Aku terbangun disebuah ruangan asing yang tidak kukenali sama sekali. Dan sepertinya ruangan ini sudah lama sekali tidak digunakan.

Ruangan itu remang-remang hanya diterangi cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah ventilasi dan atap-atap yang berlubang. Ruangan itu pengap dengan perabotan yang sudah usang dan tidak bisa digunakan lagi.

Aku tebaring di lantai dengan posisi terlentang, merasakan dinginnya lantai yang menusuk kulit, selain itu lantainya juga basah.

Aku terbangun dari sebuah mimpi buruk karena mendengar suara bising dan seruan-seruan orang dari luar.

"Kita harus menghancurkan tempat ini, sebelum kita yang dihancurkan.", teriak seorang pria bersuara berat.

"Semuanya, cepat selesaikan tempat ini.", timpal laki-laki paruh baya yang terlihat melalui celah kecil didinding rapuh dihadapanku. Seketika aku langsung menyadari bahwa bangunan ini akan segera dihancurkan menggunakan alat konstruksi yang mengeluarkan bunyi bising tersebut.

Aku berusaha bangun dengan cepat, memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi diluar, tetapi kepalaku terasa sangat sakit, seperti habis dipukul suatu benda dengan sangat keras.

Aku berusaha menahan sakit kepalaku dan mulai berdiri, ketika aku mulai melompat untuk mempercepat lariku.. detik berikutnya aku terjatuh dengan wajah yang mendarat ke tanah lebih dulu.

"SHIT!", hidungku langsung mengeluarkan darah segar dan tatapanku beralih pada sesuatu di kakiku. Tenyata kaki kananku terikat pada tali tambang yang terkait pada lemari kayu yang sudah lapuk tetapi cukup kuat untuk menahanku.

Aku mendengar suara deru alat-alat konstruksi semakin mendekat. Aku mulai merasa sedikit cemas. Tali yang mengikat kakiku terikat dengan sangat terampil dan sangat sulit untuk dibuka, aku terus berusaha. Mendengar suara mesin konstruksi yang semakin mendekat aku langsung meringkuk dan mendekap kepalaku seakan itu adalah akhir dari diriku.

"Tolong hentikaaaaann..!", aku berteriak sejadinya berharap mesin konstruksi itu berhenti dan menyadari bahwa ada seseorang didalam, tapi percuma. Suaraku tidak lebih keras dari mesin-mesin itu. Sehingga tidak ada yang dapat mendengarku. Aku menggumamkan banyak hal yang tidak bisa tercerna oleh pikiranku sendiri.

BHUUUAAAAGHHhh...pyarrrr...BHUMM!

Suara itu cukup memekakkan telinga. Aku terus menggumamkan kata-kata yang tidak jelas,"bangunan ini akan hancur, akan hancur bersamaku..." dan hanya itu kata-kata yang terdengar jelas dan menurutku dapat dicerna.

"Kumohon...", aku menggumam pelan, menunggu beberapa detik sampai sesuatu terjadi padaku, tapi tidak terjadi apa-apa.

"Hn?" aku bingung sesaat setelah menyadari bahwa tidak, atau lebih tepatnya belum terjadi apa-apa padaku.

Separuh bangunan itu hancur berantakan, hanya berjarak beberapa meter dari tempatku duduk terdiam. Aku dapat melihat keluar, memandang silau pada secercah sinar matahari yang menyengat.

Sebelum akhirnya aku kembali tersadar dan mencoba memotong tali yang mengikat kakiku dengan pecahan kaca yang berserakan disekitarku. Aku berusaha sekuat tenaga sampai akhirnya tali tambang itu putus. Aku berdiri dan mencoba mencari jalan keluar dan menyadari bahwa darah segar mengucur deras dari telapak tanganku, karena terkena pacahan kaca.

Akhirnya aku berhasil menemukan pintu keluar dan tanpa sadar aku menatap ke atas, menatap langsung sinar matahari yang begitu terik dan membuat kepalaku kembali merasakan sakit yang luar biasa, sampai akhirnya berhasil membuatku kembali jatuh pingsan.

.

= ^o^ =

Rasanya seperti terlelap, merasakan diriku sangat ringan seperti melayang.

Ditempat itu sangat gelap. Tidak ada siapapun. Aku melihat genangan air disekitarku. Menatap pantulan seorang laki-laki yang tak kukenali, berwajah pucat dengan rambut acak-acakan, juga kantung mata yang menggantung dibawah mata lelaki itu. Matanya hitam kelam, yang bisa membuat siapa saja tenggelam dalam kesedihan yang terpancar dari sinar matanya yang sayu.

Seseorang lewat dihadapanku. Tapi aku tak dapat melihat wajahnya. Aku hanya mengikutinya. Tiba-tiba orang itu hilang bagai kabut.

Terlihat lampu-lampu kecil tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku berjalan kearah lampu-lampu itu sampai akhirnya melihat pemandangan yang benar-benar memuakkan. Mayat berserakan dimana-mana. Membusuk dan mulai berair. Lalat menghinggapi tubuh mereka. Keadaan mereka menyedihkan.

Aku tidak mampu berpikir jernih. Perutku mual dengan bau anyir dan bau daging busuk dimana-mana.

Tiba-tiba terjadi sesuatu yang lebih mengejutkan. Mayat-mayat itu bergerak, mereka menoleh kearahku. Tersenyum, seperti mengejekku, mengajakku untuk menjadi seperti mereka. Mereka berjalan kearahku. Mulai menarik-narik tanganku, mencengkeram kaki dan bahuku erat-erat. Aku memberontak, mencoba melepaskan cengkraman mereka dari tubuhku, dan berteriak sekuat-kuatnya tapi tidak ada suara yang mampu keluar. Semuanya bisu. Aku tidak mampu, mereka sangat banyak. Aku tenggelam dalam lautan mayat hidup, dan aku terbangun ...

To be continued...