Antipode
Levi Ackerman x Eren Jaeger
Rating T untuk sekarang
Saya hanya buat cerita, karakter dan lain lain milik
Hajime Isayama.
Levi melihatnya lagi. Remaja bersurai cokelat tua duduk bingung termangu di depan emperan toko. Ia mengenakan kemeja putih lusuh dengan wajah cemong bekas terkena cipratan bencah, mirip sekali dengan seekor anjing yang dibuang oleh pemiliknya. Hanya ada satu hal yang menarik perhatian Levi sampai saat ini,mata hijau zamrud yang dimilikinya.
Hari ini hujan deras melanda daerah Tokyo. Akhir akhir ini cuaca memang kurang bersahabat, hari ini hujan deras esoknya panas menyengat,sangat tak menentu. Levi sedang menunggu hujan reda di kafe kantornya, duduk sambil menyelipkan rokok di bibir pucat miliknya. Dia sengaja duduk di dekat jendela, agar bisa melihat si bocah bermata hijau yang sejak kemarin menarik perhatiannya. Anak itu masih di tempat yang sama, sambil memejamkan matanya menghadap langit,seolah ingin merasakan lebih tetes deras air hujan yang jatuh membasahi wajah serta jelas bahwa dia sangat menyukai hujan.
Levi mematikan puntung sisa rokok kemudian melepas jas hitamnya. Remaja itu kini duduk di dekat lampu jalan setelah diusir bibi pemilik toko, duduk dengan tatapan kosong melihat kendaraan berlalu lalang dihadapannya. Sesuatu menghalangi derai hujan yang turun membasahi rambut maupun wajah sang bocah. Dia mendongak, terkejut melihat payung transparan yang menjulang diatasnya.
Levi datang dengan memegang sebuah payung serta jas hitam di pundaknya. Ini pertama kalinya ia peduli dengan seseorang bahkan yang tak ia kenali. Levi sendiri juga tidak tahu siapa yang menggerakkan hatinya atau memberikan ide untuk menolong anak itu, karena Levi sendiri terkenal dengan julukan si pangeran es. Dipanggil pangeran karena wajahnya yang tampan namun kurang tinggi dan es karena ia begitu dingin dan kasar kepada orang disekitarnya.
"Pakailah nak, lain kali kau harus mencari tempat yang teduh" Levi merentangkan jasnya dengan satu tangan kemudian menaruhnya di pundak bocah pemilik mata hijau itu.
Eren tercengang saat Levi datang dan memakaikan jas hitam ke pundaknya. Ia bingung sekaligus malu, Levi sudah seperti pangeran tampan yang sedang turun dan berkampanye memberikan sembako kepada rakyat jelata di pinggir jalan, bagi Eren.
Kedua mata mereka saling bertemu, mata hijau asri dengan mata hitam kelabu. Tatapan Levi bagi kebanyakan orang memanglah dingin dan tajam, tetapi entah mengapa Eren merasa terselip kehangatan diantara dua bola mata hitam Levi yang menyeramkan itu. Itu terbukti dari cara Levi menatap kedua mata Eren, berbeda dengan cara ia menatap orang lain.
Sebaliknya, Levi menganggap mata hijau Eren memanglah sangat indah dan baru kali ini ia melihat warna hijau yang sehijau bola mata Eren. Tetapi pancaran mata Eren saat ini kosong dan hampa. Berbeda saat ia melihat ataupun merasakan hujan turun. Mereka berdua saling tatap cukup lama.
Levi kini mengenakan kemeja putih berlengan panjang dengan dasi yang sudah mengendor serta celana hitam panjang. Kemeja yang ia kenakan agak sedikit ketat sehingga menampakkan lekukan otot punggung dari badan atletis yang dimiliki Levi, meski tubuhnya pendek.
"Te-terima kasih tuan, tapi aku tak apa... Jas mahalmu ini nanti akan ikut menjadi kotor." Suaranya agak serak, mungkin karena kurang minum Akua.
"Siapa namamu bocah?" tanya Levi modus.
"Namaku Eren tuan, Eren Jaeger.. Maaf tapi- "
Kata kata Eren terpotong karena teriakan seorang wanita yang memanggil nama Levi. Rambutnya diikat, kacamata kotak dan pakaiannya agak aneh, poncho dengan bentuk yang mirip dengan katak orang sekitar memandangnya dengan tatapan aneh.
"Levi! Sedang apa kau hujan hujanan disana?!" Teriak wanita ini sambil melambaikan tangan ke arah Levi.
"Tutup mulutmu Hanji. Kurasa sebentar lagi mata mu akan buta, apa kau tak lihat payung yang aku pegang saat ini?"
"Kau ini bisa saja, siapa anak ini? Apa dia kekasih barumu? Yang selama ini menjadi perbincangan? Kenapa kau tak cerita padaku.."
"E-eh.. tidak nyonya.." sahut Eren gugup,
"Sudahlah Levi, kau sudah tak bisa menyembunyikannya lagi dari ku. Kau kira aku baru mengenal mu satu atau dua bulan hah?" kata Hanji sambil mensikut tangan Levi sambil tertawa, padahal tidak ada yang lucu.
"Aku mau kembali, rapat sebentar lagi dimulai. Aku bukan kerbau seperti mu, yang kerjanya hanya tidur di pantry"
Levi pergi meninggalkan mereka berdua pergi menuju kantornya. Hanji juga menyusul dari belakang. Sebelumnya Hanji menyunggingkan senyuman kepada Eren dan bocah itu masih diam canggung dengan pupil matanya yang melebar. Kini hanya ada Eren dengan jas hitam dan payung Levi yang dikenakannya. Eren merasa sungkan dan bingung mengapa tiba tiba seorang paman tak dikenal memberinya jas mahal seperti ini ditambah lagi dengan teman aneh yang dibawanya.
Eren pergi menuruti perkataan paman Levi , mencari tempat berteduh.
"Hei Levi, Jadi benar kata Isabel kalau kau kini sedang jatuh cinta?" Levi diam tak mengacuhkan perkataan Hanji, sambil minum segelas air.
"Kalau benar, Tipe mu tidak berubah Levi. Selalu yang berwajah manis dan lugu, apalagi bola matanya seindah batu zamrud."
"Levi kalau kau hanya iseng belaka lebih baik berikan kepada ku saja, aku bisa menggunakannya untuk jadi model pakaianku."
Hanji sengaja mengatakan itu untuk menggoda Levi. Levi terakhir kali berpacaran dengan seorang wanita bernama Petra Ral. Namun hubungannya tak berangsur lama, hanya sekitar 1 tahunan. Mereka putus karena Petra ketahuan selingkuh di sebuah bar.
"Coba saja kalau kau berani, kacamata busuk."
Hanji tersenyum lebar seperti kucing yang ada di Alis in Wonderland. Ia sudah terbiasa mendengar makian atau cacian yang diberikan Levi kepadanya, mengingat Hanji sudah berteman lama dengan Levi.
"Itulah yang kusuka darimu Levi."
Kemudian salah satu pemimpin dari perusahaan Sina Corp memasuki ruang rapat. Erwin Smith, merupakan seorang pendiri Sina Corp bersama dengan Levi Ackerman dan juga Farlan Chruch. Namanya termasuk ke dalam kategori 20 pebisnis muda yang menjanjikan urutan ke tiga versi majalah Maria. Erwin sendiri punya wajah tampan wibawa juga postur tubuhnya yang tinggi membuat siapa saja terpesona dengan karakternya yang karismatik dan juga ketampanannya.
Erwin memulai rapat dengan membahas tentang strategi pemasaran yang akan mereka gunakan selanjutnya. Ruang rapat kali ini dihadiri para perwakilan setiap divisi, sebagian datang karena takut kena omelan pak kepala Keith sisanya lagi datang karena keranjingan ingin cari muka, agar cepat naik tingkat atau hanya sebatas ingin melihat wajah rupawan para pemimpin mereka.
Levi disebut sebut sebagai otak dari perusahaan. Siapa yang tak kenal dengan Levi Ackerman di perusahaan ini,mungkin hanya anak kemarin sore. Meski jabatannya masih di bawah Erwin tetap saja ia disegani oleh seluruh karyawan, seperti mereka menyegani Erwin. Erwin Smith adalah direktur utama perusahaan sedangkan Levi memegang jabatan komisaris di Sina Corp.
Langit malam hari ini tampak redup, tak ada bintang cerah yang mengkilap di langit Tokyo, karena habis diguyur hujan deras sore tadi. Levi memandang langit luar, tak begitu peduli dengan apa yang sedang mereka bicarakan sekarang. Bosan, bosan dan bosan itulah yang saat ini dirasakan Levi. Sebenarnya kalau boleh jujur, Levi tak begitu menyukai rapat rapat seperti ini.
Rapat akhirnya berakhir tepat jam sembilan malam. Para karyawan kelelahan, membereskan barang barang mereka beberapa juga terdengar menghela nafas serta mengumpat. Termasuk Levi.
"Levi, apa kau ada acara setelah ini?" kata Erwin saat ruang rapat sudah kosong dan hanya diisi mereka berdua.
"Tidak."
"Apa kau ingin menemaniku minum hari ini? Kau tahu, kita sudah jarang minum bersama."
Levi diam saja sambil menyesap kopi hitam kesukaannya. Erwin menganggap diamnya Levi sebagai tanda hijau.
Mereka turun bersama menggunakan lift. Beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka dengan sopan membungkuk atau menyapa. Erwin membalas dengan senyuman manis atau sapaan balik sedangkan Levi ia hanya menatap datar atau hanya sedikit mengangguk. Walau begitu tak sedikit karyawati yang jatuh hati terhadap pesona Levi.
Levi dan Erwin pergi menuju parkiran mobil sambil sedikit berbicara. Terdengar hentakan kaki seseorang berlari kecil kearah mereka.
"T-tuan Levi?"
Hai semua,
terima kasih yang sudah mau baca fanfiksi pertama saya, hehe. Saya penulis amatir jadi mohon maaf apabila ada kata yang 'kurang klop' atau cerita yang agak aneh wgwgw. Mungkin disini Levi nya saya buat sedikit 'hangat' tapi nggak ngilangin kesan dinginnya kok.
Jangan lupa review nya yaaa.
