Assassination Classroom by Yuusei Matsui

.

Maybe OOC, Typo(s), beserta teman-temannya.

.

Silakan dibaca bagi yang berkenan.

.

Aku sudah memutuskan—

"Sensei!"

"Ha'i Kayano-san?"

"Jam mulai pelajaran sudah dimulai. Sensei jangan hanya diam di dekat jendela dan memikirkan hal ero!"

"Sensei ini berpikiran bersih! Sensei tidak mungkin melakukannya!"

"Hee... benarkah?"

"Tentu saja Karma-kun! Apa kau tidak percaya pada sensei?"

"Siapa yang bisa mempercayai monster sepertimu?"

"Kau membuatku terluka Maehara-kun."

"Sensei hanya akan menangis seharian. Kita bolos saja!"

"Waaa! Jangan lakukan itu Nakamura-san!"

"Hahahaha!"

"Hahahaha!"

—bahwa aku akan menghabiskan sisa hidupku yang pendek untuk mereka, murid-muridku.

Aku tidak akan menjadikan ini sebagai kisahku, tetapi kisah mereka. Kisah tentang anak-anak SMP yang menjadi pembunuh untuk menyelamatkan bumi.

Lagi pula, aku sudah memiliki terlalu banyak kisah. Umurku yang kurang dari satu tahun ini tidak akan cukup untuk menceritakan semuanya. Biar kali ini aku menciptakan panggung untuk kisah mereka.

.

.

.

Kelas pembunuhan ini bukan apa-apa bagiku. Semua yang sudah terjadi dan akan terjadi nanti tidak akan membuatku terkejut. Aku sudah bisa menduga kemungkinan terburuk di akhir kisah ini.

Karena itu kuputuskan—

"Karasuma-sensei! Kumohon ijinkan kami bolos latihan sore ini!"

"Tidak!"

"Ayolah sensei, ada pembukaan toko kue baru di dekat stasiun. Hari ini diskon. Ijinkan kami pergi!"

"Tidak berarti tidak Nakamura."

"Kami akan mentraktirmu sensei!" ucap Kurahashi.

Bahkan gadis ini juga mau membolos latihanku?

"Ini hanya sekali Karasuma-sensei. Apa kau tidak ingin melihat kami menikmati waktu yang sedikit ini sebagai murid SMP yang normal?"

Kataoka berdiri dengan gaya congkak. Di sampingnya, Okano yang hanya setinggi bahunya tersenyum lebar penuh permohonan—juga beberapa siswi lain.

"Karasuma-sensei, biarkan mereka pergi."

"Kenapa kau juga ikut-ikutan?!"

"Kupikir mereka akan mentraktirku jika aku mendukung mereka."

"Hee... jadi Koro-sensei minta ditraktir?"

"Ijinkan aku ikut Nakamura-san."

"Tidak akan!"

"Kumohon..."

"Sensei jangan memohon dengan air mata yang menjijikkan itu!"

"Iiiih!"

"Nyuunya!"

—kuputuskan untuk membiarkan mereka menikmatinya sedikit.

Aku terlalu tahu akan dibawa kemana akhir cerita ini. Untuk itu biarkan mereka bersenang-senang dengan target pembunuhan mereka selagi masih bisa.

Selain itu, ini juga bukan kisahku. Aku tidak perlu memaksakan diri menjadi yang terbaik. Sekali-kali sengaja melakukan kesalahan dan kelalaian kupikir tidak masalah.

"Hanya sekali ini saja."

"Terima kasih sensei!"

"Kami berjanji selanjutnya akan berlatih keras!"

.

.

.

Dengan misi pembunuhan ini aku bisa mendapatkan hadiah besar. Selain itu statusku sebagai pembunuh bayaran akan meningkat dan memperbagus karierku.

Untuk memperindah kisah pembunuhanku. Itu yang kupikirkan saat datang ke kelas ini—

"Bitch-sensei!"

"Jangan terus memanggilku seperti itu! Kau tidak tahu betapa sengsaranya mendapatkan julukan itu."

"Tapi kau memang bitch."

"Hmm... begitu. Bagaimana kalau kau merasakan serangan dari wanita jalang ini? Aku akan membayarimu menginap di hotel Maehara-kun."

"Bitch-sensei, jangan menawari murid SMP yang tidak-tidak."

"Bagaimana kalau denganmu saja Nagisa-kun? Kau mau ikut bergabung?"

"E... tidak... aku tidak berminat."

"Aku saja! Ajak aku sensei!"

"Aku tidak tertarik padamu Okajima."

"Kau membuatku patah hati!"

"Jangan katakan hal itu dengan hidung yang mimisan!"

"Seorang bitch memanglah bitch."

"Akan kuajarkan kekuatan dari bitch ini Karma!"

—tapi pemikiran itu berubah saat mulai akrab dengan anak-anak yang memiliki takdir berat ini.

Aku sedikit iri pada mereka, padahal mereka memikul beban untuk menyelamatkan bumi hanya dalam waktu kurang dari satu tahun. Tapi mereka masih bisa tersenyum dan bersenang-senang seperti ini. Aku yang pernah menderita dalam kehidupan yang keras tidak bisa menerimanya. Aku ingin menarik mereka merasakan kerasnya hidup yang sebenarnya.

Sayangnya ini bukan kisahku. Dan kisahku sangat jauh dengan kisah mereka. Aku tidak bisa melibatkan mereka ke dalam ceritaku, tapi aku berharap mereka tidak akan pernah memiliki kisah sepertiku.

Akhir dari kisah ini mungkin tidak akan sama dengan yang mereka harapkan. Karena itu, mungkin aku harus menjadi pendukung agar mereka masih bisa tertawa—walaupun dengan mengorbankan diriku menjadi bahan tertawaan mereka.

.

.

.

Karena ini bukanlah kisahku maka akan aku biarkan mereka membangun kisah yang menyenangkan, tidak seperti kisahku yang—

dijuluki Shinigami yang membunuh ratusan nyawa dan selalu kesepian

hidup dalam didikan keras serta tekanan, hidup yang penuh kompetisi kotor

penuh dengan tipu daya, suram, tidak ada yang memahami, hidup di atas darah orang lain.

Untuk kalian, aku tidak ingin kalian memiliki kisah sepertiku. Jadi, buatlah kisah kalian sendiri yang penuh tawa, kebahagian, perjuangan, kerja keras dan mungkin sedikit kesedihan.

Karena ini bukan kisahku, maka aku akan menjadi pemeran pendukung dalam kisah kalian—tentu sebagai pemeran pendukung yang terbaik.

.

.

.

Owari.