Halo para senpai sekalian~
Salam kenal, saya anggota baru di fandom ini, mohon kerja samanya~
Saya tidak terlalu pandai bicara, jadi to the point saja, ya.
Semua karakter dalam cerita ini bukan punya saya (biarpun ngarep), saya cuma penulis alur skenario!
Kalau ada kesalahan, mohon maaf.
Selamat membaca~
~0o0o0~
"Sudah kubilang 'kan? Jangan pernah beritahu orang lain. Sayangnya kalian masih nekad untuk melakukannya. Karena itu, mulai sekarang gunakan waktu yang ada sebaik – baiknya sebelum kalian 'pergi' jauh dari tempat ini" - Yesung.
~0o0o0~
Black Destiny
Karakter:
Cho Kyuhyun, Lee Donghae, Choi Siwon, dan Lee Sungmin sebagai pemeran utama
Yesung sebagai ?
Kim Kibum sebagai ?
Leeteuk sebagai ?
Kim Ryeowook sebagai ?
Sisanya menjadi pemeran sampingan
Sinopsis: "Apa kalian ingin dengar sebuah cerita?" Tanya Yesung, Art of Voice. Kyuhyun dan Donghae mengangguk, mereka tidak punya pekerjaan lain untuk menghilangkan rasa bosan. "Kalau begitu kalian harus berjanji untuk tidak menceritakannya kepada yang lain, bila tidak kalian dan orang itu akan dikutuk."
Kibum tiba – tiba tersenyum. "Siwon hyung, Sungmin hyung, kalian pernah dengar apa itu Black Destiny?" Keduanya hanya menggeleng. Senyuman di wajah sang dongseng semakin lebar. "Oh. Kalau begitu, jangan pernah cari tahu atau hyung akan didatangi berbagai macam 'hujan' ketidak beruntungan."
~0o0o0~
"Kenapa? Kupikir kalian tidak perlu tahu apa alasan yang ada dibaliknya. Kalau kulakukan, sama saja aku membiarkan kalian berdua untuk mengetahui kisah asli yang tersembunyi dibalik cerita yang berjudul Black Destiny itu." - Kibum.
~0o0o0~
"Kyu, apa kau percaya dengan cerita Yesung hyung yang kemarin?" Seorang namja dengan tinggi standart bertanya. Ia memalingkan wajahnya ke arah namja lain yang sedang sibuk dengan PSP. Ia adalah Lee Donghae.
"Ya, ini zaman di mana teknologi sudah maju. Tidak ada yang namanya kutukan, hyung." Jawab namja yang menyandang nama Cho Kyuhyun. "Lagipula, Yesung hyung 'kan memang aneh dan suka ngerjain orang."
"Yesung hyung bukan kau, Evil."
"Hah, pokoknya aku tidak percaya, Fishy."
Brak. Pintu asrama terbuka lebar. Tampak seorang namja memakai kemeja hitam dengan rompi merah tua. Kedua tangannya membawa barang belanjaan yang tidak bisa dibilang sedikit. Ia langsung menuju dapur.
"Ya! Wook-ie, kau terlalu cepat! Tunggu aku!" Tak lama terdengar suara yang berasal dari namja penyuka warna pink. Semua orang pasti tahu kalau dia adalah Lee Sungmin.
Kyuhyun dan Donghae yang berada di kamar langsung beranjak keluar. Mereka melihat Ryeowook melesat dengan Sungmin di belakangnya menuju dapur. Mata mereka juga menangkap bayangan yang amat familiar. Choi Siwon, namja tersebut juga ikut di belakang.
"Kok rasanya banyak amat yang ke dapur." Celetuk Donghae sambil celingukan.
"Mungkin mau masak bareng." Jawab Kyuhyun dengan asal. "Ah, sudahlah, aku mau melanjutkan permainanku yang tertunda tadi. Panggil saja kalau yang lain sudah mau makan malam." Kemudian ia mendorong hyung-nya keluar dan menutup pintunya.
Donghae mendengus kesal. "Di sini yang jadi hyung itu aku apa si anak evil itu sih?"
Merasa tidak ada kerjaan, ia melangkahkan kaki menuju dapur. Lagipula dia penasaran dengan apa yang akan dimasak untuk makan malam hari ini. Apa lagi ada Siwon, namja kuda itu tidak bisa masak 'kan?
Di jalan, ia berpapasan dengan Kibum. "Donghae-hyung, apa Yesung-hyung sudah pulang?"
"Ani." Balas Donghae sambil melihat ke pintu depan.
"Oh, kalau begitu aku ke kamar dulu, ya." Namja itupun melangkah pergi.
~0o0o0~
"Tetaplah berjaga, jangan sampai kau membiarkan dirimu dibawa pergi oleh rasa keingintahuanmu itu. Bila tidak, akan datang seorang malaikat berbaju hitam untuk memberikan 'tanda' kematian." - Kibum.
~0o0o0~
Makan malam berjalan dengan tenang. Semuanya terlihat biasa – biasa saja.
Sungmin langsung menuju ke kamarnya tanpa mampir. Direbahkannya badannya yang letih ke atas kasur empuk berseprai pink. Dipeluknya guling kesayangannya dengan erat. Ia merasa seperti di atas awan, oh, bukan, tepatnya di surga.
Cklek. Suara pintu dibuka terdengar jelas. Kyuhyun masuk dan melihat hyung kesayangannya berbaring di kasur. Sungmin sedang menutup kedua mata caramel-nya. Niat usil mendadak muncul di kepala.
Pelan, namun pasti, Kyuhyun mendekat ke kasur dan…
"AAAAAAAAAHHHHHHHH!" Seisi kampung langsung terlonjak kaget.
"Ada apa?!" Leeteuk selaku orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh penghuni asrama.
"Kyuhyun-ie mencubit pinggangku!" Teriak Sungmin dengan tidak elitnya.
Krik… krik… krik…
Seluruh member yang ada di sana, kecuali Sungmin dan Kyuhyun tentunya, langsung jaw drop (baca: mangap) sampai seberondong lalat bisa masuk. Dikiranya ada maling atau apaan, tidak tahunya cuma gara – gara pinggang dicubit!
PLETAK
"Aw! Appo!" Kyuhyun, evil magnae, mengaduh saat Heechul menjitak kepalanya.
"Jangan suka buat keributan di malam hari seperti ini." Hankyung langsung membuka mulut sebelum namja cantik (baca: Heechul) mengeluarkan kata – kata sepedas cabe rawit. "Yang lain jadinya terganggu 'kan?"
Kyuhyun cemberut, Sungmin elus – elus bagian pinggang yang habis dicubit. Yang lain keluar setelah masalah(?) selesai.
"Gara – gara Minnie hyung teriak, aku jadi kena marah deh."
"Ya, itu juga karena ulahmu, magnae."
"Tapi enggak usah teriak juga 'kan?"
"Siapapun juga pasti teriak kalau pinggangnya dicubit keras."
Kyuhyun mendengus lalu membalikkan badan, ngambek. Sungmin hanya bisa menghela nafas dan kembali berbaring. Keduanya sama – sama diam hingga 30 menit kemudian.
"Kyuhyun-ie." Panggil Sungmin. Merasa tidak digubris, ia beranjak dari posisinya ke tempat dongsaeng-nya yang manja itu. "Kyuhyun-ie~ jawab dong~" Namja kelinci itu mulai mengguncang – guncang tubuh sang magnae. Namun tetap tak ada jawaban yang muncul.
"Kamu marah sama hyung, ya?" Sungmin terus berceloteh. "Ya, Kyuhyun-ie, mianhaeyo… Hyung minta maaf deh…" Tetap saja anak itu tidak memberikan respon apapun.
Sungmin mendengus. Tangannya menyambar jaket yang tergeletak di pinggir kasur dan keluar, menuju lantai teratas apartemen.
~0o0o0~
"Kalian masih ingin mencari tahunya? Dengarkan aku, jangan ulangi hal itu lagi kalau kalian tidak ingin meninggal 'zona aman'." - Kibum.
~0o0o0~
"Lho, Yesung hyung ada di sini juga?" Namja kelinci tersebut spontan membuka mulutnya.
Yang dipanggil langsung menoleh ke belakang. Dilihatnya seorang memakai syal pink dan jaket abu – abu berjalan menuju tempatnya. "Tumben nih anak pergi ke sini, biasanya ngobrol sama yang lain… Lagi bad mood gara - gara berantem sama si evil magnae kali ya?"
"Jarang – jarang kau ke sini, emang kenapa?"
"Kyuhyun dimarahin sama Heechul hyung dan Hankyung hyung waktu nyubit pinggangku 'kan? Nah, sekarang ini dia ngambek."
Yesung mengangguk mengerti dan kembali melihat ke langit hitam. Sungmin juga melakukan hal yang sama. Mereka saling berdiam hingga beberapa saat ke depan. Hingga salah satu dari keduanya memecah kesunyian malam.
"Hyung tahu cerita tentang Black Destiny?"
Yesung menoleh dan memberikannya pandangan yang sulit diartikan. "Kamu tahu dari mana?" Mata onyx miliknya memancarkan cahaya redup di bawah sinar bintang dan bulan. Aura di sekelilingnya mendadak berubah menjadi dingin seperti es. Ah, bukan, tepatnya seribu kali lebih dingin dari es.
Sungmin yang ditatap sedikit gelagapan. "Eh…dari Kibum-ie…"
Perlahan wajah kaku yang diperlihatkan oleh Yesung melembut. Matanya yang memang sipit semakin sipit karena senyumannya. Tangannya terangkat mengacak surai hitam Sungmin. "Kalau boleh tahu, Kibum -ah ngomong apa ya?"
"Jangan cari tahu."
"Berarti enggak boleh cari tahu, cari tempe aja!"
"Ya! Hyung!"
"Hehehe, dengerin apa kata Kibum -ah, Sungmin-ah." Balas Yesung sembari kembali mengacak surai hitam Sungmin. Yang dielus hanya memonyongkan bibirnya, kesal karena tidak diberitahu. Melihat kelakuannya, Yesung langsung menoel dagunya.
"Mau hyung ambilin jepit jemuran?"
"A-aniya!"
"Kalau gitu jangan manyun terus. N'tar hyung jepit sekalian biar tambah monyong!"
~0o0o0~
"Belajarlah untuk mendengarkan orang lain. Sifat keras kepala kalian itulah yang akan membuat kalian bukan hanya sekedar menderita." - Yesung.
~0o0o0~
"Dasar …sudah dibilang jangan dicari tahu malah ngeyel…" Bisik seseorang dari balik pintu. Ya, dia melihat dan mendengar segalanya. Sebuah seriangaian terbentuk di wajah datarnya.
"Semuanya sudah dimulai." Sebuah suara samar kembali terngiang. Orang itu kembali tersenyum. Ia meninggalkan tempat itu sebelum Yesung dan Sungmin kembali.
Entah dia tahu atau tidak, Yesung sebenarnya sudah mengetahui bahwa ada orang sedari tadi memperhatikan mereka. Tapi namja itu hanya diam, tidak mau membuka suara. Dan ia juga tahu siapa orang tersebut.
~0o0o0~
"Huh, percuma saja. Kalian tidak akan pernah mengerti, sekalipun kalian tahu, kalian pasti akan berharap untuk tidak pernah mengetahuinya." - Yesung.
~0o0o0~
"Capek~" Sebuah keluhan keluar dari mulut seorang Kim Ryeowook. Leeteuk, sang leader yang berada di dekatnya hanya tersenyum lembut. Sekarang ini mereka berada di dapur, sehabis mencuci piring makan malam yang sudah berlangsung.
"Sabar saja, Wook -ie. Sebentar lagi ada hal yang jauh lebih melelahkan." Balas sang ketua sembari meletakkan piring terakhir di rak.
Ryeowook hanya mengendikkan bahu, tanda tidak perduli. "Kira – kira kenapa, ya, hyung,' kejadian' ini terus berulang – ulang?" Tanya sang eternal magnae balik. Matanya menunjukkan sebuah rasa penasaran yang amat besar.
"Hyung tidak tahu. Coba kamu tanyakan kedua 'utusan' yang hendak melaksanakan tugas mereka itu."
"Hmm…kira – kira kali ini Siwon hyung, Sungmin hyung, Donghae hyung, dan Kyuhyun-ie bisa melewatinya tidak, ya?"
Leeteuk berhenti melakukan aktivitasnya sejenak sembari menatap ke arah Ryeowook. Sebuah senyuman yang lebih mirip disebut seringaian terbentuk di wajah angel without wings tersebut.
"Mereka akan baik – baik saja selama mereka tidak tahu apa maksud dari Black Destiny yang sesungguhnya."
_living room, at the same time_
"ACHOOO!" Kyuhyun tiba – tiba bersin. Saking kuatnya, kertas – kertas yang ada di meja beterbangan semua! Belum lagi gendang telinga Siwon dan Donghae nyaris pecah denger suara beledek.
"Woi, Evil, apa ini enggak kurang keras?" Tanya Donghae dengan datar, tidak menghiraukan kertas yang sekarang nemplok dengan indah di rambut spiky-nya.
"SROOOTTT"
Siwon langsung mengambil bantal, menutupi kedua telinganya yang berharga. Donghae tepok jidat.
Eunhyuk kebetulan lewat, dia heran melihat kedua dongsaeng-nya. Sambil membawa – bawa dua buah pisang, ia berjalan mendekat. Yang ada hanya Kyuhyun yang sedang membersihkan isi hidungnya, Donghae yang ngremet – ngremet kertas, sama Siwon yang nutupin telinga sambil komat – kamit.
"Ini anak pada kesambet apa'an?" Pikirnya dalam hati. Kemudian dia menoleh ke arah jam dinding. "Masih jam sembilan, hantu 'kan keluarnya jam dua belas…"
PLOK
"Hyung ngapain berdiri kayak orang pabbo di situ?" Sang Evil Magnae merasa risih dengan tatapan Eunhyuk. Sang hyung hanya diam, tidak bergerak sama sekali. Perlahan tangannya menyentuh dahinya.
"Kyu, kamu enggak sakit 'kan?"
"Hah?"
"Tumben kamu manggil aku dengan sebutan hyung."
Kyuhyun langsung sweatdrop mendengarnya. "Emang ada yang salah, Monkey? Terserah aku dong mau manggil apa." Lanjutnya dengan ketus. "Sungmin hyung ke mana? Kok enggak kelihatan dari tadi?"
"Dia pergi keluar sebentar, krempeng."
"Oh-YA, JANGAN MEMANGGILKU KREMPENG!"
Siwon yang sedari tadi belum melepaskan bantal tercinta, malah tambah duduk ke pinggir, berusaha agar tidak terlibat dengan pertengkaran dua makhluk aneh tersebut. Sedangkan Donghae semakin kesal karena dia dicuekin terus(?).
Yesung berjalan melewati ruang tengah bersama dengan Sungmin. Mereka terlihat seperti sedang bercakap – cakap. Tanpa sengaja, Donghae melihat bayangan samar di belakang lead vocal Super Junior itu. Warnanya hitam dan besar.
"Apa'an tuh?" Batinnya sebelum terkena lemparan bantal dan kulit pisang.
~0o0o0~
Begitulah jalan cerita untuk chapter ini~
Saya mohon maaf kalau ada kesalahan kata maupun alur yang aneh/tidak bagus/monoton.
Untuk yang mau memberi salam dan kritik, silakan mengisi kolom review di bawah *nunjuk bawah*
Untuk para pembaca yang mengirim review atau tidak, saya ucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini *bow*
Arigato gozaimasu~! *melambaikan tangan*
