- Ai Wa Itsumo Iedearu Toki -

( Saat Cinta Selalu Pulang )

Sumary : Kau takkan pernah tau kapan cinta akan datang. Dan kau juga tak perlu tau akan hal membosankan seperti itu. Yang perlu kau tau, saat cinta itu datang padamu, terimalah dan jagalah cinta itu sepenuh hatimu.

Pairing : Sasuke x Hinata

Genre : HGTG (Hero Gets The Girl), Drama, Romantic ( maybe ), Friendship ( maybe )

Rating : T

Warning : SI, gaje, alur berantakan, typo, cerita membingungkan, dan semua kesalahan yang sering di lakukan amatiran sepertiku.

Disclaimer © Masashi Kishimoto Sensei

Play your imagination

Enjoy!

.

.

.

Chapter 1 : Beginning!

Cahaya matahari pagi yang menyeruak masuk dari kaca jendela kamarku membuatku terjaga dari tidur lelapku semalam. Kulihat jam beker di meja kecil samping tempat tidurku yang besar ini, jam 06:15. Sudah waktunya untukku bersiap siap pergi ke suatu tempat yang sebenarnya sangat membosankan.

"Sekolah"

Aku bangun dari tempat tidurku, lalu menuju kamar mandi.

Ahh... Air di pagi hari memang sangat menyegarkan, membuat organ organ tubuh ku kembali bekerja dengan baik.

Sesaat kemudian, aku selesai dari ritual mandiku, ku ambil seragam sekolah dari almari besar di sudut kamar dan ku pakai, menyambar tas yang tergeletak di meja belajar yang sebenarnya sangat jarang ku gunakan, dan langsung turun ke ruang makan yang ada di lantai bawah. Aku melihat kakakku sedang sarapan sendirian di meja makan. Tou-san dan Kaa-san tak ada di sana.

"Aniki...kemana Tou-san dan Kaa-san?" tanyaku sambil mengambil dua potong roti tanpa selai dan memasukkannya ke dalam mulutku. Yah, dari kecil aku memang tidak suka selai dan semua yang manis manis.

"Tou-san dan Kaa-san mengunjungi paman Madara di AME, mungkin beberapa hari lagi baru pulang" kata kakakku menjelaskan dan hanya kubalas dengan anggukan pelan. Aku tak kaget, karena Tou-san dan Kaa-san memang sering pergi sesuka mereka dan hanya meninggalkan aku dan aniki di rumah. Dan aku tidak mempermasalahkan itu, toh, kebutuhanku sudah benar benar terpenuhi, dan yang terpenting, kasih sayang mereka tak pernah surut untukku.

.

.

.

06.45 AM

- Gerbang KHS -

Setengah jam kemudian, aku sudah berada di depan pintu gerbang sekolah ter-elite di kota ini, KONOHA HIGH SCHOOL dengan BMW hitam ciri khas keluargaku. Aku mengedarkan pandanganku dari dalam mobil, dan ku dapati seseorang berambut blonde berdiri di luar gerbang sekolah bersama seorang gadis bersurai merah jambu.

"Naruto...Sakura" gumamku lirih.

Mereka berdua adalah sahabatku sejak kecil. Tepatnya saat kedua orang tuaku mengadakan pesta kecil kecilan dan mengundang teman teman mereka, termasuk orang tua dari Naruto dan Sakura. Kalian tau? jika tidak ada mereka di sekolah ini, pasti sekolah ini menjadi tempat yang sangat mematikan bagiku.

Aku keluar dari mobil, melangkah menuju tempat Naruto dan Sakura berdiri. Sakura menyapaku dan kubalas dengan senyuman tipis, sedangkan Naruto mengulurkan kepalan tangannya ke arahku sambil tersenyum lebar, aku tau maksutnya, dan langsung ku sambut kepalan tangan Naruto dengan kepalan tanganku. Itu adalah sapaan khusus ku dengan naruto.

"Ayo masuk!" Naruto mengomando dan tak perlu ku jawab dengan kata kata.

Seperti biasanya, saat aku menuju kelasku, para gadis yang berpapasan denganku menyapaku histeris. Menunjukan senyum mereka yang di mataku sungguh terlihat sangat menggelikan.

Di manapun aku berada, mereka selalu menunjukan senyum penuh harapan itu padaku, berharap agar aku membalas sapaan mereka. Sampai - sampai Naruto pernah berkata padaku.

"Hy teme, sebenarnya aku benci mengakuinya, Demo... aku benar benar iri padamu, dimana-mana kau selalu jadi pusat perhatian para gadis, kau tampan, genius, di tambah kau juga salah satu keturunan keluarga Uciha, keluarga terkaya dan terhormat di konoha... aagghhhh... aku ingin sepertimu!"

Aku hanya tersenyum tipis menanggapi ocehan Naruto. Dia tidak tau, betapa membosankannya menjadi pusat perhatian semu orang - orang. Mereka hanya melihatku sebagai seorang pemuda yang tampan dari keluarga terkaya. Bukan melihatku dari hati mereka, dan aku benci itu.

Tak kalah dengan yang ada di luar di kelaspun sama saja, selalu saja saat aku masuk kekelas mata mereka langsung tertuju ke arahku, berlagak sok manis, sok imut, membuatku terasa ingin muntah, demo, tidak semua gadis di sini begitu, di antara mereka ada satu gadis yang berbeda, saat para gadis menghampiriku dengan segunung harapan,hanya dia yang duduk tenang di bangkunya, saat para gadis memujiku dengan kata kata manis, hanya dia yang diam tanpa sepatah kata. Dia memaksaku untuk berkata

"Dia berbeda, sangat berbeda"

Gadis itu bernama Hyuga Hinata. Berambut hitam panjang sepunggung dengan poni semata. Taukah? Gadis itu sangat menarik perhatianku, lebih dari pada gadis gadis yang sering mengerubungiku tak jelas.

Diam diam aku sering memperhatikannya, saat dia belajar di bangku seberang, saat jam istirahat makan di kantin, saat bercanda ria dengan teman teman gadisnya, dan ada satu kata untuknya,mempesona.

Aku tidak akrab dengan Hinata, sangat tidak akrab. Meskipun Naruto dan Sakura sering mengobrol dengannya dan mengajaknya makan di kantin bersama kami, aku masih tidak bisa membuka pembicaraan untuk lebih mengenalnya.

Entah, aku tidak tau persis apa yang aku rasakan pada hinata, apakah aku jatuh cinta padanya? Apakah aku sedang jatuh hati? Sedangkan aku tak tau bagaimana rasanya jatuh cinta itu.

Aku, belum pernah jatuh cinta, sekalipun belum pernah.

03.30 PM

- Kediaman Uciha -

Hari demi hari berganti, bulanpun juga berubah, 3 hari lagi, akan ada ujian kenaikan kelas, yang dimana bila aku berhasil naik kelas, aku akan menjadi siswa kelas tiga di sini, demo, tak ada persiapan khusus yang aku lakukan, karna bagiku, belajar itu hal yang membosankan dan menyebalkan. Aku lebih suka bermain gitar kesayanganku atau bermain game sepak bola sambil minum jus tomat kesukaanku saat naruto sedang belajar keras di rumahku.

Ya, Naruto selalu belajar di rumahku bersama Sakura. Rumah Naruto dan Sakura memang berdekatan, berbeda denganku yang rumahnya sedikit lebih jauh dari rumah mereka berdua, jadi, Naruto dan Sakura selalu datang kerumahku bersama dari pada aku yang datang kerumah mereka.

Siang ini pun naruto belajar di rumahku, demo, tidak bersama Sakura, saat ku tanyai dia, naruto bilang kalau sakura ada janji terlebih dahulu dengan seseorang. Akhirnya naruto pergi sendirian ke rumahku.

"Teme! Kau benar - benar tidak pernah belajar ya? Aku yang belajar keras seperti ini saja masih dapat urutan ke 5 dari bawah, beri aku tips dong, dari pada kau bermain game terus" Naruto mengeluh padaku. Sepertinya si baka itu sudah mulai bosan karena otaknya tak bisa mencerna rumus rumus fisika yang sedang dia pelajari. Aku hanya menyeringai kecil ke arah Naruto.

"hnn, dobe, kau tau? Kau itu sudah bodoh sejak lahir. Seberapa banyak tips yang aku berikan pun akan percuma" sindirku pada Naruto.

Kulihat wajah naruto berubah kesal mendengar ucapanku, dan aku hanya terkikik. Lalu ku sarankan agar naruto meminta sakura untuk cepat datang kerumahku dan mengajarinya belajar. Sakura pasti sudah selesei dengan urusannya.

Untuk catatan, saat Naruto sedang kebingungan waktu belajar, bukan aku yang bisa menanganinya, tapi Sakura.

Entah kenapa hanya Sakura yang bisa membuat Naruto lebih mudah memahami sebuah pelajaran. Itu terbukti saat Sakura tidak bisa datang kerumahku karena membantu ibunya di rumah. Saat itu aku mencoba untuk menjelaskan sebuah rumus pada Naruto. Dan aku benar benar sudah memutar kata kata yang jika di ibaratkan anak kecil mendengarnya, maka mereka akan langsung paham dan mengerti.

Tapi Naruto benar benar membuatku muak saat itu, dia benar benar bodoh tidak bisa memahami sedikit pun apa yang ku katakan. Dan pada akhirnya, aku menyerah dan menelfon Sakura, lalu memintanya untuk mengajari Naruto lewat telefon. Dua menit berlalu saat Sakura menjelaskan cara memahami rumus rumus itu, dan sungguh penjelasanku dengan penjelasan Sakura benar benar tidak berbeda jauh, tapi anehnya, si baka Naruto itu langsung tersenyum puas tanda dia benar benar paham dengan penjelasan Sakura.

Aneh? Sangat aneh. Aku yang sahabatnya pun tak tau kenapa bisa begitu.

Tidak beberapa lama setelah Naruto mengirim pesan singkatnya pada Sakura, bel rumahku berbunyi dan Naruto langsung berlari ke luar menuju pintu di ruang tamu yang jaraknya lumayan jauh dari ruangan khusus untukku dan sahabat sahabatku.

Aku, Naruto, dan Sakura sering berkumpul di ruangan ini saat mereka berkunjung ke rumahku, bukan, bukan sering, tapi selalu, entah hanya untuk menghabiskan waktu bersama, bermain game, bercanda, mendengarkan lagu baruku, dan apapun yang kami suka. Ini adalah turotori kami, kami boleh melakukan apa saja di sini dan tak ada yang boleh protes tak suka. Dan ini adalah wilayah kami, yang hanya boleh di masuki oleh kami bertiga.

Tidak terlalu lama, terdengar samar samar suara Naruto sedang berbicara dengan seorang gadis.

"Ne, Naruto, di mana Sasuke?" Suara seorang gadis yang sangat ku kenal, Sakura.

"Di sana, tempat biasa" Itu suara naruto.

"Umm, etoo, a-apa ti-tidak apa apa kalau aku ikut?" Hnn? Suara siapa yang baru saja ku dengar ini? Aku tidak kenal suara gadis itu, meskipun sepertinya aku pernah mendengarnya di suatu tempat, apa sakura mengajak seseorang?

"Iie, tidak apa apa Hinata-chan, santai saja"

*DEG*

Hi-hinata? Hinata ikut? Aku benar benar tak menyangka hinata akan datang kerumahku, ekspresi apa yang harus ku tunjukan? Senang? Sedih? atau...tunggu! Kenapa aku jadi bingung memikirkan itu semua?

Agghhh! Aku tidak konsen lagi dengan game yang sedang ku mainkan, permainan ku amburadul, sampai tiba saatnya mereka masuk di ruangan khusus ini,dan...

"hoii temeeeee! Lihat! Gawangmu kebobolan! Baru kali ini aku melihat gawangmu kebobolan! Dattebayo!"

Teriakan Naruto menyadarkanku dari pikiranku yang melayang layang, dan benar, aku kebobolan,bahkan saking tidak konsennya aku, aku tidak sadar bahwa gawangku sudah kebobolan dua kali. kuso ne!

"Wah wah, sepertinya ada yang sedang tidak konsentrasi, xi xi xi" Ucapan Sakura sukses membuatku gelagapan,shikasi, langsung bisa aku kendalikan lagi diriku.

Aku hanya mendecih tak menghiraukan Naruto dan Sakura yang sedang menyeringai di belakangku. Sedangkan Hinata, aku tak tau apa yang sedang di lakukan dan dipikirkan Hinata, aku tak mendengar suaranya.

"Dari mana saja kau Sakura?" Tanyaku pada sakura mencoba menetralkan jantungku yang tadi sempat berdegup lebih cepat dari biasanya.

"Gomen gomen Sasuke-kun, aku tadi ada janji dengan hinata untuk membeli sebuah buku bersama di perpustakaan kota, jadi aku baru bisa kesini sekarang sekalian aku ajak hinata supaya dia tau dimana letak istanamu ini" Kata Sakura yang menjelaskan kenapa hinata bisa ada di sini.

"Go-gomenasai" Suara hinata meminta maaf.

"Yosh! Ayo ajari aku rumus rumus ini Sakura-chan! Aku bingung setengah mati" kata Naruto sambil menata tubuh untuk duduk.

"Huf, kapan kau tidak kebingungan Naruto baka?" Kata sakura sembari duduk di sebelah Naruto dan di ikuti oleh Hinata yang duduk di samping Sakura memutari sebuah meja bundar berukuran sedang yang di gunakan Naruto untuk belajar.

Baru sekali ini aku merasakan grogi, aku tidak konsentrasi lagi dengan gameku, sudah beberapa kali gawangku kebobolan. Padahal hinata sedang belajar bersama Naruto dan Sakura,demo, entah kenapa, aku masih saja merasa grogi. Sepertinya,aku harus mencari ketenangan, aku tidak tahan lagi.

Aku matikan gameku, lalu pergi keluar ruangan.

"Kau mau kemana teme?"

Tanya Naruto yang hanya ku jawab singkat.

"Keluar".

"Mungkin mencari ketenangan"

Sakura kembali menyindirku dengan seringai menjijikannya.

Aaagghhh...apa yang kupikirkan? Kenapa aku jadi salah tingkah begini? Seorang bermarga Uciha sepertiku bisa grogi hanya karna ada gadis Hyuga dirumahnya? Aku benar benar tak habis fikir dengan diriku, sungguh memalukan.

Aku berbelok di tikungan ruangan, aku akan membuat jus tomat terlebih dulu, aku memerlukannya untuk membantuku menenangkan pikiranku.

"Siapa yang sedang ada di dapur? Tou-san dan kaa-san sedang pergi mengunjungi bibi Kurenai yang sedang sakit, aniki juga sedang pergi kerumah Kisame-san, shikasi, seperti ada orang di dapur"

Aku buru buru melihatnya, aku khawatir ada yang tidak beres di sana,demo, sebelum aku sampai di dapur aku mendengar suara seorang gadis sedang bernyanyi ria, sepertinya aku mengenali suara itu, itu persis seperti suara yang tadi ku dengar.

Ku pelankan langkahku dan benar saja! Hinata ada di sana membelakangiku, Hinata tidak tau kalau aku datang dan ada di sini sedang memperhatikannya. Sepertinya Hinata sedang membuat minuman, mungkin untuknya dan Sakura yang baru saja datang.

Aku memperhatikan tingkah Hinata, tangannya yang terampil membuat minuman, rambut panjangnya yang ikut menari ke kanan dan ke kiri mengikuti nada lagu hinata, taukah? Hinata benar benar terlihat anggun.

Aku berjalan mendekati hinata, sangat dekat. Demo, Hinata masih tak menyadari kehadiranku.

Aku ingin menyapanya, aku ingin berbincang dengannya berdua, hanya berdua seperti saat ini. Membicarakan tentangku, dan tentangnya.

Jantungku kembali berpacu lebih cepat.

"He, apa yang kau lakukan di dapurku?" Kuso! bukan itu yang ingin ku ucapkan baka!

Hinata terkejut, spontan hinata membalikan badannya. Kedua tangan hinata yang sedang memegang gelas berisi jus lemon menabrak tubuhku, tumpah membasahi bajuku dan jatuh ke lantai.

Singkatnya, pecah.

"Go-gomenasai, maafkan aku Sasuke-kun, a-aku tidak sengaja"

Sasuke kun? Dia memanggilku begitu?

Hinata mengusap usap bajuku yang basah, lalu berjongkok dan menundukan badannya untuk membersihkan pecahan gelas yang tadi terjatuh karena tidak sengaja menabrak tubuhku. Aku hanya terdiam melihat Hinata berjongkok di hadapanku untuk membersihkan pecahan gelas itu. Demo,entah kekuatan apa yang mendorongku untuk ikut berjongkok, berniat membantu Hinata.

*GREB*

Tanganku menyentuh tangan hinata. Bukan, bukan itu niatku, aku hanya ingin mengambil salah satu pecahan gelas itu dan kebetulan tangan hinata sudah memegang pecahan itu terlebih dahulu.

Itu, tidak sengaja. Sungguh!

Hangat, tangan hinata begitu hangat. Ku rasakan ada yang berbeda di hatiku, aku merasa sangat dekat dengan hinata, sangat dekat lebih dari sekedar teman biasa.

Beberapa menit saat tangan kami saling bersentuhan. Dan selama itu juga kami hanya diam terpaku, tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

Akhirnya ku tarik tanganku dan kembali berdiri. Tanpa sepatah kata aku pergi ke kamar untuk mengganti bajuku, meninggalkan Hinata sendirian di dapur.

"Gomen Hinata"

Aku keluar dari kamar setelah mengambil baju bersih, melangkah ke ruangan tengah, lalu menuju dapur untuk membuat jus tomatku yang tertunda sesaat tadi. Ku rasa, Hinata sudah selesei dan sudah kembali ke ruangan khususku, jadi aku hanya meletakan kaosku di pundak karena belum berniat memakainya.

Shikasi, lagi lagi aku bertemu dengan gadis itu di tengah jalan menuju dapur. Hinata baru saja keluar dari dapur dengan membawa minumannya yang baru.

Hinata kaget melihatku yang bertelanjang dada, dia hentikan langkahnya begitu juga aku. Kami terdiam di tempat masing masing tanpa sepatah katapun, persis seperti saat tangan kami bersentuhan sesaat tadi.

Tempat ku berdiri dengan tempat hinata tidak terlalu jauh, hanya sekitar dua meteran. Dan aku bisa melihat wajah hinata yang mulai memerah dengan jelas, sepertinya hinata ingin berteriak tapi di tahan.

Dan pada akhirnya, Hinata langkahkan kakinya setengah berlari melewatiku yang masih diam di tempatku berdiri.

"Go-gomenna" Kata Hinata lirih saat melewatiku.

"Tunggu!" Gila! Apa yang ku lakukan? Bibir ini terasa bergerak dengan sendirinya.

Hinata menghentikan langkahnya, terdiam tanpa menoleh ke arahku, menunggu ku meneruskan kalimat yang akan ku katakan. Ku lihat helaian rambut indah yang menutupi punggungnya itu membuatku terdiam sejenak.

"Kau tidak perlu minta maaf dan tak perlu malu, anggap saja rumah ini seperti rumahmu sendiri, bukankah kita teman?" Aku bicara sekenanya. Hinata menganggapku sebagai teman walau kami tak pernah serius mengobrol, walau hatiku berharap lebih.

Aku melihat anggukan lemah kepala Hinata,semburat merah terlihat semakin jelas, di iringi senyum tipis yang samar samar muncul di wajahnya.

Aku bisa melihatnya.

Meskipun dari belakang tubuhnya, aku tetap bisa melihat senyum itu. Aku bisa melihatnya jelas dengan cara merasakannya dengan hatiku.

Hinata pun pergi menuju ke tempat Naruto dan Sakura berada. Menuju ke ruangan yang seharusnya hanya kami bertiga yang boleh menggunakannya, sebuah ruangan yang tak boleh seorangpun masuk kecuali kami.

Namun, sepertinya kini bertambah satu orang, dan kami semua tidak keberatan karenanya.

Terlebih aku, aku malah senang dia ada di sini. Sungguh!

"Saat cinta datang menyapamu, apa yang akan kau lakukan?"

- to be continued -

hi guys...I'm newbi in here,this is my first fanfic,Really really first fanfic. I'm just trying to entertain, so, if you like it,read please. ^^

And i just need input, instead of ^^

Don't forget for Read and Review. ( ^^ )v

Segini dulu yang bisa saya tulis,chapter selanjutnya semoga bisa lebih menarik.

hope you like it.( ^^ )b

see you later minna...sayonara ( ^^ )/~~

me,kirito.