil, tapi setelah kakaknya pergi meninggalkannya 8 tahun lalu. Ia langsung membencinya. Apanya yang jenius! Sekali lihat pun kau tahu dia itu punya kelainan jiwa, lihat saja kukunya. Ada laki-laki seperti itu! Dan hal yang lebih membuatnya benci sekaligus melegakan adalah Naruto awalnya akan menjadi pelayan utama kerajaan nantinya.

Sekalipun Naruto saat ini menjadi panglima Muda, namun ketika Itachi benar-benar akan menjadi Raja maka, Naruto secara otomatis akan mendampinginya. Seumur hidupnya disisi Itachi. Sama seperti Minato, yang awalnya adalah kepala Jendral angkatan perang, yang apabila kembali ke istana utama, title nya berubah menjadi kepala Istana, yang bertugas mengatur Istana.

Berbeda dari kepala Pelayan, kepala Istana hanya bertugas menemani ketika raja bekerja maupun ketika Raja menerima tamu kenegaraan. Dapat dikatakan tangan kanan Raja. Sasuke tidak dapat membayangkan Naruto akan melayani Itachi. Hubungan mereka berdua agak aneh menurut Sasuke. Naruto cenderung diam dan patuh pada Itachi. Semenjak mereka kecil hanya Naruto yang mau-maunya diolesi cat kuku oleh Itachi. Lalu kemudian mereka akan memakan es krim juga bersama-sama.

Sasuke melihat sikap kakaknya pada Naruto aneh karena sepertinya ia jauh lebih dekat dengan Naruto dari pada dirinya. Padahal kakaknya termasuk introvert yang tidak begitu memperdulikan sekitar dan temannya Shisui, yang tewas dalam peperangan 9 tahun lalu pun tidak sedekat itu dengan Itachi.

Sasuke sebal dan merasa beruntung karena kakaknya tidak juga pulang. Mau bagaimanapun ia telah ditetapkan menjadi pewaris tahta utama semenjak lima tahun lalu, dan otomatis Naruto menjadi miliknya.

"Milikku, huh?" gumam Sasuke sembari tertawa kecil.

"Ka-kau kenapa, Sa-suke-kun?" tanya wanita cantik yang berambut gelap. Ia sesaat melupakan kalau sekarang ia berada diruang makan, satu meja dengan calon istrinya Hinata.

Sasuke hanya menggelengkan kepalanya, kemudian kembali menatap makanannya. Biasanya mereka akan makan bersama dengan Raja serta Ratu, namum malam ini, minggu pertama dan minggu ketiga dihari-hari tertentu. Sasuke akan mengajak Hinata untuk makan malam bersama.

Sedangkan Naruto yang akan menjaga mereka tidak jauh dari tempat mereka berada. Hal yang sangat disayangkan bagi Sasuke adalah Naruto tidak dapat memasak, kecuali mie Ramen instant.

Makan malam mereka seperti biasanya, tenang dan tidak begitu banyak berbicara. Sasuke terlalu malas untuk mengajaknya berbicara karena Hinata akan menjawabnya terbata seperti orang ketakutan. Ia benci hal itu, padahal ia belum berbuat apapun tapi lawan bicaranya ketakutan setengah mati.

Berbeda dari Naruto, biasanya apapun perkataannya akan dibalas habis-habisan. Cara Naruto menanggapi memang terasa asal dan bodoh, tapi ia tak pernah bosan berbicara dengan sahabatnya itu. Walaupun akhir-akhir ini Sasuke merasa ada yang berubah pada diri Naruto.

Apa yang berubah? Sasuke tidak begitu memahaminya. Ia hanya menatap punggung Naruto yang berada tak jauh dari pintu masuk ruang makan dekat balkon sayap timur Istana. Sasuke bisa melihatnya sedang mengusap-usap pipinya yang mungkin digigit oleh serangga. Atau karena Neji melakukan sesuatu pada Naruto tadi siang dan ia mengingatnya?

Sasuke benar-benar benci pada Neji. Seribu kali pun akan ia cari bintang jatuh untuk memohon agar si mata putih itu mati atau setidaknya menghilang dari muka Easter (bumi versi mereka tinggal) ini.

Hinata menatapnya kebingungan karena ia mendengar calon suaminya itu mendesir perlahan pada makanannya, "A-apakah ada yang salah dengan makanannya, Sa-sasuke-kun?" tanyanya ragu.

Sasuke tersadar bahwa dihadapannya ada Hinata sekarang, mungkin ini waktu yang tepat untuk menanyakan perihal kakaknya itu. Sasuke tersenyum –tentu palsu- "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Hinata-san.-" ia terdiam sebentar menatap ekspresi Hinata, yang terkadang ia sendiri tahu calon istrinya itu mencuri pandang ke arah Naruto melalui kaca yang ia belakangi, "Ini berhubungan dengan Neji. Aku hanya khawatir mengenai perbuatannya pada Naruto akhir-akhir ini."

Sasuke menatap Hinata, ia menyadari kalau gadis dihadapannya itu tidak bergeming mendengar hal itu. Mungkin ia sendiri telah mengetahui bahwa kakaknya memiliki sesuatu terhadap Naruto, "Ya-yang ku ta-tahu, Ne-neji berusaha menjadi pewaris tahta kerajaan karena dukungan dari Na-naruto-kun."

Garis keturunan keluarga Hyuuga akan turun ke Hinata, bukanlah ke Neji. Namun ketika mereka berada di Akademi Angkatan Perang kelas dasar dan akan naik kekelas menengah. Naruto yang bertarung melawan Neji, malah mengucapkan kata-kata yang tidak perlu dan membuat Neji berubah.

Sekalipun Neji tidak langsung menjadi pewaris garis keturunan keluarga Hyuuga, tetapi kemampuannya saat berada di Akademi Angkatan Perang selama 12 tahun hampir dapat dikatakan seimbang dengan Sasuke. Dalam hal ini Sasuke tidak mau mengalah dengan Neji.

Neji merupakan kakak tingkat Sasuke dan dirinya selalu dibandingkan dengan anak laki-laki Hyuuga itu. Sehingga saat penurunan tahta kerajaan Konoha, karena Itachi kabur, dan hanya ada Sasuke sebagai anak satu-satunya. Maka Neji dijadikan sebagai pewaris tahta kedua, dan saat yang sama Sasuke dijodohkan dengan Hinata.

Mereka tinggal diKerajaan, Hyuuga tinggal di Istana sayap barat, Sasuke berada disayap timur, serta Naruto berada di Istana bagian selatan, dekat dengan taman utama kerajaan yang terlihat seperti labirin. Namun jika dilihat dari tower selatan kerajaan akan melihat lambang Kerajaan The Great Konoha dengan Klan penguasa saat itu, yang saat ini adalah Uchiha dan Hyuuga.

Sasuke menatap kembali Hinata, "Tapi, akhir-akhir ini sikapnya mencurigakan, aku merasa kalau dia itu… kau tahu sendiri Peraturan Kerajaan, Dekrit Raja Nomor 13 mengenai hubungan sesama?"

Hinata terlihat gelisah, karena rupanya dirinya pun sebenarnya menyadari hal itu. Kakak sepupunya itu memiliki 'perasaan' pada Naruto-kun, sama seperti dirinya. Tapi mau bagaimana pun Naruto, sangat menyukai Sakura. Walaupun Sakura menyukai Sasuke, calon suaminya itu.

Hinata mengenal Sakura saat dirinya masih menjadi murid di Akademi Administrasi Kerajaan, walaupun saat memasuki akademi menengah Sakura lebih memilih jurusan Kesehatan dan Kesekretariatan. Hinata lebih memilih akademi Etika Kerajaan dan Angkatan Perang, yang membuatnya terkadang bertemu dengan Naruto dikelas yang sama.

Hinata, Naruto, dan Sasuke satu akademi saat mereka kelas atas, yakni Angkatan Perang Darat. Sekalipun ditahun-tahun terakhir Naruto memilih untuk menambahnya dengan kelas Angkatan Perang Air.

Hinata melirik kearah Sasuke, "A-aku tidak tahu. Ta-tapi yang jelas Neji bu-bukanlah orang yang bodoh." Hinata lebih membela kakak sepupunya itu. Ia berpikir andaikan Naruto berada diantara dua pilihan antara Neji dan Sasuke, maka ia lebih memilih Neji. Karena Neji tak akan pernah menyakiti Naruto seperti Sasuke padanya.

Hinata tidak menyukai sikap Sasuke pada Naruto saat mereka berada di akademi. Bahkan sampai saat ini pun, terkadang Sasuke berlebihan dalam memperlakukan Naruto. Walaupun memang benar, Naruto akan menjadi Kepala Istana, yang dalam hatinya Hinata sangat beruntung. Setidaknya ia bisa melihat Naruto setiap hari.

Sasuke meletakkan sendok dan garpunya, "Begitukah. Aku hanya mengingatkan, jangan sampai ada hal-hal yang tidak mengenakkan.-" Sasuke tersenyum menatap Hinata, sekalipun pikirannnya ada di Naruto yang sedang berusaha menangkap nyamuk, "Mau bagaimanapun nantinya Naruto akan menjadi Kepala Istana. Dan tentu saja pelayan-ku." Katanya bernada memerintah.

Hinata, kalau mau jujur ketakutan dengan gaya Sasuke berbicara. Baginya sangat kasar. "Itu kalau kau yang menjadi Rajanya, Sasuke!" katanya tegas, ia memberanikan dirinya. "Kadang aku berpikir, kalau Neji jauh lebih berpengalaman dari pada dirimu."

Sasuke geram kalau ia mulai dibandingkan dengan Neji, dulu jika ia di Istana ia selalu dibandingkan dengan Itachi, dan kalau disekolah terkadang dibandingkan dengan kakaknya itu, maupun Neji. Sekarang, ia dibandingkan pula dengan Neji oleh calon istrinya!

"Hm.. begitukah? Padahal aku ini calon suamimu, Hina-chan. Atau kau diam-diam menyukai kakakmu sendiri? Yah, walaupun itu tak mungkin." Sasuke melemparkan pandangannya ke arah Naruto dan Hinata mengetahui maksudnya. Sasuke sadar Hinata menaruh perhatian lebih pada Naruto.

Hinata sudah tidak tahan, karena ia ingin berteriak untuk memutuskan perjodohan itu. Muak rasanya kalau harus satu meja dengan Uchiha. Padahal kalau menurut Naruto-kun, Itachi-san kakaknya sangatlah baik dan sopan. Walaupun Hinata tidak mengerti mengapa Naruto sering sekali dicat kukunya oleh Itachi-san.

Hinata berdiri dari kursinya, "Aku lebih baik kembali ke ruanganku, karena udara sudah sedikit dingin." Katanya. Kemudian Hinata membalikkan tubuhnya kearah Naruto tanpa memperdulikan tanggapan Sasuke. Tidak ada keraguan dan ketakutan pada dirinya saat itu, ia berjalan menuju Naruto, "Naruto-kun. Bisakah kau mengantarkanku ke ruanganku? Sepertinya udara disini semakin dingin." Katanya sembari tersenyum.

Naruto yang mendengar perkataannya langsung menghampiri Hinata dan melirik kearah Sasuke yang sedang menatapnya, Sasuke akhirnya berbicara "Antarkan Hinata ke ruangannya Naruto, karena setelah ini aku masih ada urusan dan aku khawatir jika ia sendirian." Kemudian tersenyum pada sahabatnya itu setelah melirik tajam pada Hinata.

Naruto tidak mengetahui ketegangan yang sempat terjadi antara sahabatnya dan calon istrinya itu, "Hem-hem… dasar orang yang jatuh cinta! Khawatirnya berlebihan sekali! Hehehehe… Ayo Hinata!" Katanya memandu jalan Hinata sambil tertawa kecil. Tentu saja Naruto tidak mengetahui bahwa Hinata menyukainya, dan berpikir bahwa Sasuke dan Hinata memilih untuk menikah karena mereka diam-diam saling mencintai saat di Akademi –versi Sasuke-

Hinata menatap Sasuke dengan kesal, dan kemudian mengikuti Naruto dari belakang. Mungkin salahnya tidak menolak saat Ia dijodohkan dengan Sasuke. Habis saat itu, Hinata bingung dan Naruto sangat menyukai Sakura. Ia sesungguhnya berharap saat ia dijodohkan dengan sahabatnya sendiri, Naruto akan sedikit cemburu. Tapi mungkin memang bagi Naruto hanya Sakura dan Itachi saja. Hinata tidak mengetahui mengapa ia menganggap bahwa Naruto akan menjadi seseorang yang sangat setia bagi Itachi. Walaupun bukan dalam hal percintaan.

Hinata menatap punggung Naruto yang tegap. Naruto jauh lebih tinggi dari pada saat mereka berada di akademi dahulu. Hinata selalu berpikir, andaikan dirinya yang dicintai oleh Naruto, "Hei Naruto-kun."

Mendengarnya, Naruto memalingkan tubuhnya dengan senyum diwajahnya, "Ada apa, Hina-chan?" Naruto memperlambat langkahnya agar mereka berjalan beriringan. Mereka sedang menuju ke sayap barat, melalui Istana bagian selatan. Naruto sengaja melakukannya, karena ia tahu Hinata suka sekali pemandangan malam yang penuh dengan bintang.

Hinata ragu untuk mengatakannya, "Se-seandainya, ini ha-hanya seandainya. Sa-sasuke-kun dijodohkan dengan Sakura-san. Apa yang akan kau lakukan?"

"Membunuhnya?" katanya simpel dan cepat, seperti tanpa proses berpikir. Hal tersebut membuat Hinata menjadi pucat, melihat wajah temannya itu Naruto segera menambahkan, "Bercanda, Hina-chan. Aku… akan ikut berbahagia demi Sakura-chan." Katanya tersenyum, dan Hinata tidak melewatkan garis kesedihan serta keputus-asaan diwajahnya.

"Ha-hanya demi, Sakura-san? Untuk Sa-sasuke-kun?" tanyanya ragu, yang sebenarnya ingin menambahkan 'untukku, bagaimana?'

Naruto menggaruk-garukkan kepalanya, "Aku pikir, Sasuke akan sedih. Karena ia menyukaimu, jadi…" Naruto menerawang dan menatap Hinata, "Sebenarnya aku merasa aneh saat Sasuke mengatakan ia menyukaimu." Katanya tanpa sedikit ragu. Naruto memang merasa Sasuke tidak memiliki perasaan yang khusus terhadap Hinata. "Tapi, kalau aku yang menikahimu Hinata, derajatmu akan turun. Hahahaha.. jadi, bagaimana ya… entahlah."

Naruto tertawa, dan Hinata hanya tersenyum mendengarnya. Hinata tidak sanggup berkata apapun karena nampaknya Naruto tidak menyukai kemungkinan dirinya akan kehilangan Sakura-san. Hinata perlahan berbisik, "Aku tidak masalah kalau harus menjadi orang biasa, asalkan bersamamu, Naruto-kun…"

"Iya, Hinata? Maaf aku tidak dapat mendengarmu dengan jelas."

Hinata tersenyum, menggelengkan kepalanya dan menunjuk kearah bulan yang bersinar. Sekalipun ia bersedih, tetapi ada sedikit harapan untuknya. Setidaknya Naruto menganggapnya sebagai wanita yang dapat dinikahi, bukan teman, atau bahkan seorang adik.

Sekalipun banyak orang mengatakan bahwa Hinata adalah orang yang lemah dan penakut. Namun untuk hal ini, ia tak ingin menyerah. Bukankah Naruto sendiri yang mengajarkan kepadanya untuk tidak menyerah?

Hinata tersenyum menatapnya dan berharap agar suatu saat nanti mereka dapat berjalan beriringan selamanya. Dan mungkin dua atau tiga anak-anak mereka yang berjalan setengah berlarian dihadapan mereka berdua.

Malam itu Sasuke tidur dengan setengah rasa kesal dengan perkataan Hinata. Terkadang ia berpikir, apakah menerima perjodohannya dengan Hyuuga merupakan suatu kesalahan besar. Ia juga tidak habis pikir, kenapa Hinata saat itu mau dijodohkan dengannya. Mungkin dibalik ini, Hyuuga sedang berusaha mendominasi kerajaan.

Sasuke semakin tidak habis pikir karena mau dilihat dari segi apapun, Hinata bukanlah tipe wanita yang akan memikirkan kekuasaan. Kalau tidak Hinata, mungkin Neji. Sasuke juga benci fakta bahwa Naruto-lah yang mendorong Neji untuk berusaha dan tidak terikat seperti burung dalam sangkar. Padahal, mau sampai kapanpun Naruto sendirinya akan menjadi burung dalam sangkar. Hm…hmm…

Keesokkan paginya Sasuke bangun dengan Naruto sudah ada dikamarnya untuk membangunkannya. Seperti biasa semenjak lima tahun yang lalu. Ia selalu mengeluh agar pernikahan Sasuke segera menikah saja. Karena ia malas kalau harus selalu bangun jauh lebih pagi dari orang lain.

Naruto berdiri didepan pintu, kemudian keluar dari ruangan setelah mengetahui Sasuke sudah bangun dari tidurnya. Biasanya Sasuke akan berpura-pura untuk tidur dan membuat Naruto geram karena dirinya membutuhkan waktu untuk membangunkan Sasuke.

Sasuke mandi dan menggunakan pakaiannya, gelap seperti biasanya. Kontras dengan apa yang selalu dipakai oleh Naruto. "Hari ini, luang 'kah?" kata Sasuke yang berjalan kearah Naruto yang sedang duduk dikursi ruangannya.

Seluruh ruangan dilantai 4, sayap timur adalah wilayah milik Sasuke, hanya orang-orang tertentu saja yang diperbolehkan masuk. Kedua orang tuanya, Naruto, Hinata serta para Pelayan yang membersihkan kamarnya. Para pelayan pun hanya dapat membersihkan ruangannya saat Sasuke tidak ada disana karena Sasuke benci ada kehadiran orang lain.

Dulunya tempat itu adalah milik Itachi dan Sasuke tinggal di lantai 4 di sayap barat Istana yang ditempati oleh Neji. Seluruh Istana terdapat 9 lantai, dimana lantai tertinggi seluruhnya adalah taman dan sekaligus perpustakaan santai kerajaan. Didalam kerajaan juga terdapat ruang bawah tanah, ruang lainnya yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh beberapa orang dalam saja.

Naruto menatap Sasuke, "Kau perlu kubangunkan dengan tanganku, Sasuke? Tolong jangan bermimpi!"

Sasuke duduk disampingnya, dan menikmati secangkir kopi yang dibuat oleh Naruto. Ia menyeringai, "Ternyata kau suka sekali menyentuhku, Naruto?"

Naruto tidak ambil pusing dengan perkataannya, "Entah kenapa kalau dirimu yang mengatakannya, rasanya… aneh. Bisa tidak kembali kesifatmu yang biasanya. Aku benci sekali kalau kau yang seperti ini muncul. Pasti ada sesuatu."

Sasuke hanya tersenyum dibalik cangkirnya, Naruto mengetahui bahwa hari ini akan jadi hari terpadatnya. Ia benci sekali kalau ada hari dimana dirinya tidak mampu mengaturnya dengan baik. Bukan berarti ia payah tapi, seorang pangeran pun perlu duduk santai dan membaca buku seharian penuh.

Dulu ketika Itachi masih ada dan keluar dari Istana untuk menyelesaikan urusan kerajaan, biasanya ia akan belajar diperpustakaan bersama dengan Naruto. Seharian membaca buku atau melakukan sesuatu, seperti berlatih berperang disaat senggangnya. Walaupun Naruto lebih suka tertidur semenjak detik pertamanya membuka buku.

Sasuke sendiri bingung, kenapa Naruto bisa lulus ujian kerajaan dan mampu menjadi Panglima Muda, ia memang menguasai teknik berperang dilapangan dengan baik termasuk bagaimana menggunakan siasat perang. Sekalipun Nara Shikamaru jauh diatas mereka semua, bahkan termasuk Sasuke saat dilapangan.

Shikamaru adalah orang yang dikatakan akan menjadi Jendral Angkatan Perang suatu saat nanti, walaupun Naruto bersikeras dirinya yang akan mendapatkan jabatan itu. Siasat perang Naruto memang mengejutkan, tapi kadang terkesan nekat dan tanpa pemikiran panjang. Berbeda dari Shikamaru yang sepertinya memang ditakdirkan untuk menjadi ahli siasat.

Naruto sendiri juga tidak pandai dalam teori-teori berperang, ia hanya menggunakan intuisinya dalam berperang. Jadi, sampai saat ini Sasuke masih mempertanyakaan kelulusannya dari ujian kerajaan. Mungkin pemikirannya ini dilandasi karena dirinya tidak menyukai saat-saat ketika dirinya sudah ada di Istana dan Naruto masih berlatih uji coba dengan Angkatannya.

"Hari ini, temani aku mencari dokumen yang kuperlukan." Sasuke tidak paham kenapa Naruto suka sekali berhubungan dengan dokumen-dokumen. Sasuke masih saja tidak mengerti bahwa Naruto menyukai Sakura. Naruto memang tidak pernah berbohong pada Sasuke, namun pada saat yang sama dirinya jarang bercerita mengenai perasaannya dengan Sasuke.

Ruangan kerja, para staff kerajaan yang berhubungan dengan dokumen. Berada dipusat pemerintahan yang tidak begitu jauh dari Istana, lantai 3. Sasuke sedang duduk memilah dokumen yang diambilkan oleh Naruto dengan Sakura serta Ino disebelahnya sedang membacakan sesuatu atau –apalah mengenai kenegaraan- yang bagi Naruto merepotkan.

Tapi ia sangat senang, karena ada Sakura ada disana. Walaupun semenjak dirinya masuk keruangan itu sakura tidak pernah sekalipun menatapnya. Sakura hanya melihat kearah Sasuke, berbicara padanya dan tersenyum padanya. Naruto benar-benar ingin membunuh Sasuke kadang-kadang.

Sasuke sudah mendapatkan dokumen yang ia cari, dan mengajak Naruto untuk pergi. Naruto mendatanginya, sesaat ia melewati Sakura ia berbisik pada gadis itu, "Hei, Sakura.. hari ini kau cantik sekali." Sakura memang cantik karena hari itu ia tahu kalau Sasuke akan ada keperluan di pusat Pemerintahan.

Sakura tidak bergeming, karena melihat Sasuke yang bersiap keluar dari ruangannya. Naruto tidak juga menyerah, "bagaimana kalau kita berkencan besok Sabtu?" kali ini Sakura mengalihkan pandangannya pada Naruto.

"Kalau kau bisa membawa serta Sasuke tanpa Hinata, aku bersedia Naruto." Katanya kemudian pergi meninggalkan Naruto dan mengejar Ino yang meneriakinya sedari tadi.

Naruto menghembuskan napasnya, sama saja dengan penolakan lagi hari ini. Karena membawa Sasuke itu sama saja dengan mustahil, dan mengajaknya dalam kencan itu sama seperti nantinya yang akan berkencan adalah Sasuke dan Sakura.

"Hei, Bodoh! Cepat! Sebentar lagi sarapan pagi di Istana akan dimulai!" kata Sasuke yang masuk kembali keruangan karena Naruto tidak juga muncul.

Benar.

Naruto ingin sekali membunuhnya.

Pagi itu setelah menemani Sasuke sarapan, Naruto kembali keruang kerjanya. Ia satu kantor dengan Neji yang partnernya, Shikamaru yang menjabat sebagai Sekretaris Jendral Angkatan Perang, dan Hinata sebagai wakil dari Sekretaris Jendral Angkatan Perang. Keduanya adalah orang berbakat yang pada disekeliling mereka adalah orang-orang yang usianya jauh dari mereka.

Berbeda dari Angkatan Perang lainnya, Angkatan Perang Darat adalah pertahanan utama kerajaan yang langsung berhubungan dengan Angkatan perang pusat dan yang mengatur pula Angkatan Perang Udara dan Air dari kejauhan.

Naruto bekerja seperti biasanya, dan setelahnya ia akan latihan dengan Neji. Mencoba siasat perang dengan Shikamaru dan makan siang dengan Hinata di Istana. Tentu dengan Neji dan Sasuke, walaupun Naruto tidak berada satu meja dengan mereka. Namun, disaat-saat tertentu semisal pekerjaannya menggunung. Maka, Naruto akan makan ditemani dengan Hinata maupun Lee. Lee adalah satuan penjaga Istana garis depan dengan guru kebanggaannya yang serba hijau itu. Ewwww…

Pada malam hari, jika Sasuke belum juga kembali. Maka ia akan menghabiskan waktunya dengan Kiba, Shikamaru, Chouji yang juga termasuk satuan penjaga Istana utama.

"Na-naruto-kun?" panggil Hinata.

Naruto mengalihkan perhatiannya dari Neji dan berjalan kearahnya, "Ada apa Hina-chan?" katanya sambil tersenyum. Hinata dapat melihat Neji memandangnya kesal karena mengganggu pekerjaannya, sedangkan bagi Naruto sangat menyenangkan bisa berhenti bekerja sebentar.

Hinata mengeluarkan suatu buku, "I-ini buku yang kau cari-cari kemarin." Buku cerita mengenai penghianatan.

Naruto memegang buku itu dan tersenyum lebar, "Terimakasih Hina-chan! Hari ini kau makan siang denganku saja! Sasuke pun sedang sibuk ia tidak akan ke Istana hari ini! Akan kutraktir." Katanya bersemangat.

Lalu Neji datang dari arah belakangnya, "Dengan senang hati, Hinata aku akan ikut. Bukankah ada yang perlu kau katakan?" kata Neji yang seenaknya.

"Siapa yang mengajakmu! Kami hanya akan makan berdua!" seru Naruto. Hinata dalam hatinya sangat senang dan berkat latihan pikirannya, ia sudah tidak pingsan seperti dulu ketika Naruto mengajaknya makan siang bersama.

Kemudian Shikamaru tiba-tiba menyela perkataan Naruto, "Baiklah kalau begitu! Kita bertiga akan ikut kau makan siang, Naruto."

"Siapa yang mengajakmu Shikamaru! Lagi pula apa pekerjaanmu sudah selesai! Dari tadi kau hanya tidur 'kan!"

Shikamaru menatap naruto dengan kebosanan, "Lalu apa gunanya aku memiliki wakil yang sangat terampil dan pandai." Katanya melirik kearah Hinata dan Hinata jadi malu karena dipuji.

"Kaaauuuu…memanfaatkan kebaikan Hinata!"

"Itu disebut siasat."

"Itu disebut pemalas dan licik!"

"Kau perlu masuk ke akademi dasar lagi, Naruto." Kata Shikamaru kebosanan. Dan sebelum mereka berempat makan siang, ada sedikit pertengkaran yang terjadi. Seperti biasa.

Malam harinya ketika Sasuke pulang ke Istana, sudah sangat larut dan ia melihat Naruto tertidur disofanya. Sasuke masuk perlahan dan melepaskan pakaian luarnya. Ia berjalan kearah Naruto.

Dilihatnya ia sedang menggenggam erat buku yang Sasuke minta untuk dicarikan. Buku yang sudah sedikit tua, dan tidak ada dikoleksi perpustakaan Istana. Sasuke ingin membacanya disaat senggangnya.

Sasuke menatap wajah tidur Naruto yang sedikit kelelahan. Pasti hari ini ia habis bertengkar dengan Shikamaru. Sasuke tahu, karena dalam tidurnya Naruto mengumamkan nama Shikamaru dan kata-kata makian lainnya. Ia tertegun ketika Naruto menyebutkan namanya, "Sasuke…"

"Kau sedang bermimpi apa, Bodoh." Wajah Naruto kelihatan sangat kesal saat ia menyebut nama Sasuke.

Naruto terdiam sejenak dan berkata, "Matilah…"

Sasuke tiba-tiba kesal dan menendang Naruto untuk bangun. Naruto terbangun kesakitan karena kakinya ditendang oleh Sasuke. Selalu saja begitu. "Bisa tidak kau membangunkan ku dengan cara lain yang lebih baik!" sering sekali ia ditendang oleh Sasuke.

"Seperti apa, Naruto? Seperti Cinderella kah?" tanyanya.

"Snow White, Bodoh! Ini buku yang kau minta. Aku pergi dulu," Naruto langsung pergi keluar ruangan Sasuke, dan kemudian berbalik, "Minumlah susu terlebih dahulu, karena itu akan membuat tidurmu lebih nyenyak, Sasuke." Dan keluar.

Sasuke hanya tersenyum, "Kau pikir aku anak-anak." Dan membuka bungkusan yang melingkupi buku itu.

Hari sudah sangat larut dan ia rasa jauh lebih baik kalau dirinya tidur, karena besok mungkin akan sama sibuknya dengan hari ini. Sasuke meletakkan bukunya yang cukup tebal. Saat ia meletakkannya, Sasuke merasa ada sesuatu berwarna…pink?

Ia mengambil kembali buku itu, dan membuka halaman yang terdapat sesuatu berwarna pink. Ternyata sebuah amplop berwarna pink? Seperti surat cinta saja, pikirnya kemudian tertawa kecil. Mungkin saja ada orang jahil. Sasuke tidak tahu naruto mendapat buku lama itu dari mana.

Ia membuka amplop itu dan didalamnya terdapat surat. Sasuke tertegun, siapa yang memberinya surat, aneh sekali. Apakah Naruto mengatakan pada orang-orang kalau dirinya mencari buku ini, dan banyak gadis yang berusaha mencarinya. Atau surat ini untuk…

Sasuke tidak menyukai pemikirannya yang menyerupai kekhawatiran itu, ia mulai membaca surat cinta itu. Surat yang tidak diketahui ditujukan untuk siapa namun jelas surat ini surat cinta. Sasuke muak membacanya, tadinya ia tidak ingin menyelesaikan membaca surat itu, sampai ada kata-kata yang ia percepat diakhir untuk mengetahui siapa pengirimnya.

Kata-kata itu tidaklah rumit, dan tidak pula panjang. Tapi dari kata-kata simple itu akan merubah hidupnya setidaknya malam ini Sasuke tidak akan dapat tidur.

….

'Aku mencintaimu…..

Naruto'

...

Bersambung~

...