FALLEN ANGEL : BEGIN

Cast :

Jung Daehyun (B.A.P) / Lucien

Yoo Youngjae (B.A.P)

Minhyuk (Monsta X) / Vincent


Warning! TYPO!


Chapter 1

Angin berhembus di dalam kegelapan malam, menggoyangkan bunga-bunga dandelion di tengah luasnya padang rumput. Sosok makhluk berdiri di tengah sana. Bersurai coklat terang, dengan pakaian serba hitam dan dua sayap berbeda pada punggungnya. Satu sayapnya berbentuk seperti sayap kelelawar sementara satu sayapnya lagi berbentuk seperti sayap burung bewarna putih. Iris tajamnya yang bewarna merah dan abu-abu menatap tegas ke depan.

Dia Lucien, calon penguasa kegelapan. Tentu saja, setelah penobatannya di lakukan. Semua makhluk semacam iblis, vampire, werewolf, dan makhluk kegelapan lainnya akan berada di bawah kendalinya.

"Tuan Lucien." Sosok makhluk dengan sepasang iris bewarna merah darah dan wujud yang sama seperti Lucien, datang menghampirinya.

Tanpa menolehpun, Lucien tahu siapa yang datang. Dia Vincent, pelayan setianya.

"Mark sudah mendapatkan manusia untuk penobatan anda." Vincent mengadu.

Lucien bergeming. Besok blood moon akan muncul. Dan itu adalah waktu untuknya mulai menjadi penguasa menggantikan ayahnya. Tapi, dalam dirinya entah dia tak memiliki hasrat akan tahta itu.

Tak lama dalam keterdiamannya. Sosok makhluk dengan sayap hitam muncul tak jauh di depannya. Makhluk itu berjalan menghampirinya.

Vincent sudah akan melangkah ke depan Lucien. Tapi, tuannya itu mengangkat tangannya. Mengisaratkan agar dia tetap di tempatnya.

"selamat malam. Tuan Lucien." Makhluk itu menyapanya. Dia adalah Anthoine, pelayan ayahnya. Semua mengatakan jika Anthoine adalah pelayan setia ayahnya. Tapi bagi Lucien berbeda.

"sedari tadi aku perhatikan, anda terus berdiri disini. apa yang membuat tuan tertarik." Ucap Anthoine.

Raut wajah Lucien terlihat dingin. Sejak dia melihat iblis ini, dialah yang paling menentangnya. Semua tak akan tahu tapi dia dan Vincent tahu. Jika Anthoine hanya berpura-pura setia karena mengincar tahtanya. Bahkan dia tahu, iblis ini yang membuat ayahnya mati.

Vincent mengatakan semua padanya. salah satu kekuatan Vincent adalah esayn. Dia bisa membaca pikiran dan dapat melihat semua yang sudah terjadi sebelumnya.

"dunia yang tak berujung." Jawab Lucien kemudian.

"dunia yang sebentar lagi menjadi milik anda ?."

Lucien tak menjawabnya.

"besok blood moon akan muncul. Apa anda sudah mendapatkan manusia yang akan di korbankan untuk penobatan anda ?."

"kami sudah mendapatkannya." Sahut Vincent.

Anthoine tersenyum padanya. "Mereka bilang, anda adalah makhluk paling kuat. Tapi, bukankah itu karena keberuntungan anda ?."

"keberuntungan karena dust adalah kekuatanku ?." kata Lucien menyombongkan dirinya.

"Anda memang bisa melebur segalanya menjadi debu kapanpun yang anda mau. Tapi, mereka tetap tidak akan tinggal diam, saat ini para pemberontak sedang mencari kelemahan anda." Kalimat terakhir Anthoine terdengar mengancam di telinga Lucien.

Dan entah bagaimana, Vincent saat ini sudah berada di depan Anthoine. Tangan kanannya memegang sebuah short gun bewarna perak dengan ukiran rumit bewarna hitam disana, yang dia arahkan pada Anthoine.

Di dalam short gun nya memang tidak ada peluru. Tapi, begitu Vincent menarik pelatuknya, peluru berbentuk krystal akan muncul. Berfungsi sesuai kehendaknya, untuk memusnahkan musuhnya atau melumpuhkan dengan cara menyegel kekuatan mereka. Satu lagi kekuatan yang dimiliki Vincent, fragis. Fallen Angel seperti Vincent berada di bawah kendali Lucien membuatnya seperti memiliki kartu AS.

"apa kau sedang merencanakan pemberontakan pada Tuan Lucien ?." tanya Vincent tanpa basa-basi.

Anthoine tertawa. "bagaimana bisa aku berani melawan tuan Lucien. Mereka hanya berpikir tuan Lucien masih terlalu muda untuk naik tahta. Juga, mereka tidak menyetujui jika tuan Lucien melindungi vampir itu."

Lucien tahu, bahkan ayahnya sendiri tidak menyetujui jika dia melindungi Mark yang bertemu dengannya beratus tahun lalu. Tapi, dia tak akan peduli itu. Dia hanya ingin melakukan apa yang dia ingin lakukan.

"bahkan bangsa vampir sendiri ingin memusnahkan clan nya." Lanjut Anthoine.

Lucien tersenyum simpul. "Vincent. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan."

Lalu, tubuh Lucien menghilang. Vincent segera mengikuti tuannya, meninggalkan Anthoine sendirian disana.

.

.

.

Vincent berjalan di sebuah lorong yang gelap dan sunyi. Suara langkah kakinya terdengar menggema. Dia berhenti di sudut lorong, membuka pintu besar bercat coklat di depannya.

Sebuah ruangan yang sangat besar dengan nuansa merah dan hitam tampak di depannya. Di depan jendela sana, dia melihat Lucien yang sedang berdiri. Di luar jendela, hanya gelap malam dan blood moon yang akan segera tercipta.

"Tuan Lucien." Vincent mengintrupsinya. Lucien sama sekali bergeming dan tak menjawabnya. Dia menghampiri tuannya itu.

"Tuan Lucien. Semua sudah menunggu." Ujarnya lagi.

"kau pasti tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini." Ucap Lucien kemudian.

"tapi, hanya setelah penobatan, anda bisa menghukum Anthoine."

"aku iblis yang tidak mempunyai nurani untuk itu. Dari dulu aku membenci ayahku." Lucien tersenyum kecut. "masih haruskah aku menyebutnya ayah."

Vincent mengetahui bagaimana Lucien membenci ayahnya sejak ibunya meninggal.

"aku ingin menghilang dari sini." Lanjut Lucien.

Vincent menegang mendengar perkataan tuannya.

"tuan Lucien. Anda-"

"dari pada tahta itu, aku lebih tertarik dengan apa yang berada di dunia luar sana." Lucien memotongnya. "apa yang sebenarnya berada di dalam gelap yang tak berujung disana." Lucien berbalik menghadap Vincent. Menatap dengan iris berbeda warna miliknya. "bukan berarti aku takut dengan Anthoine dan para pengikutnya."

"jika anda pergi dari sini. Fallen Angel lainnya-. mungkin para pemberontak akan memusnahkan clan kita." Kata Vincent.

"aku akan berpikir egois untuk itu. Aku akan memberikan kebebasan pada mereka. Termasuk dirimu. Aku tidak akan memaksa kau ikut denganku."

Setelah kalimat panjangnya, tubuh Lucien di keliling asap bewarna hitam, kemudian dia menghilang seiring lenyapnya asap tersebut.

Vincent menghela nafas panjang. Tanpa berpikir lagi, dia melakukan hal yang sama. Mengikuti tuannya.


FALLEN ANGEL

Daehyun X Youngjae


700 years later.

Malam hari tak menghalangi hiruk pikuk pusat ibu kota negeri gingseng itu, bahkan pada beberapa tempat menjadi semakin ramai.

Sang Fallen Angel berdiri di tepi rooftop salah satu gedung pencakar langit di kota itu.

Dengan mengenakan setelan jas hitam, dia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Matanya menatap lurus pada langit gelap tak berbintang yang menyelimuti gemerlapnya kota.

Di dunia yang ia tempati saat ini, dia adalah Jung Daehyun. Seorang CEO muda perusahaan property. Gedung pencakar langit tempatnya berdiri saat ini adalah miliknya.

"Depyonim." Suara seorang laki laki mengintrupsinya.

Daehyun menoleh dan menghampiri laki laki itu. Dia Vincent, atau saat ini kita bisa memanggilnya dengan nama Lee Minhyuk.

Tanpa percakapan, mereka turun dari rooftop. Minhyuk menekan tombol lift yang akan mengantar mereka ke lantai basement.

"bagaimana ?." tanya Daehyun sesaat setelah pintu lift tertutup.

"semua sudah selesai. mereka akan menjual tanahnya pada kita."

"aku akan meninjau kontraknya besok siang. Persiapkan semuanya."

"Ne."

Dari padat dan sibuknya kota, suasana sunyi saat malam hari tampak pada sebuah komplek perumahan. Tapi, sangat berbanding terbalik dengan salah satu rumah yang cukup mewah di komplek tersebut.

"KAU BERSELINGKUH LAGI ?." seorang wanita paruh baya berteriak pada seorang laki laki paruh baya di depannya.

"AKU MELAKUKANNYA KARENA KAU. COBA SAJA JIKA KAU MENJADI ISTRI YANG BAIK. SETIAP HARI YANG KAU TAHU HANYA MENGHABISKAN UANGKU." Laki laki paruh baya itu tak mau kalah.

Teriakan dua orang pertengahan empat puluhan itu terdengar hingga ke seluruh rumah. Di dalam salah satu kamar, seorang lelaki manis sedang berusaha untuk memejamkan matanya. Mencoba menghiraukan suara teriakan teriakan di luar kamarnya. Bahkan dia menutup telinganya dengan bantal. Demi apa, ini sudah lewat dari jam sebelas malam, dan mereka yang berada di luar kamarnya tidak mau mengecilkan suara mereka. setiap orang tuanya pulang ke rumah selalu seperti ini.

Hingga jam alarm membangunkannya, matahari sudah menampakan dirinya. Dia tidak ingat pukul berapa kemarin orang tuanya berhenti bertengkar dan dia terlelap begitu saja.

Dengan enggan dia terpaksa bangun dari peraduannya. Hari ini dia harus pergi ke sekolah. Suasana rumahnya tampak sepi, sudah pasti. Kedua orang tuanya pasti sudah pergi. Mereka hanya menjadikan rumah tempat bertengkar mereka.

.

Sebuah mobil mewah bewarna hitam melaju di jalan raya. Berbaur ikut memadati jalanan kota.

"Tuan Lucien." Minhyuk mengintrupsi tuannya yang terfokus pada sebuah tab di tangannya.

Daehyun hanya melirik Minhyuk yang sedang menyetir di depannya. Sudah lama dia tidak memanggil nama aslinya.

"apa tuan tidak ingin kembali ?."

"kenapa ?."

"semua Fallen Angel tewas dibantai Anthoine dan pengikutnya. Fallen Angel hanya tersisa kita berdua. Tapi mereka semua mengira jika kita sudah mati."

"Kau pergi kesana tanpa sepengetahuanku ?."

"Maafkan aku."

"aku tahu Vincent. Bukankah berita itu sudah menyebar tak lama setelah aku pergi kesini."

"aku kira anda tidak tahu karena tak pernah membahasnya."

"Bagaimana keadaan istana."

"kerajaan di kuasai oleh Anthoine. Jika kembali sekarang pun itu belum terlambat. Tak lama lagi Blood Moon akan muncul. Kita bisa mulai menobatan anda." Jelas Minhyuk.

"harus berapa kali aku bilang, aku tidak tertarik dengan tahta itu. Aku lebih suka hidup disini."

Hening. Minhyuk melirik Daehyun dari kaca spion. Tuannya itu tampak bergeming seakan sudah tak tertarik dengan pembicaraan mereka.

"sebenarnya apa yang tuan cari disini ?."

Daehyun menaruh tabnya di jok samping. Dia mengalihkan pandangannya pada jendela, menatap lurus ke depan. Memperhatikan apapun yang mereka lalui.

"aku tidak yakin. Selama aku disini, aku rasa aku sudah mendapatkan semuanya. Tapi, apa yang belum aku dapatkan Minhyuk-ah. Yang belum pernah aku dapatkan selama hidupku."

.

Tak berbeda jauh dengan ramainya jalanan kota. Salah satu sekolah elite di kota itu juga tak kalah ramai. Banyak siswa-siswi yang berlalu lalang di halaman sekolah. Beberapa siswa tampak berkumpul di depan mading.

Salah seorang siswi berlari ke dalam kelasnya setelah melihat sesuatu yang tertempel di mading.

"ya ! kau sudah lihat pengumuman hasil ujian minggu kemarin ?."dia menghampiri beberapa temannya yang berkumpul di bangku belakang.

"Youngjae menjadi nomor satu lagi." Lanjutnya berbisik pada teman-temannya.

"dia pendiam dan tidak punya teman, apa semua anak pintar seperti itu." Bisik yang lainnya sambil melihat seorang laki-laki yang duduk tiga bangku di depan mereka.

Laki-laki yang di bicarakan, tak pernah memperdulikan apapun yang di bicarakan teman-temannya tentang dirinya.

Setidaknya sekolah tempat yang lebih baik dari pada rumahnya.

Sebenarnya Youngjae pribadi yang ceria dan mudah bergaul. Tapi, semua berubah sejak dua tahun lalu saat orang tuanya mulai bertengkar dan mengabaikannya.

Youngjae berdiri kemudian keluar kelas, kurang dari lima belas menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Dia ingin ke perpustakaan, tempat favoritnya. Karena tempat ini akan terasa sepi meski banyak orang, dia bisa merasa nyaman sejenak.

Jemari indahnya menyusuri rak yang menyusun buku-buku sastra. Gerakannya berhenti di depan sebuah buku. Dia mengambilnya, buku bersampul merah marun bertuliskan 'mythology' pada sampul depannya. Hanya itu tak ada tulisan lain seperti nama pengarang atau yang lainnya, sampul belakangnya pun bersih tak ada tulisan apapun.

Dia membuka secara acak buku itu, membacanya sekilas. Setiap lembar halamannya bewarna coklat seperti buku tua berpuluh tahun yang lalu. Yang ia tangkap sepintas buku ini menceritakan tentang makhluk-makhluk mitologi.

Hingga bel masuk terdengar nyaring. Membuatnya harus menutup kembali buku itu. Segera membawanya pada guru yang bertugas menjaga perpustakaan, untuk pencatatan buku pinjaman.


Daejae


Siang yang cerah telah berganti menjadi malam yang gelap. Sama seperti hari-hari biasanya. Setiap kedua orang tuanya pulang mereka selalu bertengkar. Dia bisa mendengar teriakan-teriakan mereka berdua.

Youngjae menutup buku pelajaran sejarahnya. Lelaki manis itu sudah bosan dan tidak tahan lagi.

Dia mengambil tas sekolahnya kemudian menumpahkan semua isinya. Tak peduli jika itu akan membuat meja belajarnya berantakan.

Youngjae memasukan kemeja bewarna putih, celana jeans robek-robek bewarna hitam dan sepatu bewarna putih. Dia melemparkan ponselnya ke tempat tidur. Untuk saat ini Youngjae tak terlalu membutuhkan ponsel, lagi pula siapa yang akan di hubunginya.

Dia membuka laci meja belajarnya untuk mengambil uang saku yang selama ini sudah ia sisikan. Dan kembali memastikan, semua yang dia butuhkan sudah di bawanya.

Sesaat setelah membuka pintu, netranya bisa melihat kedua orang tuanya saling menatap penuh dengan kebencian.

Youngjae sudah pasti merasa tak nyaman dengan keadaan yang seperti ini. Tapi, dia berusaha tak mempedulikannya dan hanya berjalan melewati mereka.

"KAU MAU KEMANA ?!." Ibunya berteriak padanya.

"perpustakaan." Jawabnya singkat sambil memakai sepatunya.

"APA KAU TIDAK TAHU JIKA INI SUDAH MALAM."

"aku tidak bisa belajar di rumah karena kalian."

Dia keluar rumah tanpa mempedulikan teriakan ibunya yang memanggilnya. Setelah ini mereka berdua pasti kembali bertengkar dan saling menyalahkan.

Youngjae menyewa sebuah loker di stasiun subway untuk menaruh tasnya. Dia sudah berganti dengan baju yang dia bawa tadi.

Malam ini dia ingin melepaskan beban pikirannya sejenak.

Dan disinilah dia, di depan sebuah club malam. Ia sering mendengar dari beberapa temannya, jika club malam ini pengawasannya tak terlalu ketat. Bahkan anak seusianya pun bisa masuk dengan leluasa.

.

Suara dentuman musik yang menggema ke seluruh sudut club malam, membawa semua insan yang ada di dalamnya untuk terus tetap menggerakan tubuhnya.

Dari lantai dua club malam itu. Di temani dengan satu gelas wine di tangannya, Daehyun hanya memperhatikan manusia-manusia yang tengah terbuai dengan kenikmatan sementara.

Tak di hiraukannya semua wanita dan laki-laki yang datang menggodanya. Meski dia bukan manusia, tapi juga butuh hiburan. mencari wanita atau laki-laki manis disini, untuk menemaninya bersenang-senang malam ini. Tapi sampai saat ini, belum ada yang menarik perhatiannya.

Menemani bukan berarti untuk dia tiduri. Benar benar menemani dalam artian yang sesungguhnya. Daehyun sama sekali belum pernah tidur dengan seseorang. Dia memang tidak bisa tidur dengan sembarang orang, meski dia ingin.

Namun beberapa detik kemudian mata tajamnya tengah tertarik dengan salah satu sosok lelaki yang mencoba menembus kerumunan orang orang yang tengah menari tak terkendali. Laki-laki dengan kemeja putihnya. Meskipun disini tak terlalu terang tapi, dari jaraknya saat ini, dia bisa melihat betapa manisnya laki-laki itu.

Netranya terus mengikuti lelaki itu hingga dia duduk di depan bar dan tampak berbicara dengan bartender. Tak lama bartender itu memberikan satu gelas minuman bewarna orange.

Daehyun meletakan minumannya ke atas meja di sampingnya ketika melihat seorang laki laki datang pada lelaki manis itu dan mulai menggodanya.

.

Youngjae hanya memainkan gelas orange jus yang baru saja di pesannya. Ini adalah kali pertamanya dia masuk club malam. Dia tak tahu apa yang harus dia lakukan disini sendiri.

"Hai." Seorang laki-laki datang padanya.

Dia hanya menoleh dan memberikan senyuman.

"mau menari denganku ?." tanya laki-laki itu.

"tidak."

"bagaimana jika aku temani minum ?."

"Tidak. terima kasih." Youngjae mulai risih.

Laki laki itu menyentuh pipi Youngjae. Dengan segera dia menepis tangan laki-laki itu.

"kenapa manis."

GREP.

Saat laki-laki itu mencoba menyentuh dagunya, Daehyun lebih dulu menahan tangan laki-laki itu.

Laki laki yang menggoda Youngjae menghempaskan tangannya.

"apa-apaan kau."

"lebih baik kau mencari orang lain. pergi." Ucap Daehyun dingin dengan tatapan tajamnya.

Laki-laki itu menegang, pandangannya terlihat kosong. Tanpa membantah, laki-laki itu menuruti ucapan Daehyun.

Sedangkan Youngjae, dia mencoba tak menghiraukan dua laki-laki tak di kenalnya yang berdebat karenanya. Dia tak pernah berpikir jika club malam berisi orang-orang seperti mereka.

Menyebalkan.

Daehyun mengambil duduk di sebelah Youngjae.

"kau datang sendiri ?." ujar Daehyun sambil mengisaratkan pada bartender untuk memberinya dua gelas minuman.

Youngjae hanya diam, tak mempedulikan Daehyun. Bahkan menoleh pun enggan, seakan Daehyun tak ada.

Daehyun hanya tertawa pelan.

Bartender memberikan dua gelas bir padanya, Daehyun meletakan satu gelas di depan Youngjae.

"minumlah, aku mentraktirmu. Sepertinya kau sedang banyak masalah."

Youngjae melirik minuman yang di berikan Daehyun.

"aku tidak bisa." Tolak Youngjae dan menggeser bir itu ke hadapan Daehyun.

"kenapa ? kau tidak bisa minum alcohol ?."

Youngjae memutar bola matanya malas. Demi apa, dia nekat datang kesini untuk menghibur dirinya. Tapi bukannya merasa senang, dia malah semakin sebal.

Tanpa berbicara Youngjae beranjak dari duduknya.

Daehyun hanya menatapnya yang berjalan menuju pintu keluar. Dia tersenyum miring. Apa dia di tolak ?. ini adalah kali pertamanya dia di tolak seseorang. Lihat saja, malam ini dia pasti mendapatkannya.

Youngjae berdiri di depan pintu keluar dengan raut kesalnya. Sepertinya memang bukan ide yang bagus datang ke club malam. Lalu, sekarang harus pergi kemana ? dia tidak bisa pulang ke rumah sekarang. Apa ke perpustakaan saja ? ya, sepertinya hanya perpustakaan tempat yang cocok untuknya.

Tapi, uangnya tidak cukup jika harus naik taxi ke perpustakaan kota. Naik bus ? sudah tidak ada yang beroperasi di jam seperti ini.

Youngjae merutuki dirinya sendiri, kenapa dia tidak membawa semua uangnya dan malah meninggalkannya sebagian di dalam tasnya.

Oh, dia ingat ada perpustakaan kecil dekat sini. Ini belum jam 12, mungkin masih buka.

GREP

Seseorang menahan lengannya saat baru saja akan melangkah. Dia menoleh untuk melihat pelakunya. Laki-laki yang membuatnya kesal dan harus meninggalkan club malam.

"apa yang kau lakukan ? lepaskan ini." Youngjae melepas paksa tangan Daehyun dari lengannya.

"mau kemana ? pulang ? mau aku antar ?."

"tidak perlu." Jawab Youngjae kesal.

Youngjae segera pergi meninggalkan tempat itu. Berjalan menyusuri trotoar yang masih cukup ramai. Dia berbelok, masuk ke dalam gang kecil untuk mengambil jalan pintas.

Suasananya cukup sepi dan gelap, beberapa lampu jalannya mati. Sayangnya, dia bukan orang yang takut dengan hal semacam ini.

Youngjae hanya berjalan tenang, dari tempatnya kini dia bisa melihat tiga orang laki-laki yang berdiri di bawah lampu jalan yang menyala.

Ketiga laki laki itu menatapnya saat dia berjalan di depan mereka.

"wah, siapa ini ?" ketiga laki-laki itu menghadang jalannya.

"bisakah kalian pergi ?." jawab Youngjae.

Ketiganya saling tatap kemudian tertawa.

Mereka memojokan Youngjae ke dinding.

"pergi ? bagaimana jika kau ikut pergi dengan kami."

Mereka bertiga tertawa dan mencoba untuk menyentuh Youngjae.

"Ya !." seseorang berteriak mengintrupsi mereka.

Youngjae dan ketiga laki-laki itu menoleh pada si pelaku.

Youngjae berdecak sebal, orang yang tadi. Apa orang ini mengikutinya ?.

Ketiga laki-laki itu segera menghampiri Daehyun.

"lebih baik kalian tidak mengganggunya atau aku akan membunuh kalian semua." Ujar Daehyun menusuk.

Ketiga laki-laki itu tertawa meremehkan.

"sialan. bukan kami yang mati, tapi kau yang akan mati disini." Ujar salah satu dari mereka bertiga.

Mereka mulai berkelahi. Satu lawan tiga. Youngjae hanya memperhatikan. Memang, kemampuan berkelahi laki-laki itu tidak bisa di remehkan. Hanya dalam waktu beberapa menit, dia bisa menjatuhkan tiga laki-laki itu dan membuat mereka lari tunggang langgang. Bahkan sepertinya tadi, tiga laki-laki itu tak bisa menyentuhnya.

Youngjae terpaku pada tempatnya, memperhatikan Daehyun yang berjalan menghampirinya.

"kau baik-baik saja ?." ucap Daehyun.

Youngjae terdiam sejenak, memperhatikan Daehyun dari atas sampai bawah. Dengan mengenakan setelah jas hitam, sepatu kulit hitam yang terlihat sangat mahal. Dia pasti orang yang memiliki banyak uang, tapi kenapa-

"kau mengikutiku ?."

Kata yang keluar dari mulut Youngjae membuat Daehyun tertawa pelan.

"aku khawatir kau berjalan sendirian malam-malam di gang sepi seperti ini. Apa rumahmu di sekitar sini ?." ucap Daehyun

"kenapa kau mengkhawatirkanku. Itu bukan urusanmu."

"intinya aku sudah menolongmu dua kali. Apa kau tidak ingin mengucapkan terima kasih atau semacamnya ?."

"aku tidak pernah memintamu untuk menolongku."

Youngjae meninggalkan Daehyun lagi. Laki laki itu segera mengejar dan menghadang jalannya.

"aku tidak suka jika ada orang yang berhutang budi padaku. Bagaimana jika dengan namamu untuk membalasnya ? aku Jung Daehyun." Daehyun mengulurkan tangannya.

Youngjae melirik uluran tangan Daehyun dan menghela nafas berat.

"jangan mengikutiku lagi. Yoo Youngjae."

Youngjae kembali berjalan tanpa menyambut uluran tangan Daehyun.

Laki laki itu menurunkan tangannya, dia menyeringai. Seringaian yang cukup mengerikan, kemudian berjalan berlawanan arah dengan Youngjae.

Lucien, jika dia sudah tertarik dengan sesuatu. Iblis itu tidak akan pernah melepaskannya.

.

.

.

TBC


Hai~ hai~ aku balik lagi

Dan ini adalah story rate M pertamaku XD

Mind to Review ? :)