Chapter 1

Will you marry me?

Disclaimer : KHR belong to Amano Akira, but this piece of shit belong to Shinobi.

Pairing : 1417 as 8059

Original concept : 14

Author : Ichinose Kaoru

Summary : Ketika semua kebahagiaan yang nyaris dimilikinya itu terlepas begitu saja dari tangannya. 8059.

A/N : This is dedicated for someone who's unfortunatelly didn't realize it... yet.


Semua manusia hidup untuk mencari kebahagiaannya.

Namun terkadang kebahagiaan itu itu ditemukan pada tempat yang tak teduga.

Ada yang menemukannya pada cinta kasih keluarga,

Ada yang menemukannya pada persahabatan,

Tapi untukku... aku menemukannya padamu.


Malam itu hujan turun dengan deras. Ranting-ranting di pohon saling menggesek satu sama lain diterpa kencangnya angin yang berhembus. Seseorang mengamati derasnya hujan yang turun itu dari balik jendela, Yamamoto Takeshi, sang rain guardian Vongola.

"Apa yang kau lakukan disitu dari tadi yakyuu baka?" tanya Gokudera yang sedang duduk dengan nyaman di atas kursinya. Matanya melirik ke arah Yamamoto dari balik buku tebal yang sedang dibacanya.

Yamamoto menoleh, lalu melangkahkan kakinya perlahan mendekat ke arah Gokudera.

Gokudera mengamati langkah demi langkah yang diambil Yamamoto, sedikit demi sedikit jarak diantara mereka terhapus sudah. Tapi tunggu sebentar, ada sesuatu yang janggal. Ia tidak bisa menemukan senyum bodoh yang biasanya menempel di wajah rain guardian itu.

Gokudera menelan ludah dengan gugup.

"Hayato," panggil Yamamoto serius. Ia menatap Gokudera lurus, nyaris tanpa berkedip.

Wajah Gokudera semakin tegang, ia meletakkan bukunya di atas meja lalu menunggu kelanjutan perkataan Yamamoto dengan wajah was-was.

"Hayato," Yamamoto kembali mengucap nama kekasihnya itu pelan sebelum akhirnya mengeluarkan sekotak kecil bungkusan yang kemudian diserahkannya pada Gokudera.

Bingung-bingung Gokudera tetap menerimanya.

"Apa ini?"

"Kalau kau buka kau akan tahu apa isinya." jawab Yamamoto pelan. Nadanya terdengar seserius wajahnya.

Pelan-pelan Gokudera membuka kotak kecil itu. Sedetik kemudian mulutnya langsung terganga lebar. Wajahnya pun spontan memerah. Kotak itu berisikan sebuah benda sakral; benda yang nyaris tak pernah terfikirkan untuk diterimanya dari seseorang, sebuah cincin.

Belum pulih dari culture shock dari hadiah yang baru saja diterimanya, Yamamoto sudah menambahkan, "Maukah kau menikah denganku, Hayato?"

Dan tentu saja respon spontan yang dikeluarkan oleh Gokudera tidak sejalan dengan isi hatinya. Jawaban 'ya' dari hati kecilnya yang terdalam hilang diselimuti harga dirinya yang setinggi langit. "K-Kau ini gila ya? Malam-malam begini kau mau membuatku kena serangan jantung atau apa sih!" maki Gokudera menggebu-gebu. Namun meski protes ini-itu, nyatanya wajahnya masih saja merah padam. Benar-benar menggemaskan.

Ekspresi bodoh Yamamoto kembali muncul.

"Tentu saja tidak, mana mungkin aku berniat seperti itu."

"Ya terus kenapa kau tiba-tiba menanyakan pertanyaan seperti ini!"

"Memangnya tidak boleh bertanya seperti itu?"

"Bu-Bukan begitu bodoh!" maki Gokudera makin panik. Seperti biasa, ia selalu saja dibuat salah tingkah. Buru-buru ia memalingkan wajahnya dari Yamamoto; salah satu kebiasaannya di kala malu. "Ha-Hanya saja... ini terlalu tiba-tiba."

Yamamoto diam mengamati wajah Gokudera. Sebentar kemudian ia mengepalkan tangannya membentuk kepalan seperti saat mengeluarkan batu waktu suit jepang lalu menepuk pelan tangannya yang lain;seakan baru menyadari sesuatu.

"Ah, tentu saja, aku harus membuat suasana romantis dulu sebelum melamarmu kan?" tanya rain guardian itu sambil nyengir.

Wajah Gokudera makin-makin memerah.

"Si-Siapa yang bilang begitu idiot?"

Yamamoto berlutut di depan Gokudera lalu menarik sebelah tangannya. Lagi-lagi senyum di wajahnya menghilang, berganti dengan eskpresi serius yang biasanya hanya ia tunjukan saat bertarung atau menyakut masalah baseball. Gokudera semakin gugup dibuatnya.

"Hayato, aku-"

Baru saja Yamamoto mau mulai bicara, Gokudera sudah menarik kembali tangannya sambil menutupi telinganya.

"Berisik! Diam kau yakyuu baka! Aku tidak mau mendengarnya!" teriak Gokudera. "Kalau kau ada waktu untuk bercanda seperti ini, lebih baik kau gunakan untuk berlatih agar bisa melindungi keluarga Vongola!"

Yamamoto dengan cepat menarik kedua tangan Gokudera yang menutupi telinganya. Kedua tangan mungil itu lepas tanpa perlawanan.

"Hayato," panggil Yamamoto pelan, namun serius. "Dengarkan aku baik-baik, kali ini aku sedang tidak bercanda. Semua yang kukatakan tadi serius." ujar Yamamoto perlahan. "Mengenai Vongola, percayalah padaku, aku akan selalu berusaha melindunginya dengan seluruh kemampuanku. Namun dibandingkan itu... aku lebih ingin melindungimu."

Gokudera diam tanpa bisa berkata apa pun. Semua kata-kata Yamamoto seakan masuk hingga ke dalam hatinya, mencuri seluruh udara di rongga dadanya dan membuatnya kaku mendadak seperti papan.

"Kutanyakan sekali lagi, maukah kau menikah denganku?"

Gokudera merasa otaknya mulai rusak. Entah karena kebanyakan membaca buku atau karena apalah, sekarang perkataan Yamamoto terus terulang di kepalanya bagaikan kaset rusak. Dan lebih ironisnya lagi, berulang kali sudah perkataan Yamamoto itu terulang, Gokudera belum bisa menjawabnya.

"Hayato?"

Gokudera masih membisu.

Yamamoto menunggu.

Gokudera tetap membisu.

Sang rain guardiannya tersenyum tipis, namun penuh arti. Rasanya seperti sedang memaksakan diri tersenyum. Ia mengambil kembali kotak kecil pemberiannya.

"Maaf kalau ini terlalu cepat. Aku bisa menunggu sampai kau siap menerimaku." ujar Yamamoto sambil nyengir tipis. Tapi tentu saja, dari matanya tersirat perasaan kecewa. Dan melihat itu, hati Gokudera terasa sakit. Sungguh, ia tidak ingin membuat Yamamoto merasa sedih karena mengiranya belum siap.

Sebelah tangan Gokudera menarik kembali tangan Yamamoto. Menariknya hingga nyaris terjatuh lalu menciumnya dengan cepat.

Yamamoto tidak berkedip, kejadiannya berlangsung sungguh cepat. Belum juga bisa bereaksi, Gokudera sudah menarik diri. Begitulah derita orang yang proses otaknya lambat. Padahal jarang-jarang Gokudera mengambil inisiatif duluan.

"Hayato..."

Tanpa berkata apa-apa Gokudera kembali mengambil kotak pemberian Yamamoto. "Ini untukku kan?"

Kali ini gantian Yamamoto yang dibuat membisu. Yakyuu baka itu menatap Gokudera tanpa berkedip. Otaknya benar-benar berkerja lebih lambat dari biasanya. Apakah perkataan Gokudera itu boleh diartikan sebagai jawaban kalau ia setuju?

Beberapa menit sudah berlalu, namun Yamamoto masih terdiam, masih tidak berkedip memandangi Gokudera.

"O-Oi, yakyuu baka, katakan sesuatu! Jangan diam saja!"

"Hayato," akhirnya kata itu terucap juga dari mulut Yamamoto. "Apa ini artinya kau... setuju untuk menikah denganku?"

"Ja-Jangan salah sangka, aku menerimanya karena kau sudah terlanjur membelikannya untukku. Kalau saja kau tidak-"

Bosan mendengarkan semua alasan Gokudera, Yamamoto langsung saja main mencium strom guardian itu. Salah satu cara ampuh untuk menghentikan Gokudera yang sedang 'berkicau merdu'. Ia baru berhenti ketika kekasihnya kehabisan nafas.

"Haaah... Haaah... Kau ini gila ya! Tadi kau mau membuatku mati karena serangan jantung lalu sekarang kau mau membuatku mati kehabisan nafas?"

Namun seakan tidak mendengar, Yamamoto menarik Gokudera jatuh di pelukannya. Mendekapnya erat hingga Gokudera bisa merasakan detak jantung maniak baseball itu.

"Kau tahu Hayato? Aku senang sekali." ucap Yamamoto lembut di telinga Gokudera. Sukses membuat wajah Gokudera memerah hingga kuping.

"Ba-Baka..."


Misi.

Ketika kata itu datang menghampiri maka Gokudera harus berpisah dari Yamamoto. Tentu saja, perpisahan singkat tidak akan terlalu menyakitkan untuk keduanya.

Hari ini Tsuna memberikan misi yang cukup sulit untuk Yamamoto, Gokudera dan Hibari. Ketiganya diharuskan pergi jauh hingga menyebrangi benua. Sebagai tambahan, musuh yang dihadapi pun tidak sembarangan. Kalau saja ketiga orang itu bukan kepercayaan Tsuna, mungkin Vongola decimo itu akan berfikir dua kali sebelum mengutusnya pergi.

Sekarang Gokudera sedang bersiap pergi. Segala perlengkapan yang ia butuhkan sudah siap. Box dan Ring. Ah, tentu saja, bicara tentang Ring, Gokudera langsung teringat akan cincin spesial yang baru dimilikinya selama 3 hari. Cincin pemberian Yamamoto.

Berulang kali Gokudera mengambil cincin itu dari kotaknya. Berulang kali juga ia mengembalikannya lagi ke dalam kotak dan menyimpannya di dalam lemari.

Ambil, kembalikan, simpan.

Ambil lagi, diam sebentar, kembalikan lagi, simpan.

Ambil lagi, diam sebentar, berfikir sejenak, buru-buru kembalikan, mendadak berhenti, ambil kembali, diam, lalu menghela nafas pelan.

Sungguh bodoh rasanya. Sudahlah, daripada bingung Gokudera memutuskan untuk memasukan cincin itu ke dalam rantai dan menjadikannya kalung. Solusi yang bagus. Dengan begini ia bisa tenang memakainya tanpa harus malu ketahuan.

Gokudera pun melangkah pergi, siap mengemban misinya.


Setengah hari... atau mungkin lebih. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan Gokudera untuk menyelesaikan misinya. Tentu saja menghancurkan satu batalion pasukan bukanlah perkara yang mudah. Tapi ingat, dia adalah Gokudera Hayato sang strom guardian dari keluarga Vongola. Apa gunanya selalu mengumbar diri sebagai tangan kanan Tsuna kalau melakukan tugas seperti ini tidak bisa?

Gokudera menyeka keringat yang mengalir di keningnya lalu mengambil sebungkus rokok dari saku celananya. Sebentar kemudian ia menghembuskan asap rokok yang keluar dari mulutnya. Nikmat rasanya menikmati sebatang rokok sehabis menyelesaikan misi.

Kalau sudah menghabiskan sebatang rokok itu Gokudera berniat pulang, ingin segera kembali dan melaporkan hasil misinya. Ingin segera bertemu Yamamoto.

Namun sayangnya sebelum rokok itu habis menjadi abu, seorang musuh yang ia kira sudah berhasil ia kalahkan kembali bangkit. Kembali menyerang hingga nyaris menebas tubuhnya. Untung Gokudera cukup gesit untuk menghindar. Pedang itu hanya berhasil membesit bajunya hingga sobek.

Selama ini Gokudera tidak pernah lengah saat menjalankan misinya. Biasanya sekalipun musuh kembali bangun tanpa diduga seperti yang terjadi sekarang, ia tidak panik dan dengan tenang kembali merobohkannya.

Biasanya.

Namun tidak kali ini.

Kali ini, untuk pertama kalinya dalam hidup Gokudera ia melakukan kesalahan kecil yang bodoh. Lengah.

Satu alasan; bersamaan dengan pedang musuhnya menebas hingga merobek stelan jas yang ia kenakan, pedang itu ikut memutuskan rantai kalung Gokudera. Spontan, Gokudera mengendurkan pertahanannya untuk mengambil cincin yang nyaris terjatuh ke tanah itu.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh musuh untuk melakukan aksi bom bunuh diri. Ia meledakkan dirinya sendiri dengan bom dengan satu tujuan, membunuh sang storm guardian.

Gokudera kehabisan waktu untuk menghindar.


Yamamoto kembali menyarungkan pedangnya. Selesai sudah misinya, meski terlambat dari jadwal.

Normalnya Yamamoto akan merasa tenang karena dengan begini ia bisa kembali pulang. Bisa kembali ke tempat dimana 'keluarganya' menunggu. Bisa kembali ke tempat Gokudera.

Namun kali ini, mendadak hatinya gelisah. Bukan karena memikirkan misinya, bukan juga memikirkan keterlambatannya, ada sesuatu yang lain dari itu. Mendadak wajah Gokudera terbayang di benaknya. Seketika itu ia mendapat firasat buruk.

"Hayato..."

~TO BE CONTINUE~