Undefined
Story © Yamikawa Nekuro
Vocaloid © Yamaha and another joined companies
:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:
Gadis itu membuka matanya perlahan-lahan. Isi kepalanya masih terasa berputar-putar sejak kesadaran kembali mengambil alih kinerja panca indra yang sebelumnya mati rasa secara tiba-tiba. Segala yang ada di sekelilingnya tampak remang, begitu pula dengan ingatannya yang tercerai berai dan tak berhasil menemukan jawaban atas apa yang telah menimpanya sehingga berakhir di tempat dia berada sekarang.
Hawa dingin yang sejak semula melekat di sekujur badan lambat laun mulai dia rasakan. Bahkan dia pun mulai menyadari sesuatu, tak ada sehelai benang pun dikenakannya. Tidak, bukan tidak ada, tetapi benang yang merajut dirinya tidak lah seperti benang yang dia kenal. Mereka halus dan rapuh, serta tertumpuk oleh serpihan-serpihan debu. Sejengkal gerakan jemari saja lebih dari cukup untuk mengoyaknya.
Tak menghiraukan kondisinya yang tampak seolah kembali terlahir ke dunia, dia pun mulai merangkak pergi. Mengikuti arah di mana setitik lubang memberinya cahaya sebagai penerangan sekaligus penunjuk jalan.
Cahaya tersebut tidak terasa hangat, maupun silau menyengat. Cahaya berwarna putih keperakan, yang mana secara tak sengaja memantik beberapa kilas balik kejadian.
"Kau tetap di sini!"
"Tetapi...?!"
Hening. Terlalu singkat. Segenap potongan gambar yang berlalu lalang di balik kelopak matanya begitu buram. Sebagian besar hanya diisi dengan denging dan kerlap-kerlip permainan warna. Siapa dirinya? Di mana ia berada? Apa yang terjadi? Tak satu pun terjawab selain sambutan campur aduk corak-corak mozaik setiap kali dia terpejam.
Lubang kecil yang ia tuju dan dapati berukuran tak kurang dari segenggam telapak tangan. Dari balik sana tak ada apa pun selain hamparan warna hitam yang bersemu kebiruan dengan taburan objek-objek berkilauan berjumlah tak terhitung.
Langit, sebuah sebutan untuk mendeskripsikan suatu bentuk keharmonisan komposisi alam yang hadir di depan mata saat ini. Dia sama sekali tidak lupa akan hal sesederhana semacam itu, tapi tetap saja, sebagian besar informasi yang terekam diingatannya jauh dari predikat utuh. Dia bahkan tak lagi yakin jika dirinya masih bisa bertukar kata seumpama seseorang berupaya berkomunikasi dengannya.
Mengais-ngais tepian lubang untuk membebaskan diri, aroma lumut beserta tanah liat mulai berebut masuk terbawa angin. Setelah dirasa cukup, gadis itu pun kembali menyeret tubuhnya. Di luar sana pepohonan tampak tumbuh lebat di kejauhan, mengitari sebuah padang rumput berbatu-batu, di mana sekarang dirinya duduk terdiam.
:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:
Sebagai salah satu bagian dari kelompok petualang, bermalam di alam liar tentu sudah menjadi hal biasa. Terdengar sederhana, tapi tidak demikian kenyataan yang ada. Di dunia di mana manusia masih berebut posisi teratas dalam kedudukan rantai makanan, seseorang tak bisa dengan santai berebah diri di tempat terbuka setelah senja tanpa ada rekan untuk berjaga-jaga. Sedikit lengah maka siapa pun bisa berpindah tempat ke dalam lambung makhluk-makhluk mengerikan yang berkeliaran di luar pusat peradaban manusia.
Yohio paham betul fakta ini. Namun, meski pun demikian, dia menolak untuk berkelana secara berkelompok dan lebih memilih untuk menjalankan misi atau permintaan pribadi seorang diri. Sebagian anggota baru mungkin akan mencap dia sebagai individu sombong dan tak layak untuk menjadi bagian dari kelompok. Namun, bagi mereka yang telah mengenal, maka membiarkan dirinya seperti itu merupakan salah satu bentuk untuk menghargai privasi.
Membawa dua kepala lebih baik dari pada satu itu tak sepenuhnya benar. Justru sebaliknya, membawa dua nyawa jauh lebih buruk dari satu, itu adalah fakta yang kerap dia jumpa.
Lelaki itu terlalu sering menyeret dirinya sendiri ke dalam inti suatu masalah, lebih tepat lagi, pertempuran di lapangan yang mana hanya segelintir orang saja akan menyanggupinya hanya untuk mendapat julukan gila, dan dalam jumlah yang lebih kecil lagi untuk bisa pulang tanpa kehilangan nyawa. Belum termasuk cacat tubuh dan trauma.
Mewarisi kutukan yang mengalir di dalam darahnya, Yohio bisa jadi menjelma sebagai ancaman jika ketua kelompok petualang yang memungutnya membiarkan bocah itu menderita dalam tekanan saat seluruh keluarganya dihakimi secara massa. Luka masa lalu itu tidak akan pernah hilang atau pulih sempurna, tetapi setidaknya, hal itu telah menjadi suatu mesin pendorong serta tali kekang yang akan tetap menambat sisi gelap yang tertidur lelap di dalam dirinya. Entah sampai kapan.
Oleh karena itu pula, dia akan cenderung menerima permintaan apa pun jika itu berasal dari seorang anggota keluarga yang tua renta dan tengah kehilangan seseorang yang mereka sayangi diakibatkan oleh serangan makhluk-makhluk tersebut.
Kali ini, tugas yang dia peroleh berasal dari seorang petani lanjut usia yang kehilangan kedua cucunya. Terakhir kali terlihat oleh beberapa warga yang mengenal keduanya, bahwa mereka sedang menuju hutan tenggara untuk mencari tanaman obat.
Sekitar waktu matahari terbit, namun hingga sore tadi masih belum kembali. Begitulah kabarnya.
Terdapat jejak aneh yang sempat tertangkap oleh Yohio saat dia berkuda menyusuri lokasi yang disebutkan sesuai informasi, serta aroma asing yang bertebaran, melekat di antara pepohonan.
Jika saja orang lain yang berada di posisinya sekarang, kecil kemungkinan mereka untuk mengenali segenap petunjuk yang pelaku tinggalkan.
"Seekor Minotaur memperluas wilayah sampai ke sini, huh?"
Tanpa berhenti atau merasa kantuk dan letih setelah menyelesaikan suatu misi di sore hari, dia memacu kuda yang dia pinjam dari salah satu kawan di markas. Si Lelaki gondrong bertubuh jangkung berpesan agar tunggangannya tidak diperlakukan sekeras kuda miliknya, tetapi mengetahui kemungkinan macam apa yang menunggu di depan mata, lelaki itu ragu untuk bisa memenuhi permintaan si pemilik asli kuda yang dia gunakan saat ini.
Umumnya, tipe demi-human berburu secara berkelompok. Terlepas dari kemiripan bentuk tubuh mereka dengan binatang herbivora maupun karnivora, semua jenis dari mereka adalah omnivora, namun kecenderungan mereka lebih ke arah daging. Beberapa memiliki tingkat kecerdasan rendah bahkan tidak sama sekali, sedangkan sebagian kecil lagi mampu menggunakan seni bela diri, strategi dalam berkelompok, hingga sihir.
Menghadapi sub-tipe normal jauh lebih mudah, tetapi lain cerita jika beberapa sub-tipe terselip di antara kawanan. Jejak kaki yang Yohio temukan dan aroma tubuh yang dia endus disepanjang jalan memberi pertanda bahwa makhluk itu bergerak sekitar sepuluh jam yang lalu, atau bahkan lebih awal; tanpa kawanan. Jika dugaannya benar, maka lawan yang dia buru bisa jadi sesuai dengan perhitungan.
Dia tak tahu apakah masih ada harapan untuk menyelamatkan keduanya. Kemungkinan terburuk adalah mereka telah berubah menjadi pernak-pernik tulang belulang, atau paling minim, tersisa satu orang. Tetapi, pantang bagi Yohio untuk menarik asumsi. Musuh terbesar seseorang yang diberi amanat adalah keraguan dan praduga buruk. Apa pun yang akan terjadi, terus berpacu adalah pilihan terbijak baginya yang bisa dipilih.
Melintasi sebuah padang rumput yang dahulu kala terdapat sebuah kastil megah berdiri di tengah-tengahnya, beberapa ingatan pemuda beriris merah delima itu terpantik oleh bongkahan-bongkahan batu yang seolah menua lebih cepat dari waktu yang berlalu bersamanya.
Isu bahwa sebuah sekte penganut ilmu hitam pernah mendiaminya, penyerbuan besar-besaran oleh pihak kerajaan hingga proses pengusiran roh jahat dari orang-orang yang dijadikan tumbal sejak sekte itu berdiri, sempat simpang siur semasa dia kecil. Namun sedikit kejelasan dari berita itu memiliki bukti. Seiring dia tumbuh, dia mulai mengerti bahwa kabar itu hanya sebuah kedok saja. Alasan sebenarnya masih menjadi sebuah rahasia.
Terlepas dari itu semua, tempat terbuka yang dia lalui berpotensi mengundang perhatian makhluk-makhluk lain yang bergerak aktif di malam hari. Bukan berarti dia takut untuk meladeni mereka, kemampuan tempur lelaki itu di atas rata-rata dari orang biasa, tetapi jika dia harus menghunus pedang sekarang, berapa lama kesempatan yang dia dapat kemudian untuk sampai di tempat tujuan sebelum keadaan menjadi lebih rumit dari perkiraan?
Menarik tali kekang tunggangannya agar berderap lebih kencang, Yohio berharap untuk bisa melintasi padang rumput tersebut sesingkat mungkin. Kurang lebih lima belas menit, dia akan kembali masuk ke dalam rerimbun pepohonan dan menghilang di antara bayang-bayang. Namun, hal itu urung dia lakukan sesaat setelah dia menjumpai pemandangan ganjil yang tertangkap di ujung pengelihatan.
Sepasang manik berpendar merah darah di kegelapan malam itu menangkap sesosok makhluk menyerupai manusia yang duduk memunggunginya. Dengan rembulan membulat penuh sebagai bingkai yang membalut tubuhnya, surai-surai panjang berkilau warna kebiruan tampak berkibar gemulai terbawa arah angin yang tak henti berhembus membelai setiap ujung rumput dan bongkah bebatuan.
:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:-:
