Story By: Razen.

Disclaimer: Kazuki Takahashi & Naoyuki Kageyama.

Rate: T

Genre: Friend-ship, general.

Main Chara: Jaden & Aster.

Warning: Fanon, typo, AU, maybe-OOC, some mistakes EYD.

A/N: Ini kata-katanya saya nemu di cerita lama susu Danc*w.

xXx

Simbiosis Mutualisme

xXx

.

.

.


"Aster! Dengar, deh! Si Chazz itu baik banget ternyata, lho!"

Aster nyaris tersendak susu kocok coklat karamelnya, buru-buru likuid coklat diteguk dan sedotan dikeluarkan dari dalam mulut. Kedua netranya menyalang tajam ke arah manik karamel kembar di hadapannya. Aster mengenal empunya, siapa lagi kalau bukan Jaden?

Jaden meletakkan nampan berisi sepiring kare dan sekotak susu di atas meja, tepat di hadapan Aster. Mumpung ada meja kosong, apa salahnya?

"Seenaknya duduk di tempatku," gerutu Aster sinis.

Jaden nyengir lebar, "Nggak apa-apa, 'kan? Sesekali."

Aster menghela napas panjang sebagai jawaban.

"Lalu, apa maksud omonganmu tadi?" tanya Aster, mulut kembali menghisap susu kocok. Membuat tangan Jaden yang nyaris akan menyuap kare hangat ke dalam mulutnya, terhenti.

"Oh, maaf. Makan saja dulu," ralat Aster menyadari gerakan Jaden.

Jaden menggeleng, "Nggak! Makan bisa nanti! Ah, kemarin dia menemuiku. Aku diminta menemaninya ke pesta ulang tahun kerabat keluarganya, sebagai gantinya aku diberi lima tiket emas masuk Kaibaland. Wow! Bayangkan! Tiket emas! Jumlahnya terbatas dan hanya orang-orang berada yang bisa mendapatkannya!"

/Kurasa kamu diminta menemani atas dasar siapapun tamu yang datang harus membawa pasangan. Mungkin antara gaun atau terusan, bisa saja tambahan rambut palsu dan alat kosmetik. Sungguh, terlalu sekali si Princeton./

Aster membatin dalam hati, tak tega langsung menyahut blak-blakan. Kasihan Jaden nanti.

"Ada lagi! Dua hari lalu, Alexis memintaku menggantikannya ikut acara tenis yang diadakan senin depan. Sebagai gantinya, aku ditraktir mie bancir. Enak, lho~"

/Pasti Alexis hanya ingin menghindari acara di mana kakaknya juga berada di sana, mana dia sudi bareng kakaknya yang diyakini akan tebar pesona./

Aster mati-matian menahan senyum geli.

"Mereka baik, ya~" komentar Jaden sebelum mulai menyuap kare ke dalam mulutnya.

Segaris miring senyum geli tercipta, Aster merangkai banyak kalimat dalam otaknya, mencoba mencari kata-kata yang simple sebagai sahutan.

Jaden menelan makanannya, lalu mencondongkan wajahnya pada Aster. "Bagaimana, Aster? Mereka baik, 'kan?" tanya Jaden antusias, meminta persetujuan.

Masih dengan senyum yang sama, Aster melirik Jaden. "Teman yang baik, memang mudah didapat jika ada maunya."

"Hah?" Jaden mengangkat sebelah alisnya dan menurunkan yang satunya. "Apa maksudmu?"

Aster tak menjawab. "Sedangkan teman yang menurutmu paling gila, itulah sahabat terbaikmu."

"Hie? Kamu ngomong apa?" tanya Jaden bingung.

"Pikirkan saja sendiri," celetuk Aster angkuh. Tak ayal Jaden makin tak mengerti maksud Aster. Dasar Aster, lupakah dirimu dengan takaran kepintaran isi kepala sahabatmu?

"Aster rese," cibir Jaden sebal.

"Nanti juga kamu ngerti, kok. Lain hari."

xXx

The End

xXx


A/N: Fic ini tercipta lantaran saya mendapat surat yang membuat kokoro ini piyo-piyo ... Aku tak mau bertemu untuk sepuluh tahun ke depan.