REViVE

Disclaimer: Sword Art Online belongs to Kawahara Reki


Teruntuk: Yuuki Asuna.

Halo kau yang ada di sana, apa kau masih hidup?

Aku sekarat—tidak mengerti apa yang hidup inginkan dan mengapa aku tidak cukup baik untuk memenuhi keinginannya. Perangku berhenti sampai di sini.

Meskipun begitu, aku harap kau baik-baik saja, meskipun aku tak bisa menebak. Karena apabila surat ini didapat dari amplopnya yang dirobek, tentunya kautahu aku sudah tiada.

Hei, Asuna. Kaupernah merasakan bagaimana rasanya ketika liku hidupmu berhenti di dasar dan tidak akan pernah berguncang lagi?

Hidup ini jahat, hidup ini yang menjadi sumber dari pusaran kehidupanku. Dengan kontrolnya ia mengatur kita, mengambil semua hak kita. Apa yang kita dapat ini hanyalah tipu daya duniawi. Seolah-olah memberikan pilihan, tapi kemungkinan memilih yang kita dapat sebenarnya adalah nol. Ia mengontrol kita. Ia mengontrol aku.

Sering kali terlintas di benakku, apa mungkin kita menentang takdir. Tapi hei, hal itu tidak mungkin, bukan? Terkadang aku membodohi diri, memikirkan kemungkinan-kemungkinan mustahil yang tak nyata. Begitu banyak pikiran, begitu banyak kalau yang tercipta. Terkadang aku berpikir—

Aku tidak perlu seperti ini.

Aku tidak perlu mati.

Pikiran-pikiran yang menurutku bodoh apabila kau mendengarnya;

Terlintas berkali-kali di benakku untuk mengakhiri hidup.

Tapi seiring berkembangnya waktu—

Aku takut untuk tak hidup.

Membayangkan kematian saja sudah seram, kaubisa membayangkan dirimu berada di dimensi lain dan kau tak punya alamat, kau tidak memiliki kesadaran, dan kau tidak punya tujuan?

Kita kenal apa yang namanya kondisi, mungkin takdir, seperti apa yang kalian bilang. Yah—aku tidak pernah rutin bersekolah dalam waktu yang lama, pengetahuanku tak mungkin seluas milikmu. Oleh karena itu maklumi apa keterbatasan ilmu dan kosakata yang kumiliki. Hahaha.

Sekali lagi mengingatkan; aku sekarat. Aku mati. Aku akan mati. Perlahan-lahan jiwaku akan tak bernyawa. Surat ini bukanlah pengantar kematian, ialah satu-satunya harapan akan mediaku menyampaikan perasaan ini.

Sebagai manusia biasa, apa kita memiliki kekuasaan untuk menentang apa yang ada dalam naskah? Memangnya kita bisa apa? Meskipun menderita, sesedih apapun seseorang, apa yang dapat kita lakukan?

Aku tersiksa, untuk tak bisa hidup sepenuhnya.

Beritahu aku untuk yang terakhir kalinya; apa arti hidup sebenarnya?

Kalau saja untuk mengatakan permohonan ini begitu mudah, aku akan mengatakannya. Jelas. Tegas. Aku akan mengiba padamu. Aku akan memohon, dan aku akan menangis di bawah kakimu untuk itu.

Tolong aku.

Salam manis dari: Konno Yuuki

.

.

End

(silakan baca kembali dari paragraf terbawah hingga paragraf teratas; semoga dapat dimengerti.)