KRIS X SUHO (GS)
.
( YOU ) AGAIN
13 FEBRUARI 2017
.
AUTHOR SIDE
.
.
.
"Aku pergi.." Suho melambaikan tangannya dari dalam mobil. Wanita paruh baya yang sepertinya nenek Suho sudah menatap haru kepergian gadis mungil itu. Suho menoleh saat sisi bagian pengemudi telah di duduki. Mata sipitnya sedikit memicing sesaat. Tidak ingin memperhatikan siapa pengemudi ini.
Mobil sudah keluar dari perkarangan rumah nenek Suho yang berada di Cina. Suho sedang melakukan penelitian untuk risetnya. Suho mengambil tanah kelahiran ibunya sebagai tempat penelitian.
"Korean..?" suara berat dari samping tubuhnya itu membuat Suho menoleh.
"Ya.."
Pria tinggi itu mengangguk. "Pesawat jam berapa, agashi..?"
Mata sipit Suho membulat "Kau bisa bicara Bahasa korea..?"
"Aku cukup lama di Seoul.."
Suho menganggukkan kepalanya. Menyadari jika dia belum menjawab pertanyaan sang pengemudi, Suho bersuara "Jam tiga empat puluh.."
Keduanya terdiam tanpa ada inisiatif untuk memulai pembicaraan. Suho berulang kali merasa jika si pengemudi ini memperhatikannya. Suho menatapnya ragu. Dahinya berkerut saat merasa tak asing dengan garis wajah tegas si pengemudi. Mereka tak hanya berdua di dalam mobil. Ada tiga penumpang lainnya.
Karena rumah nenek Suho cukup jauh dari ibu kota, dan hanya ada transportasi darat yaitu mobil dan bus. Suho memilih menaiki mobil untuk efesiensi waktu.
Suho menghentikan pemikirannya. Memperhatikan jemari panjang si pengemudi yang sibuk mengataur lagu. Dia mengganti flashdisk yang sebelumnya berisi lagu mandarin, dengan lagu western. Suho tak mengambil pusing saat lagu itu terputar.
Sesuatu dalam diri gadis itu memebuatnya bergerak tak nyaman. Matanya bergerak curiga untuk memandangi si pengemudi. Wajah itu seakan tak asing baginya.
"Ada yang salah agashi..?"
Suho menggeleng. "Tidak.." Suho terlalu baik mengumbar senyum manisnya. Untung saja si pengemudi masih memperhatikan jalan di depan.
"Agashi ingin kembali ke Seoul..?"
"Ya. Aku hanya melakukan penelitian untuk risetku di sini.." Suho mulai menyamankan duduknya. "Tuan terlihat masih muda.."
Tawa dengan suara bass itu terdengar saat Suho mengutarakan kalimat basa-basi nya itu. "Ya. Mungkin jarak kita hanya satu atau dua tahun.."
Suho mulai tertarik dengan pembicaraan ini. Mungkin itu sebabnya earphone Suho rusak karena terunjak heelsnya. Agar bisa bercegkrama dengan si pengemudi tampan yang terasa familiar wajahnya. "Aku 24 tahun.."
Pria itu menarik seyum tipis. Menoleh sesaat pada Suho. "Aku 26 tahun.."
"Kau.." Suho menyipit.
"Apa aku terlihat lebih muda dari umurku..?" Si pengemudi sesekali mencuri lihat pada Suho.
"Jangan bercanda.." Suho terkekeh.
"Aku terlihat lebih tua sepertinya.." si pengemudi menyimpulkan.
"Tidak aku bercanda. Wajahmu sudah cocok dengan umurmu.."
"Lalu apa maksudnya 'kau'..?"
"Kau terlihat seperti seseorang yang ku kenal.."
Pria itu tidak menjawab perkataan Suho. Lebih terfokus mengambil lajur cepat untuk mendahului mobil di depannya.
"Kau seperti Shixun.."
Si pengemudi langsung menoleh saat mendengar nama itu. "Shixun..? kekasihmu..?"
"Tidak. Dia adik bayiku. Tidak juga, dia berumur 21 tahun, tapi masih bertingkah seperti bayi. Aku masih lajang dari lahir.." Suho seolah bangga dengan statusnya itu.
"Lajang dari lahir..?" menekankan setiap kata.
"Ya. Aku belum pernah memiliki kekasih. Terlepas Shixun yang mengalami sister complex, aku juga tak begitu tertarik dengan hubungan seperti itu.."
"Kau yakin..?" Si pengemudi seolah memaksa dengan pertanyaannya.
"Yakin untuk..?" Suho mencoba memberi jawaban jelas setelahnya.
"Kau yang tak pernah memiliki kekasih.."
"Tidak sama sekali. Hanya ada pria yang mendekati, tapi kami tak pernah menjalin hubungan seperti itu.."
"Sampai saat ini..?"
Suho menyipit dengan tubuh menyamping. Si pengemudi memperhatikanya. "Apakah untuk gadis berumur 24 tahun masih memikirkan kekasih..? seharsunya aku memikirkan calon suami.." setelahnya gadis cantik itu tertawa.
"Kau cantik.." Yifan langsung berkomentar.
Suho membulatkan matanya dan tesenyum manis. "Kau juga. Untuk ukuran seorang pengemudi di desa kecil, kau tampan. Sangat.."
"Kau pandai memuji.."
"Itu sebabnya aku belum memiliki kekasih. Aku terlalu sering menggoda semua pria di waktu yang bersamaan.."
"Playgirl..?"
"Kau terlalu jahat memberikan julukan itu padaku. Aku belum pernah memiliki kekasih.."
"Tapi kau sudah sering menyakiti hati pria yang mendekatimu..?"
"That's right.." Suho tertawa dengan riangnya. "Ini pekerjaanmu..? makasudku wajah sepertimu seharusnya bisa mencoba peruntungan di dunia modeling..?"
"Tidak. Aku hanya sedang berlibur di rumah pamanku. Aku menggantikannya. Aku bosan di rumah.."
"Kau asli..?"
"Guangzhou.."
Suho membuka mulut dengan anggukkan mengerti. "Lalu apa pekerjaanmu..? Maaf aku bertanya. Aku hanya sedang membangun komunikasi.."
"Setalah memancingku untuk mengungkap umurku, sekarang kau ingin tau pekerjaanku.." Si pengemudi menatap Suho.
Suho menjauhkan dirinya. "Maaf.." lirihnya.
"Bukan masalah. Jangan terlalu diambil hati.."
"Aku suka yang seperti ini.." Suho kembali dengan cengiran lebarnya.
"Aku pegawai swasta.."
Suho mengulum senyum. Matanya seperti bulan sabit dengan pipi merona menjadi perhatian si pengemudi tampan. "Ku tebak bukan posisi biasa..?"
Si pengemudi tersenyum. Melirik sebentar pada Suho yang menanti. "GM..?"
Mulut Suho terbuka lebar. "Kau bercanda, tuan. Apa yang kau lakukan disini dengan posisi General Maneger..?"
"Aku liburan. Cuti tahunan.."
Suho terkekeh. "Tidak ada yang tau jika yang memungut bayaran nanti adalah seorang GM tampan di..?" Suho belum lengkap menanyakannya.
"Perusahaan kontraktor GY Group.."
"GY Group.." Suho menggelengkan kepala untuk reaksi berlebihannya. "Kau beruntung, dude.." Suho menepuk lengan berotot itu. "Ups.."
Si pengemudi hanya bisa melepas senyum dengan kalimat-kalimat Suho. "Kau.. Seperti ini sejak lahir..?"
"Tidak. Aku seperti ini ketika Senior High School. Aku anak cukup pemalu dulu.."
"Aku mengerti.."
"Kapan kau di Seoul..?"
"Junior High School.."
"Sungguh..? Dimana..? Mungkin saja kita satu sekolah..?"
"Aku lupa.." si pengemudi seolah menghindari dengan jawaban cepatnya.
"Kau bisa ditipu bawahanmu jika dengan mudah melupakan sesuatu.."
Si pengemudi menghentikan mobilnya ketika ada lampu merah. Menoleh memandang Suho dengan leluasa. Si gadis seolah tak takut dengan tatapan tajam itu. "Aku punya pengalaman buruk ketika itu.."
"Maaf.." Suho hanya menggumamkan perasaannya itu.
"Akan kumaafkan.."
Suho menggoyangkan kepalanya ketika sebuah irama yang diketahuinya terdengar.
"Perlu ku keraskan..?" Si pengemudi berbisik dan menoleh sesaat ke belakang. Seorang gadis sibuk dengan ponsel dan earphonenya. Wanita paruh baya di sebelahnya sudah tertidur sejak tadi. Pria di bangku paling belakang juga sudah tidur.
"Jangan.." bisik Suho.
"Kita akan mengobrol dengan berbisik.." senyum tipis diumbar si pengemudi pada Suho.
"Kau murah tersenyum, tuan.."
"Hanya padamu.."
"Sebuah kehormatan untukku bisa melihat senyummu berulang kali.."
"Aku akan jatuh padamu jika kau selalu merespon seperti ini.." si pengemudi kembali menjalankan mobilnya.
"Long Distance Relationship..?"
Si pengemudi memiringkan kepalanya. "Perlu kuingatkan, jika wanita 24 tahun sepertimu membutuhkan seorang calon suami.."
Suho ingin tertawa namun dia hanya mengulum senyum. "General Maneger tampan berumur 26 tahun sudah seharsunya menikah tahun ini sebelum dia menginjak umur 27 tahun.."
"Kau bicara cukup cepat.." komentar si pengemudi.
"Terkadang. Mengikuti kelakukan Sehun dan teman-temannya. Aku menjadi lebih cepat bicara.."
"Sehun..? Shixun..?" dia memastikan.
"Ya. Shixun nama cina nya.." Suho sibuk dengan ponselnya. Sampai sebuah wajah tampan terlihat di layar ponselnya. "Ini dia. Adik bayiku. Dia manis, kan..?"
"Dia tampan.."
Suho menyimpan ponselnya langsung di atas pangkuan. "Kau memujiku cantik, lalu memuji adikku tampan. Kau..?"
Si pengemudi mengeluarkan tawa kecilnya. "Kau cantik, itu jujur. Pandanganku sebagai seorang pria. Adikmu tampan, karena kau bilang dia mirip denganku.."
"OH.." Suho membuka mulutnya dengan mata membulat.
Si pengemudi menggigit bibir bawahnya. "Aku menang..?"
"Terserah kau saja.." Suho mendengus sebal.
Si pengemudi menggumam ketika lagu selanjutnya terdengar.
"Menyanyi.."
"Aku..?"
"Ya. Coba nyanyikan. Aku menyukai lagu ini.."
"Kau ingin aku menyanyikan lagu ini untukmu..?"
"Tidak. Aku hanya ingin menilai suaramu.."
Si pengemudi mengetuk jemarinya di atas stir. "Can't take my eyes off of you.." Si pengemudi menatap Suho. Gadis itu terdiam membeku. "I love you baby and if It's quite all right. I need you baby to warm the lonely night. I love you baby trust in me when I say.."
Suho menunduk sesaat setelah si pengemudi sudah tak bersuara.
"Agashi..?"
Suho menatap si pengemudi. "Ya. Suaramu bagus.."
Tatapan yang diberikan si pengemudi seolah merindu. "Terima kasih."
Suho menarik napas dalam sebelum tersenyum lebar. Kembali pada dirinya yang sempat hilang. "Tampan, mapan, bisa bernyanyi. Ku harap kau sudah punya pendamping untuk dilamar.."
"Aku masih menunggunya.."
"Gadis itu menyuruhmu menunggu..?"
"Tidak. Dia tidak tau jika aku ada disekitarnya.."
"Tuan.." Suho mendudukan dirinya dengan tegap. Kembali dengan gelora semangatnya. "Kau sudah tak pantas lagi dengan hubungan sembunyi sembunyi seperti ini. Jika kau mau, lakukan itu dengan tegas. Kau bukan remaja lagi.."
"Yes ma'am.."
"Jika aku ibumu. Aku akan menjodohkanmu.."
"Aku bersyukur kau bukan ibuku. Karena jika kau ibuku, aku akan berdosa menikahi ibuku sendiri.."
Suho memicing. "Terdengar seperti kau ingin menikahiku..?"
"Karena.. wanita 24 tahun, cantik, berpendidikan, dan riang sepertimu. Tidak membutuhkan kekasih.."
"Kau terlalu berani memilih kata, tuan.."
"Maaf jika membuatmu tak nyaman.."
"Tenang saja. Aku nyaman dengan percakapann ini. Dan aku kalah lagi..?"
"2-0.." Si pengemudi tersenyum.
"Bawahanmu tau kau memiliki senyum seperti ini..?"
"Menurutmu..?"
"Kau lebih sering memasang wajah menyeramkan. Karena kau menunjukan senyummu, hanya padaku.."
"Tepat sekali. Kau pintar.."
"Ingat aku wanita berpendidikan..?"
"Ya.."
"Kau menyenangkan.."
"Aku tau. Clientku sering mengatakan itu.."
"Sudah pasti kau pandai berbicara.."
"Agashi bekerja..?"
"Aku bukan pengangguran.." Suho tersenyum dengan jawabannya. "Seorang designer di perusahaan properti.."
Si pengemudi balas tersenyum. Matanya menelisik cepat kearah Suho. Memperhatikan cara berpakaian gadis itu. Hingga kedua pasang mata itu bertemu. "Pantas untuk menjadi designer.."
"Kau mulai menilai, tuan.."
"Lalu, apa yang kau lakukan disini..? Apa yang kau teliti..?"
"Sebenarnya, tidak ada. Aku hanya liburan. Dirumah nainai terasa tenang. Awal bulan depan aku harus menyerahakan rancangan baru,untuk di produksi pertengahan tahun.."
"Itu masih lama.."
"Ya. Aku bekerja bukan di perusahaan keluargaku. Jadi aku harus taat pada aturan.."
"Kau benar. Kita tidak bekerja di rumahmu.."
"Kita..?"
"Ya. Hanya menunggu waktu hingga aku dipaksa keluar dari pekerjaanku, dan melanjutkan perusahaan keluarga.."
"Kau pewaris..?"
Si pengemudi menganggukkan kepalanya.
"Ku fikir pria sepertimu hanya ada di drama korea dan dongeng sebelum tidur.."
"Aku bukan pangeran. Ayahku bukan raja. Dan aku tidak terjebak dalam situasi perjodohan, sehingga aku kabur dan bertemu dengan gadis yang ku cintai pada pandangan pertama.."
"Tapi fisikmu seperti pangeran dalam fantasi masa kecilku.."
Si pengemudi tersenyum miring. Menoleh dengan sebelah alis yang menukik "Lalu seperti apa rupa pangeran dalam fantasi masa dewasamu..?"
Suho menumpu dagunya dengan tangan. "Kau..?"
Pria itu tertawa tanpa suara. Matanya menyipit dengan tawa lebar. "Aku akan jatuh cinta padamu jika seperti ini.."
"Aku akan menangkapmu.."
"Itu kata-kataku. Tidak seharusnya seorang gadis cantik sepertimu berkata seperti itu.."
"Aku bukan gadis cantik biasa.."
"Ya.." mulut pria itu masih terbuka dengan pandangan takjub. "Kau luar biasa. Aku tidak pernah salah mengenalmu.."
"Seperti kau sudah mengenalku.." Suho melipat tangannya di depan dada.
Mobil memasuki sebuah kawasan rest area. Mobil sudah terparkir. "Kau ingin membeli sesuatu..?"
"Boleh.."
"Kita sudah tiba..?" suara serak dari belakang membuat si tampan menoleh.
"Bibi ingin membeli sesuatu atau ke toilet..?"
"Aku akan ke toilet.." wanita paruh baya itu menjawab.
"Ingin pergi bersama, bi..?" jawab peremupuan yang lebih muda.
"Ya.."
Kedua penumpang itu meninggalkan mobil. Suho masih memperhatikan si pengemudi. "Kita pergi sekarang..?"
Si pengemudi mengangguk dan keluar dari mobil. Suho menyusul untuk turun dari mobil.
"Baru saja aku ingin membukankumu pintu.."
"Jangan terlalu menganggapku spesial.." Suho jalan bersampingan dengan pria tinggi itu. Puncak kepala Suho hanya sebatas bahu si pria.
"Aku hanya berlaku sopan kepada seorang perempuan.."
"Lakukan juga pada penumpang lainnya.." Suho menatap dengan pandangan mencibir.
"Selamat datang.."
Sambutan dari penjaga mini market hanya dibalas senyum tipis oleh keduanya. Suho melangkah langsung pada counter kopi. "Kau mau..?"
"Tidak ada caramel.." si pengemudi bersandar di sisi Suho.
"Aku melayanimu. Aku ini penumpangmu.."
Pria itu hanya tertawa kecil. "Aku akan lakukan bagianku.."
"Aku bercanda.." Suho mengerling. "Jangan jatuh cinta padaku.."
"Kenapa tidak..?"
Suho memberikan gelas pertama pada si pria "Ini punyamu. No caramel.."
"Kenapa aku tidak boleh jatuh cinta padamu..?"
Suho tidak menjawab. Memilih menyelesaikan dulu kopinya. Setelah cup hangat itu sudah berada dalam genggamannya, Suho bersuara. "Jatuh itu sakit. Aku tak ingin menyakitimu.." kemudian gadis itu berlalu meninggalkan si pria.
"Aku yang bayar.." seru si pria dari belakang.
Suho hanya mencibir di depan. Melatakkan kopinya di kasir. Selesai pembayaran, keduanya bergegeas kembali ke mobil.
"Kau tak ke toilet..?"
"Aku tidak terbiasa.." mata Suho terpejam merasakan hangat dalam mobil.
"Kau.." suara bass itu tercekat. "Masih.. maksudku tidak bisa berada di cuaca dingin..?"
"Sedikit. Ketika Junior High School, aku pernah dibawa ke ruang kesehatan sekolah saat pelajaran olahraga renang.." keceriaan Suho menyurut.
Si pengemudi mengeguk salivanya. "Siapa yang membawamu..?"
Suho menatap pria itu dengan mata kelincinya. Kontak mata mereka terputus ketika penumpang lainnya menaiki mobil. Si pengemudi kembali menjalankan mobilnya. Masih menunggu jawaban Suho dalam diam.
"Temanku. Dia yang membawaku.."
"Teman..?"
"Ya. Temanku.."
"Hanya teman.."
"Tuan, maaf jika ku tinggal tidur. Aku mengantuk.." Suho berkata dengan cepat.
"Ya. Tak masalah.."
Suho memunggungi si pengemudi. Meringkuk memeluk tubuhnya.
"Kau membawa mantelmu..?"
Suho memejamkan matanya. "Di tasku.."
Si pengemudi melepas sebelah tangannya dari stir. Meloloskan lengannya dari mantel yang digunakannya. Si pengemudi memberikan mantel itu pada Suho. "Kenakan ini. Aku tau kau tak tahan dengan dingin. Jangan membuatku khawatir.."
Suho menyeringit menerima mantel itu. "Kau.. Siapa..?"
"Yifan.."
"Tuan Yifan.."
Suho memilih tidur. Menghindari segala kejadian aneh yang terpikirkan olehnya. Tidak ada lagi percakapan di dalam mobil itu. Waktu satu jam berlalu hanya dengan Yifan yang ditemani oleh musik. Mobil memasuki kawasan bandara. Suho terbangun dengan sendirinya. Gadis itu masih tetap cantik dengan wajah sembabnya. Suho merapikan rambutnya. Yifan berhenti pada jalur drop off.
Semua penumpang turun bergiliran. Suho memilih turun terakhir. Seolah memperlambat geraknya untuk berpisah dengan Yifan yang menyenangkan. Suho meninggalkan mantel Yifan di bangkunya. Penumpang lain sudah pergi setelah memberikan sewa.
Keduanya berhadapan berbatasan dengan koper putih milik Suho.
"Aku pergi. Jika kau main ke Seoul. Kabari aku.."
"Ya.."
Suho mengigit bibirnya dan menunduk. Terdapat keraguan dari gerak tubunya untuk meninggalkan Yifan. Suho mengulurkan tangannya. "Senang berkenalan denganmu, Yifan gege.."
Yifan menyambut tangan Suho. "Senang melihatmu kembali Kim Junmyeon.."
Suho membeku ketika mendengar kalimat Yifan. Tubuhnya tak bereaksi ketika Yifan mendekatkan wajahnya. Yifan berbisik di telinga Suho. "Aku merindukanmu Kim Junmyeon. Aku selalu mencarimu Kim Junmyeon. Aku Kris Wu, mantan kekasihmu ketika Junior High School.."
.
.
.
THE END
.
.
a/n : ini GS pertama aku selama masa eksistensi sebagai seorang author. Semoga nggak mengecewakan. Selamat hari kasih sayang untuk kalian yang merayakan.
