Appa and Daddy
A fanfiction by littlebrxt
.
.
.
CHAPTER 1 - WHERE'S MOMMY?
"Mark!"
Kedua kaki kecil Mark berlari menuju seorang pria berambut pirang yang sedang melambaikan tangannya. Bocah enam tahun itu tersebut tersenyum lebar.
"Appa!"
Jaehyun memeluk tubuh Mark sebelum menggendongnya masuk ke dalam mobil hitamnya. "Hey, jagoan, bagaimana pelajaran hari ini?" tanyanya sembari mengemudikan mobilnya.
"Menyenangkan! Tadi siang kelas kami bermain basket saat pelajaran olahraga. Aku berhasil memasukkan bola ke dalam ring karena daddy sering bermain basket bersamaku di halaman rumah kita. Kim Songsaenim memujiku dan memberiku cokelat!"
"Anak appa memang pintar. Nanti malam appa akan memasak jajangmyeon kesukaanmu."
Senyuman Mark kembali mengembang. "Yay! Apa daddy akan pulang terlambat lagi seperti kemarin?"
"Tidak, daddy akan pulang tepat waktu hari ini karena tidak ada rapat penting seperti kemarin."
"Aduh, ini sulit sekali, daddy. Dua kali tiga berapa?"
Johnny mengecup kepala Mark yang sedang duduk di pangkuannya dengan sayang. Pria tiga puluh tujuh tahun tersebut sedang membantu putranya dengan tugas matematika dari sekolah.
"Jika Mark selalu makan dua buah permen setiap harinya, berapa permen yang Mark makan dalam tiga hari?"
Mark tampak berpikir keras. "Tidak tahu, daddy."
"Begini. Kemarin Mark makan dua permen, hari ini dua dan besok dua lagi. Dua ditambah dua berapa?"
"Empat, daddy."
"Empat ditambah dua lagi?"
Bocah manis tersebut menghitung dengan jari-jari kecilnya. "Enam?"
"Good boy! Tidak sulit 'kan ternyata?"
Mark mengangguk senang. "Akhirnya selesai!"
"Sekarang gosok gigi bersama appa dan tidur!"
Jaehyun mengangkat tubuh kecil Mark dari pangkuan Johnny. "Cium daddy dulu, Mark."
"Goodnight, daddy." Mark mencium pipi Johnny singkat.
"Serius sekali, daddy."
Johnny mengalihkan pandangannya dari laptop silvernya untuk menatap Jaehyun yang baru saja kembali masuk ke dalam kamar mereka berdua. Pria tampan itu tersenyum sembari menepuk pahanya. "Come here, love."
Jaehyun langsung menuruti permintaan sang suami untuk duduk di pangkuannya. "Mark sudah tidur?" Tanya Johnny. Yang ditanya hanya mengangguk kecil sebelum tersenyum saat lengan kokoh Johnny melingkari pinggang rampingnya.
"Mark sudah besar, John. Waktu sangat cepat berlalu."
"Benar, rasanya baru kemarin kita membawa Mark yang baru berusia tiga bulan pulang dari panti asuhan."
Johnny mengingat-ingat peristiwa saat ia dan Jaehyun mulai mengasuh Mark enam tahun yang lalu. Mereka berdua tidak banyak tahu tentang asal usul putra angkat mereka. Pihak panti asuhan hanya berkata bahwa mereka menemukan Mark yang baru berusia beberapa minggu ditinggalkan begitu saja oleh ibunya. Lee Minhyung adalah nama pemberian ibu kandungnya. Sekarang, marganya telah berganti menjadi Seo. Nama Mark sendiri adalah panggilan dari Johnny karena pemuda kelahiran Chicago tersebut ingin memberikan nama barat yang keren untuknya.
Johnny menikahi Jaehyun dua belas tahun yang lalu di Kanada karena tradisi kolot Korea Selatan yang menentang adanya hubungan sesama jenis. Kehidupan rumah tangga mereka sangatlah baik dan menjadi semakin baik sejak kedatangan Mark. Jaehyun sangat senang karena bisa mengasuh Mark di rumah sehingga ia tidak merasa bosan ketika Johnny sedang bekerja sebagai akuntan bank ternama Seoul. Sambil membesarkan Mark, Jaehyun tetap melakukan pekerjaannya sebagain translator Bahasa Inggris untuk dokumen legal. Jaehyun bekerja di apartemen mereka, sehingga banyak orang mengira bahwa dirinya adalah seorang bapak rumah tangga.
"John, Mark bilang besok para ibu diundang ke sekolah untuk merayakan hari ibu. Dia menyuruhku untuk datang."
"Lucu sekali anak itu, rupanya ia tahu bahwa kau lebih cocok dipanggil eomma ketimbang appa."
"Ish, kau ini! Aku takut, bagaimana jika mereka menganggapku aneh. Aku ini pria, masa datang sebagai ibu?"
"Santai saja, sayang. Mereka akan mengira jika kau datang untuk menggantika istrimu. Datanglah, kasihan Mark jika ia sendiri yang tidak membawa orangtua."
"Baiklah. Demi Mark."
Jaehyun terlalu banyak berpikir, ia sudah memikirkan apa yang akan terjadi keesokan harinya. Karena terlalu fokus pada lamunanya, Jaehyun terlonjak kaget saat Johnny mulai menciumi leher jenjangnya.
"John!"
"I'm horny, babe. Can we fuck?"
"Kau juga datang untuk menggantikan istrimu?"
Jaehyun mengangguk dan tersenyum canggung. Jujur, ia tidak tahu harus menjawab apa jika ditanya tentang hal-hal seperti itu. Memang, keluarga dan orang-orang yang ia kenal tahu bahwa ia dan Johnny telah menikah, tetapi, orang asing sering mengira bahwa mereka adalah teman atau saudara. Baik Johnny maupun Jaehyun tidak berani bertindak kelewat mesra di hadapan publik karena Korea Selatan masih kurang menerima hubungan sesama jenis. Mereka juga tidak bercerita pada Mark bahwa mereka memiliki hubungan romantis, jika Mark sudah menginjak usia remaja, baru mereka akan bercerita. Untuk saat ini, Mark hanya tahu jika ia memiliki dua orang ayah.
"Aku Kim Jongin, ayah dari Donghyuck. Aku juga datang untuk menggantika istriku yang baru saja melahirkan putra kedua kami dua hari yang lalu."
"Ah, selamat atas kelahiran putra keduanya. Aku Seo Jaehyun, ayah dari Minhyung."
"Appa!"
Jaehyun mengela nafas lega ketika Mark berlari padanya dan memeluknya dengan tubuh kecilnya. Setidaknya ia tidak harus menjawab jika Jongin bertanya mengapa ia datang menggantikan 'istrinya', yang sebenarnya adalah seorang suami.
"Sudah selesai, Mark? Mau pulang sekarang?"
Mark mengangguk sambil tersenyum dengan sangat manis. Jaehyun menggendong tubuh Mark sebelum berpamitan pada Jongin. "Kami permisi dulu, Jongin-ssi."
"Eh? Mark, kenapa kau punya dua ayah?"
Donghyuck bertanya pada Mark yang tengah menggambar para anggota keluarganya. Kim Songsaenim menyuruh mereka untuk menggambar keluarga mereka. Ketika seluruh kelas menggambar sosok ayah dan ibu, Mark menggambar dua orang ayah. Tentu saja Donghyuck yang merupakan teman sebangku Mark dibuat bingung.
"Aku tidak mempunyai ibu. Aku tinggal dengan Jaehyun Appa dan Johnny Daddy!"
"Eh? Tidak mungkin! Jangan-jangan mereka gay?
"Gay?"
"Jongin Appa dan Soojung Eomma sudah menikah dan mereka saling mencintai! Mungkin kedua ayahmu pun begitu. Gay itu hubungan cinta pria dan pria!"
"Eh?"
"Kashian sekali, Mark! Ia tidak memiliki seoarang ibu, Kedua ayahnya gay!"
"HAHAHAHA!"
Karena perkataan Donghyuck, seisi kelas mulai menertawakan Mark. Mark tersinggung karenanya, sudah lama ia ingin bertanya pada appa dan daddynya mengapa ia tidak memiliki seorang ibu, tetapi ia tidak berani.
"Pasti kau juga akan menjadi gay ketika kau besar nanti!"
Tubuh Donghyuck terjatuh ke belakang karena Mark menindihnya. Dengan tangan kecilnya, Mark melayangkan sebuah tinju mentah pada pipi kiri Donghyuck.
"MARK! DONGHYUCK!"
Mark segera berdiri ketika Kim Songsaenim yang tadinya sedang pergi ke toilet berlari masuk ke dalam kelas.
"Saya tidak terima, anak itu harus diberi hukuman yang layak!"
Jongin menatap sengit Jaehyun dan Johnny yang duduk di sampingnya. Pria berkulit gelap tersebut tampak sangat tidak terima karena putra kesayangannya memiliki luka lebam di wajahnya.
"Jongin-ssi, tenang, di kasus ini anak anda dan Mark bersalah. Dua-duanya bersalah."
"Tidak, songsaenim. Jelas-jelas Mark yang memukul Donghyuck!"
Johnny yang sedari tadi hanya diam membuka suara. "Putra anda yang menghina Mark terlebih dahulu, wajar jika ia tersinggung."
"Pantas saja Mark suka bertindak seenaknya. Ia dibesarkan oleh kaum gay seperti kalian. Ternyata benar, kaum gay memang suka berbuat seenaknya."
Jongin membelalakkan kedua matanya kaget ketika Johnny mencengkeram kerah kemejanya dengan kuat.
"John, sudah, jangan."
Jaehyun berusaha menarik tangan suaminya, tetapi gagal karena Johnny jauh lebih kuat darinya.
"Kau lelaki normal, tetapi kau tidak bisa mendidik anakmu dengan baik."
Pria bertubuh tinggi besar tersebut melepaskan Jongin dengan kasar. Johnny bukanlah pria yang mudah emosi, tetapi Jongin sudah sangat keterlaluan.
"Aku tidak mau tahu, Mark harus dihukum!"
Jongin memukul meja milik sang guru sebelum beranjak keluar.
Mark menundukkan kepalanya takut. Jaehyun duduk di sampingnya, sementara Johnny berdiri di hadapan mereka berdua. Wajah Johnny yang tampak serius membuat nyali Mark menciut.
"Mark, kenapa tadi bertengkar dengan Donghyuck?"
Jaehyun bertanya. Jemari-jemari lentiknya mengusap rambut hitam Mark dengan lembut. Di saat-saat begini, Jaehyun lah yang selalu menjadi penengah. Johnny bukannya marah pada Mark, ia hanya masih emosi karena Jongin.
"Donghyuck bilang Mark tidak punya ibu, Dia juga menghina appa dan daddy." Lirih Mark.
Johnny menundukkan tubuhnya dan memegang bahu Mark. "Mark, Donghyuck memang salah, tetapi Mark juga salah karena sudah memukulnya. Lain kali, Mark harus sabar."
Jaehyun dan Johnny tersenyum ketika Mark mengangguk kecil. Menasehati Mark bukanlah hal yang sulit karena sikapnya yang penurut.
"Tapi Mark ingin punya seorang ibu..."
"YA, SEBENTAR!"
Jaehyun berlari untuk membukakan pintu. Seseorang memencet bel apartemennya dan Jaehyun harus beranjak dari sofa karena Johnny sedang memangku Mark yang tengan menonton film animasi di televisi.
"Siapa?"
"Saya Seo Joohyun dari komisi perlindungan anak. Saya mendapat kabar dari Kim Jongin-ssi mengenai keluarga anda. Apa anak anda di asuh dengan baik?"
"Saya rasa keluarga kami tidak ada masalah, Joohyun-ssi."
"Bolehkah saya masuk?"
Dengan setengah hati, Jaehyun mempersihlakan Joohyun untuk masuk. Mark dan Johnny tampak bingung karena kedatangan wanita yang tidak dikenal tersebut.
"Jae, siapa?"
"Ini Joohyun-ssi, dari komisi perlindungan anak."
"Mark, go to you room. Daddy ada tamu."
Mark masuk ke dalam kamarnya tanpa banyak berbicara, meninggalkan kedua ayahnya bersama Joohyun di ruang tamu. Johnny mematikan televisi, sementara Jaehyun menyiapkan minuman untuk Joohyun.
"Apa Mark bahagia tinggal bersama kalian?"
"Mark sangat bahagia, saya rasa anda tidak perlu khawatir."
Jaehyun berucap dengan sinis sembari meletakkan cangkir teh untuk Joohyun ke atas meja. Ia tidak menyukai ketika orang luar ikut campur ke dalam urusan rumah tangga mereka. Lagi pula, mereka berdua membesarkan Mark dengan penuh kasih sayang.
"Mungkin dia bahagia, tetapi apakah ia merasa tertekan karena tidak memiliki seorang ibu?"
TO BE CONTINUED
halo sup
saya datang lagi dengan fic abal, fic ini ngikutin alur cerita dari thai movie judulnya fathers. gw merasa film itu bagus bukan karena gay scenesnya, tapi nilai moralnya. bener" nyinggung issue tentang keluarga gay yang adopsi anak. nilai plusnya lagi, yang main GANTENG, sampe yang jadi anak kecilnya ganteng!
btw, ini cuman bakal 2-3 chapters aja. chap 1 emg pendek, soalnya mau tau reaksi readers dulu. kalo pada demen, ya baru dilanjut hehe
comment ya :)
