TITTLE: THE OTHER SIDE
CAST : KIM JONG IN, OH SEHUN, DO KYUNGSOO,PARK CHANYEOL
KETIKA JONGIN HARUS BERPERAN MENJADI PRIA SATU RAGA DUA JIWA DAN 2 CINTA. BAGAIMANA JIKA PRIA YANG KAU CINTAI ADALAH MUSUH TERBESAR. DAN DENGAN BODOHNYA KAU TAK PERNAH SADAR TELAH MENYAKITINYA?
HUNKAI, CHANSOO
HAPPY READ~
Terik mentari hari ini lebih hangat dari biasanya, tetesan air dari daun-daun yang terguyur hujan semalam masih terdengar merdu ditambah irama yang mengalun dari cicit burung yang kini hinggap pada jendela besar. Helaian coklat itu mengibas lembut mengikuti pergerakan sang empunya. Ia terduduk di ujung kasur kulit tannya mengkilap tersinari oleh indahnya matahari hari ini. Ia mengucek matanya untuk menstabilkan pengelihatannya. Ia memandang jam di ujung tembok menunjukkan jam 6.30. ia menyingkap selimutnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap menuju sekolah, sekolah barunya. Ia mengancingkan kacing terakhir dari seragamnya, ia membenarkan letak dasinya lalu mengenakan kacamatanya. Ia menarik tas ranselnya dan berjalan menuju meja makan.
"selamat pagi harabeoji" sapanya,
"selamat pagi JongIn-a, apa tidurmu nyenyak" pria dengan seragam yang dipanggil JongIn itu mengangguk sambil mengambil sepotong roti yang telah di bakar. Mereka berdua sedang berada di ruang makan dengan pengawal dan juga pelayan yang mengitari ruangan ini.
"ku harap kau bisa betah tinggal disini dibanding di canada sana" sang kakek yang duduk di kursi roda itu menyeruput kopinya. JongIn adalah pewaris tunggal keluarga Kim kedua orang taunya meninggal saat perjalanan pulang ke Canada. Di Canada JongIn menjadi pria Canada kebanyakan, hidup dengan bersenang-senang, club, wanita dan narkoba. Sebulan lalu kedua orang tuanya meninggalkannya membuat hidupnya sedikit berubah. Keluarga Kim memiliki banyak perusahaan yang legal maupun Ilegal. Itu juga yang membuat seorang Kim JongIn merasakan produk yang dijual keluarganya. Tetapi kedua orang tuanya tak pernah suka dengan perusahaan ilegal dan memindahkan keluarganya ke canada bermaksud untuk tidak teribat dalam perusahaan itu tapi sayangnya kini sang anak harus bisa mengelola semua perusahaan keluarga Kim termasuk perusahaan ilegalnya.
jongIn terdiam sambil memandangi langit melalu jendela mobilnya. Ia lelah ia rindu ia kesepian. Andai kedua orang tuanya masih ada mungkin sekarang dirinya tak harus berada dalam situasi seperti sekarang. Dirinya menghembuskan nafas kasarnya
"tuan muda kita sudah sampai" pria berjas hitam dibalik kemudi itu memberikan isyarat pada JongIn bahwa mobil mereka telah sampa di depan pekarangan Seoul Senior High School. JongIn membuka pintu mobilnya, kaki jenjangnya melangkah keluar lalu menutup pintu mobil sebelumnya ia sudah memberikan perintah untuk tak mengikuti atau mengintainya. Ia melirik ke segala arah melihat keindahan sekolah itu dari gerbang depan.
Knock knock sebuat pintu bergeser berwarna putih susu itu berbunyi, siswa bernametag Kim Jong In itu menggeser sedikit pintu itu dan menyembulkan kepalanya.
"permisi apa ada Cho Saem?" suara husky itu terdengar menggema pada ruangan yang dipenuhi guru-guru yang mengajar di sekolah barunya, seorang pria berkemeja putih dan celana katun yang membalut kaki jenjangnya berdiri rambut yang ditata sedemikian rupa agar menambah kesan tampannya.
"itu saya, ada yang bisa saya bantu" Jongin tersenyum lalu membuka reseleting tasnya mengeluarkan berkas yang diberikan kakeknya tadi pagi.
"saya Kim Jong In, saya murid pindahan dari Canada" Jongin membungkuk hormat
"ah JongIn kau sudah datang rupanya, kau membawa berkasnya bukan?" tanya Cho Saem, JongIn yang memberikan berkasnya, "kau bisa menuju kelasmu, carilah 2-3 aku menyusul belakangan"
"boleh aku tahu jam pelajaran dimulai jam berapa?" Cho Saem nampak tersenyum
"ah jam 8.30, kau ingin berkeliling dulu?" JongIn mengangguk antusias. Jongin melangkahkan kakinya mengililingi sekolah melihat fasilitas yang ada. Menjadi anak Baik tidak buruk bukan setidaknya meninggalkan semua yang ada di Canada ia melirik sebuah ruangan dengan pintu bercat coklat suara dari dalam memekakan telinga. Dengan segala rasa penasaran ia membuka pintu dengan perlahan dan mendapati pria tinggi dengan kulit putih rambut hitam yang basah karena keringat kaos putihnya nampak basah dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Disana Kim Jong In menatap sendu pria itu tanpa sadar musik telah berhenti dan pria yang ditatap JongIn menatapnya balik. JongIn gelagapan lalu membungkuk meminta maaf telah menganggu dan menutup kembali pintu ruangan yang di ketahu sebagai ruang dance. Pria didalam menyunggingkan senyumannya lalu menyeka keringatnya. Ia kembali mengenakan seram sekolahnya lalu menyabet ranselnya.
...
"perkenalkan Kim Jong In imnida" Jongin menatap teman kelasnya lalu membungkuk. Pria di ujung menata sambil menyunggingkan senyumannya
" .IN" pria itu mengeja nama si anak baru "menarik" tambahnya. JongIn duduk dibangku yang terlihat kosong pelajaran dimulai dan JongIn mencatat semuanya seperti bukan dirinya terkadang ia tertawa miris. Dulu bahkan sekali saja ia tak pernah berada lama didalam kelas. Ia akan berada di club atau di atap sekolah. Kini ia bahkan mendengarkan semua yang dikatakan guru tampan di depan sana. Merasa dirinya di perhatikan ia menoleh kebelakang dan mendapati pria yang sedang menatap dirinya. Tak ambil pusing ia kembali mencatat semuanya.
Semua siswa berhamburan keluar untuk setidaknya mengistirahatkan otaknya setelah 2 mata pelajaran yang memakai otak berlebih. Jong In memasukan buku-bukunya lalu berdiri untuk memakan makan siangnya. Sebuah tangan menahan pergerakan JongIn. JongIn menoleh, tidakkah orang ini tahu selapar apa perut jongin sekarang.
"kekantin bersama" senyuman itu membuatnya makin tampan, dengan gugup ia mengangguk. Kini Jongin dan pria yang tak diketahui namanya itu tengah duduk di kursi dekat tangga sekolah sambil menyantap makanan. Tapi sebenarnya hanya pria tanpa nama itu yang asik memakan makanannya JongIn hanya diam menatap cara makannya.
"a..anu bisa ku tahu namamu?" tanya JongIn ragu, pria itu menatap JongIn dan menghiraukan makanannya.
"Oh Sehun, Sehun kau boleh memanggilku Sehun" JongIn terkikik melihat wajah pria yang
"ada yang salah dengan namaku?" tanya Sehun heran, Jong In menggeleng pelan
"tidak-tidak, wajahmu haha lucu" Sehun memberengut kesal, ada apa si anak baru ini mentertawakannya. JongIn mengambil tisu lalu mencoba menghapus noda di ujung bibir Sehun, Sehun terkejut matanya menatap lekat matanya, indah meski kacamata itu menghalangi matanya.
"ah mian" semuanya buyar di tambah teriakan seorang wanita dibelakang, Sehun membuang nafas kasarnya sambil mengambil tisu dalam genggaman JongIn.
"Ya Oh Sehun kenapa kau tak menjawab panggilanku sih?" seorang sisiwi cantik dengan rambut panjang terurai dan rok pendeknya duduk di sebelah Sehun sambil mendempetkan tubuhnya, ia melirik sebentar pria di hadapannya "ah kau anak baru ya" Jong In mengangguk lemah.
"panggilanmu itu tidak penting Irene" siswi bernametag irene itu mengerucutkan bibirnya manja.
"aku kan kekasihmu masa itu tidak penting" Sehun bahkan tak menghiraukan ucapan kekasih atau bisa dibilang kekasih tanpa cinta itu. Jong In mengakhiri makan siangnya ia menutup makan siangnya lalu beranjak dari kursinya
"mau kemana?" tanya Sehun
"perpustakaan, aku mau mencari buku" jawab JongIn sambil menenteng tempat makannya dan dikembalikan pada pemilik kantin. Sehun yang menatap kepergian Jong In hanya diam sambil
"maaf aku akan menghubungimu nanti" ucap Sehun sambil mengecup bibir tipis milik kekasihnya itu.
...
JongIn mengitari semua rak buku untuk mencari buku fisika
"dimana letak buku itu, ku rasa ini rak yang benar" ucap JongIn, ia membaca satu persatu buku yang berjajar rapih di rak sampai sebuah tangan melewati pinggir kanan wajahnya, ia kaget
Harum
"sehun" gumam JongIn saat dirinya menoleh mendapati Sehun yang sedang memejamkan matanya. Sehun sedang menikmati aroma rambut coklat milik JongIn. "Sehun" sekali lagi JongIn mencoba membangunkan Sehun dari tidurnya?.
"ah maaf, ini buku yang kau cari" ucap Sehun menarik lengannya dari rak buku, benar saja ia menemukan buku fisika yang di cari JongIn.
"terima kasih" JongIn tersenyum, astaga someone call the docter jantungnya seakan berdetak lebih kencang dari biasanya. Bibir plum itu seakan mengundangnya untuk
Chup
Tanpa sadar Sehun mendaratkan bibir tipisnya pada bibir tebal milik JongIn keduanya hanya diam terlebih JongIn yang kaget, matanya bahkan seakan mau keluar. Buku tebalnya menjadi penghalang tubuh mereka, ini bukan ciuman pertamanya tapi mengapa rasanya berbeda. JongIn mendorong keras sehun hingga membentur rak buku di sebrangnya lalu ia berlari meninggalkan perpustakan, menghindari sehun.
...
Cuaca seakan berubah mengikuti hati dan perasaan JongIn saat ini, ia diam terududuk di kursi penumpang sambil memandangi hujan yang membasahi seisi kota. Kacamatanya ia buang ke sisinya jari telunjuknya terus memegang bibir bawahnya seakan mengingat lagi kejadian tadi.
"tuan muda apa kita langsung pulang?" tanya sang supir, JongIn melirik sebentar lalu memerintahkan sang supir untuk menepi
"keluar" suara JongIn mengintrupsi sang supir untuk keluar, sang supir membuka payunya dan keluar dari mobil. JongIn mengambil alih kemudi
"pulanglah menggunakan taxi" ucap JongIn lalu mengas mobilnya. Ia mengendarai mobilnya berkeliling kota seoul yang bahkan sedang di guyur hujan. Pemikirannya terus melayang memikirkan Sehun. Kenapa ada pria mencium pria, dan atas dasar apa Sehun menciumnya. Ia berhenti di sebuah kedai coffe ini sudah jam 9 malam entah berapa jam sejak ia berkeliling seoul. Ia lelah dan lapar, JongIn mengenakan jaket tebalnya lalu masuk ke kedai yang ia temui.
"latte dan pancake" sang kasir memasukan pesanan dan menjumlahkan pesanannya. Setelah mendapat dan membayar pesanannya JongIn wajah angkuhnya terlihat jelas setelah ia melepaskan kacamatanya. Ya JongIn kini tak mengenakan kacamatanya. Ia memilih tempat duduk di dekat jendela besar agar bisa melihat mobil-mobil yang berlalu lalang.
"hyung aku pulang ya terima kasih" suara itu seakan mengintrupsi JongIn untuk mengalihkan pandangannya dari suasana luar ke sumber suara. Pria dengan tubuh kecil rambut hitam kulit putih meta besar dan mengenakan jaket tebal yang kebesaran itu berlari kecil menuju pintu masuk. JongIn yakin dia adalah siswa SMP. ia kembali menyantap makananya, serasa sudah kenyang JongIn segera melangkahkan kakinya menuju mobil dan melesat pergi ke kantor setidaknya melihat suasana disana tak masalah kan?. Ia mengendarai mobilnya belum sampai 1 km ia sudah disuguhi teriakan seorang pria. Ia menepikan mobilnya lalu keluar, hujan sudah berhenti sejak setengah jam yang lalu jadi tak perlu payung, ia berlari menuju sumber suara, melirik kesana kemari. Ia memasuki gang sempit dengan tempat sampah yang besar, disana 3 orang pria dengan 1 pria yang keadaannya tidak bisa dibilang baik sama sekali, sudut bibirnya berdarah bajunya robek dan celananya sudah tersingkap entah kemana. JongIn menatap datar ketiga pria yang sepertinya akan menggagahi pria lain.
"kalian menjijikan" ungkapnya, ketiganya menoleh
"apa urusanmu ha? Jangan ikut campur urusan kami jika tak ingin nyawamu melayang" JongIn tersenyum kecut.
"kurasa kalianlah yang seharusnya pergi, atau aku akan memanggil kelompokku" ketiganya tertawa meremehkan
"kelompok apa ha? Kanak kanak? Jangan bercanda" ketiganya meninggalkan tubuh yang tergeletak di tanah, mata bulatnya menatap JongIn nanar, ia berusaha untuk menutup tubuhnya.
"aku sebetulnya enggan mengotori tanganku, tanganku terlalu berharga untuk menghajar kalian semua." Belum sempat ia menghajar ketiganya ponselnya berdering hebat.
"ne,? Ah harabeoji, ya aku akan kesana aku akan menyelesaikan hama-hama kecil dulu sebentar" ketiganya menyeringit mendengarnya. JongIn menutup ponselnya
"kau membuang waktuku" ketiganya menyerang tapi belum sempat tinjuan dan hantaman benda tumpul mengenai tubuh JongIn, ketiganya sudah terduduk lemah memegangi perutnya. Gerakan JongIn sangat cepat bahkan tak terlihat.
"dengar, jika kalian masih berkeliaran disini BlackPearl tak akan segan menghabisi hama kecil seperti kalian" mendengar kata BlackPearl ketiganya membulatkan matanya, berusaha untuk berdiri dan kabur.
"kau tak apa?" JongIn mengulurkan tangannya membantunya untuk berdiri "kurasa kau lebih membutuhkannya" JongIn menutup tubuh itu dengan jaket tebalnya. Mari ku antar kau pulang. Niat mengantar pulang tertunda saat suara perut si pria mungil disebelahnya berkumandang, JongIn tertawa lalu menepikan mobilnya di sebuah toko makanan keliling di sebalah taman. Ia meminta si pria mungil untuk memilih makanan sedangkan dia berlari menuju supermarket terdekat. Ia mengambil plester dan juga obat merah
"astaga Sehun" JongIn bersembunyi di balik tempat minuman kala menemukan sosok yang tadi siang menciumnya. Jangan sampai ia melihat JongIn sekarang, ia mengintip dari balik rak, Sehun sedang membayar belanjaannya. Merasa di perhatikan Sehun berbalik untuk melihat dan dengan panik JongIn memasukan kepalanya kebelakang rak lagi
"hampir saja"
"terima kasih selamat datang kembali" ia melirik sebentar ternyata Sehun sudah pergi.
...
"ah kyungsoo" panggil Sehun pada pria mungil yang mengenakan jaket tebal selutut.
"ah sunbae" pria yang dipanggil Kyungsoo itu membungkuk hormat.
"sedang apa kau malam-malam begini berada di taman terlebih baru saja turun hujan kan" Sehun duduk di sebelah Kyungsoo yang sedang menyantap makanannya.
"aku menunggu orang yang sedang berbelanja di dalam sana"
"ah, kalau begitu aku pergi dulu ya hati-hati gunakan pakaian tebalmu ne" sebuah usakan pada helaian hitam kelam milik Kyungsoo terasa amat nyaman. Sehun menghilang dibalik tembok besar sana berbarengan dengan datangnya Jongin membawa bungkusan belanjaan. Jongin membuka perban dan mencoba mengobati luka di ujung bibir pria mungil yang ditemukannya itu.
"tahan jika sakit ya" lalu ia membungkus kecil dengan plester "sudah" ucapnya senang
"gomawo,..?" seakan pria mungil itu meminta pria dihadapannya memberitahu namanya
"Kai, cukup panggil aku dengan Kai, lalu kau?"
"kyungsoo, gomawo Kai-ssi" Kyungsoo menunduk kecil
"astaga aku setua itu ya sehingga kau memanggilku dengan akhiran –ssi aku benci panggilan itu, akukan masih muda. Cukup panggil aku Kai, arrachi?" Kyungsoo mengangguk sambil mengunyah makanannya.
"enak?" tanyanya
"ehmm" Jongin tersenyum sedari tadi ponselnya berdering hebat telepon dari sang kakek yang menunggunya di kantor
"kuantar pulang ya"
...
JongIn menghela nafasnya berkali-kali ini pagi dan ia harus sekolah dan disekolah ia akan bertemu dengan Sehun. Astaga ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi pria mesum ah tidak pria yang menciumnya lebih tepat. Ia mengendap-endap seakan ingin mencuri aset sekolahnya.
"sedang apa kau" Sehun muncul dari belakang tubuhnya dan sontak menegangkan tubuhnya. "kau menghindariku?" tanyanya lagi astaga suaranya bahkan membuat JongIn merinding.
"ti..tidak" Jongin berlalu begitu saja melewati Sehun yang memandangnya gemas.
JongIn duduk di bangkunya tanpa menghiraukan Sehun ia sibuk membaca buku pelajaran, sesekali ia membenarkan letak kacamatanya. Tak ada teman selain Sehun yang mendekatinya tapi ia tak ambil pusing. Kakek bilang jangan berteman karena BlackPearl sedang dalam pengawasan kelompok lain. Sehun hanya diam memandangi punggung JongIn.
"JongIn" panggilan itu sengaja tak dihiraukan JongIn karena sedari tadi dirinya sedang menahan ketakutannya.
"y-ya?" tanpa melirik sedikitpun
"kau takut padaku?" satu tangan hinggap pada kepala JongIn, Jongin gelagapan ekor matanya menatap ke atas.
"mian untuk yang kemarin" Sehun tersenyum sambil mengacak rambut Jongin. "jangan fikirkan" jemarinya memutar kepala Jongin hingga balik membelakanginya. Dan Sehun tersenyum melihat ekspresi wajah Jongin. Kelas dimulai lebih lama dari perkiraan dan perut jongin sudah meminta untuk diisi, ia terus melirik jam di tangannya. Astaga berapa lama lagi bel sekolahnya berbunyi sih dia sudah lapar. Tak lama bel terdengar mengalun dari setiap alat pengeras di ujung sudut kelas. Dengan cepat JongIn menutup buku dan memasukkan kedalam tas ia berlari keluar. Sehun hanya terkikik melihatnya.
Jongin mengantri untuk mendapatkan makanannya, astaga kenapa begitu panjang antriannya. Di ujung terlihat pria kecil sedang mengambil makannya, melihatnya seperti.
"astaga Kyungsoo" Jongin segera menutup wajahnya agar tak terlihat oleh kyungsoo pria kecil yang tempo hari ia selamatkan.
Sehun terkekeh melihat tingkah pria di hadapannya. Menutup wajahnya dengan nampan yang ia pegang dan sesekali ia mengintip dari balik nampan itu. Antrian berjalan lancar hingga Kyungsoo menghilang dari antrian, Jongin bersikap normal dan mengambil beberapa makanannya. Helaian coklat itu terayun seiring mendaratnya sebuah tangan diatas kepalanya. Ia mendongak menatap siapa yang memegang kepalanya.
Manis
Sehun tertegun melihat betapa polosnya pria dihadapannya ini, dengan kacamata buat kecil yang bertengger manis menutup manta indahnya. Sehun memutar kepala JongIn agar dirinya kembali dalam kegiatan sebelumnya.
"cepat antrian makin panjang dibelakang"JongIn dengan segala kegugupannya kembali menyendok nasi yang sempat tertunda barusan. Ia mencari meja yang kosong dan tada ia menemukannya, ia melirik sebentar pada kursi dekat kaca paling ujung, Kyungsoo terlihat menyantap makanan tanpa siapapun disana. JongIn duduk dengan perlahan dan Sehun menyusul duduk dihadapan JongIn. Ia bosan melihat pria albino didepannya terus mengekor terlebih setelah kemarin ia menyambar bibirnya. Bahkan Sehun sama sekali tak malu duduk dan bersikap seolah kemarin tak terjadi apapun. Astaga pria sialan. Baru saja JongIn ingin menyuapkan makanannya sebuah suara jeritan menumpahkan makananya kembali, disana terlihat 3 wanita sedang memaki Kyungsoo dan menumpahkan minumannya. Astaga dia dibully dan salah satunya adalah Irene kekasih Sehun. Jongin menatap Kyungsoo terus menerus, menatap iba dan menghiraukan makannya.
"ada apa?" Sehun melirik dan mendapati JongIn menatap sesuatu, ia mengikuti arah pandangnya. Dan mendapati Irene yang sedang membully Kyungsoo. Ia berdiri dan JongIn langsung mengalihkan pandangnya melihat punggung tegap Sehun yang mendekat pada gerombolan itu, JongIn tak mendengar jelas apa yang di ocehkan 3 wanita dengan rok mini itu.
"apa kalian mendapat untung setelah melakukan ini?" Sehun dengan ketegasannya berbicara, garis rahangnya semakin jelas saat ia berbicara matanya menatap tajam wanita yang menyandang sebagai kekasihnya.
"sudah kubilang bukan untuk tak membully siapapun, ini sudah 3 kali aku memperingatkan kalian bertiga terlebih kau Irene. Kurasa hubungan kita juga seharusnya berakhir" Sehun melepaskan blazernya dan menatap sendu. Ia memakaikan blazernya pada tubuh rengkuh Kyungsoo yang basah dengan jus jeruk.
"tapi Sehun kita bisa bicara"
"pergi kelokerku dan ambil seragam disana" Sehun bahkan tak menghiraukan bibir tipis Irene berbicara
"Sunbae.." Sehun mengangguk dan memaksa Kyungsoo untuk pergi.
"Sehun.. jang...-" Irene tercengang saat rasa dingin menjalar dikepala melaju menuju tubuhnya, air es yang sebelumnya di tumpahkan pada tubuh Kyungsoo kini mengalir di tubuh Irene.
"aku tak butuh bicaramu" dan Sehun kembali duduk di mejanya dan kembali menyantap makan siangnya, JongIn hanya mengatupkan mulutnya tak ingin berkomentar tetapi matanya tak beralih pada sosok didepannya
"jangan menatapku seperti itu, nanti kau jatuh cinta" JongIn mengerutkan halisnya lalu kembali menyantap hidangannya
"dasar pede" gumam JongIn, Sehun hanya tersenyum tipis sangat tipis dibalik wajah tegasnya. Setidaknya kini pria dihadapannya telah bisa menerima maafnya.
Sore ini semua siswa dikejutkan dengan pengumuman bahwa sekolah akan mengadakan perkemahan di bagian selatan seoul. Setelah mendengar bahwa seluruh siswa diwajibkan datang dan mengikuti acara itu membuat JongIn berdecak kesal pasalnya ada pekerjaan yang harus ia selesaikan. Ia membanting tasnya ke kasur lalu berjalan menuju balkon kamarnya ia menatap indahnya warna langit di sore hari. Biasanya jam segini ia akan habiskan di atas motor besarnya jika di Cannada sana. Sayangnya semua itu tak akan pernah terjadi lagi terlebih kakeknya melarang dirinya untuk kembali kesana. Suara ketukan membangunkan lamunannya, dengan santai JongIn atau bisa sering disapa Kai jika tanpa kacamata nya itu mengintrupis untuk masuk.
"tuan jam 7 ini akan ada pertemuan untuk transaksi di pelabuhan Seoul, apa tuan akan menghadirinya?" tanya pak Lee yang membungkuk sebelum berbicara
"ya, aku akan hadir. Dan aku sedang tak ingin menyetir jadi siapkan mobil dan supir, ah ya kakek kemana?" JongIn melepas kacamatanya lalu meletakan di meja nakas dekat balkon
"tuan besar sedang therapy tuan" JongIn mengangguk,
"jangan ganggu aku sampai jam 7 nanti aku akan menenangkan fikiranku di perpustakaan."
...
"tuan transaski telah di tentukan apa anda akan melihat prosesnya?" sebuah suara mengintrupsi sang tuan yang duduk angkuh sambil menatap sebuah foto di tangannya.
"aku ingin melihat pria bernama Kai itu atau kita bisa sebut dengan pewaris tunggal BlackPearl?" pria tinggi dengan kulit putih yang kontras dengan gelapnya ruangan ini membuatnya bersinar itu berdiri sambil menancapkan sebilah pisau pada foto yang terpampang tubuh kai yang sedang berjalan mengenakan jaket hitam dan juga rambut coklat kelam yang ia tata acak-acakan.
"semenarik apa pria itu."
TBC
REVIEW JUSEYO...
