Why it is not me ?
warning: charanya ooc, fem!natsu, AU.
Chapter 1 :
Matahari menyinari masuk ke sebuah kamar yang berantakan, hancur-hancuran, bau lagi. Kamarnya memang sederhana dengan ranjang kecil di tengah ruangan, sebuah tv 21 inch, dan sebuah lemari pakaian. Di ranjang kecil tersebut tampak gundukan selimut besar. Well, setelah di amati sungguh-sungguh gundukan tersebut bergerak. Apa tikus, bukan, bukan terlalu besar untuk ukuran tikus, nenek moyang tikus juga gak mungkin sebesar itu.
" NATSU! NATSSSUUU! BANGUUN!" teriak sebuah suara cewek yang melengking dari luar kamar tersebut.
Cewek tersebut memakai dress warna merah tanpa lengan di lapisi dengan apron putih. Rambut cewek tersebut putih panjang sedikit bergelombang dan poninya di ikat ke atas. Si tanganya memegang spatula.
Hn? Kenapa bisa tahu rupa cewek tersebut? Bukan, bukan sakti tapi cewek tersebut berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang.
"Bangun natsu! Ayo bangun natsu!" ucap cewek ubanan *plak* berambut putih tersebut sambil menarik gundukan tadi.
" ngg... Biarkan aku tidur, kita kan sedang libur sekolah, Mira-nee!" ucap gundukan tersebut yang ternyata adalah tikus *plak* manusia.
Manusia tersebut memakai topi biru, sedikit iler ada di sudut bibirnya.
'kok bisa-bisanya dia tidur pakai topi' pikir cewek rambut putih tersebut aka Mirajane Strauss.
"meskipun libur bukan berarti kau boleh malas-malasan, Natsu." ucap satu suara lagi. Kepala putihnya nyembul dari pintu.
"uruse, lisana!" balas manusia yang di panggil natsu ini.
" kau ini cewek tahu, jangan malas-malasan seperti ini dong!" kata lisana sambil menarik tangan natsu keluar dari gundukannya.
'trrrrtttttrrrrttt" (beginikah suara handphone bergetar ?)
"ng. moshi-moshi" jawab natsu dengan masih ngantuknya.
' NATSU DRAGNEEL! JANGAN BILANG KAU LUPA DENGAN JANJI KITA HARI INI! JAM INI! DAN DETIK INI!?' suara keras mendera indra pendengar natsu. Bahkan l
Lisana dan Mira bisa mendengar dengan jelas.
" e...e..e-gulp-erza!" jawab natsu ragu-ragu. 'mati aku, bagaimana aku bisa lupa ada latihan dengan erza!'
' ku tunggu sepuluh menit dari sekarang atau tidak ! -Tut-' kata erza sengaja menggantungkan kalimatnya.
"haiikk!" jawab natsu pada telepon yang baru saja terputus. Dengan gerakan kilat dia mengambil handuk pergi ke kamar mandi.
"Mira-nee, kenapa hanya dengan satu kata dari erza dia langsung bangun, tapi beribu-ribu kata dari kita dia tak menghiraukannya." tanya lisana pada kakaknya.
" that's erza for you" jawab kakaknya riang dan menuju kebawa melanjutkan memasak.
Selang beberapa detik natsu keluar memakai seragam basketnya dan topi yang setia dia pakai. Karena masih musim dingin, dia memakai mantel di luar dan syal kotak kotak putihnya.
" ce-cepatnya" kagum lisana.
" yabe! Tinggal 8 menit lagi!" seru natsu panik, akhirnya dia membuka jendela dan meloncat ke bawah.
"kyyaaa! Natsu bodohh! Ini lantai dua tahu?!" teriak lisana pada natsu yang mendarat di bawah sana. "kau ini ninja atau apa sih!"
"aku pergi, Lisana!" teriak natsu.
Natsu berlari dengan kecepatan penuh, karena dia sungguh menyayangi nyawanya. Erza yang marah adalah seperti angin badai di musim semi yang indah.
BRRRAAAKKKKK
"IITTAII" Teriak dua suara secara bersamaan.
"kalau jalan lihat- lihat dong, no...ternyata kau!" teriak sebuah suara cowok.
" gr...gray?" bisiknya pada dirinya sendiri. 'kenapa bisa menabrak gray di antara banyaknya orang. Apakah aku dan dia berjodoh? tunggu buyarkan pikiran tersebut, ingat gray milik lucy! MILIK LUCY'
"hoi, mata sipit" ucap si cowok aka Gray Fullbuster.
Perempatan muncul di kepala natsu.
" Berisik mata sayu! senang sekali cari masalah denganku sih!" balas natsu
"Kau sendiri yang menabrakku, cewek jejadian!" sergah gray
"Aku duluan yang berjalan keluar, cowok striptis!" balas natsu.
Keduanya saling tidak mau kalah, padahal dalam keadaan duduk tersungkur. Wajah mereka saling berhadapan. Mereka sama sekali tidak menghiraukan posisi mereka sekarang, yg terlihat seperti akan ehem-Ciuman-ehem.
"Aku bukan cowok striptis, baka!" mendekat satu senti.
"aku juga bukan baka, manusia tebing es" mendekat satu senti juga.
"dasar pinky!" seru gray sambil maju satu senti lagi.
"kau sendiri hitam!" natsu juga maju satu senti lagi.
Akhirnya terjadilah adu tatap menatap tanpa berkedip dengan jarak 2 senti. Tatapan tajam mereka setajam silet. Jika tatapan bisa membunuh mungkin mereka berdua sudah tewas satu sama lain.
'trrrttttttttrrrtt'
Handphone mereka berdua bergetar, mereka mengambil handphone masing-masing tanpa melepaskan tatapan silet mereka.
"APA!" kata mereka dengan handphone yang menempel di telinga.
'apa maksudnya dengan 'apa'-mu ?' jawab kedua suara di dalam telepon mereka dengan ketepatan dan kecepatan yang sama.
" YABE!" teriak si pirang dan hitam dalam waktu yang bersamaan dan mematikan hpnya langsung. Benar-benar makhluk yang kompak.
Mereka berdua mulai berlari menyelamatkan diri masing-masing di jalur masing-masing.
"jangan mengikutiku, mata sayu!" teriak natsu.
"Kau yang mengikutiku, mata sipit!" teriak gray.
"Aku mau ke taman hargeon!" ucap mereka kompak ,lagi.
"Huh, ternyata lucy menemani latihan kalian lagi." ucap gray sambil terus berlari.
"..." kaki natsu terhenti, dia berhenti berlari dan kepalanya tertunduk. Ekspresinya di sembunyikan topi birunya.
Merasa aneh dengan natsu yang diam, gray ikutan berhenti dan melihat ke belakang.
"oi...?"
Baru saja gray mau mendekati natsu, natsu sudah berdiri tegak dan berlari kencang meninggalkan gray yang masih terkejut.
"ooii!, sialan jangan meninggalkanku begitu saja, baka!" teriaknya dan menyusul natsu.
"Cepatlah, kalau tidak kita dalam masalah." ucap natsu tanpa melirik gray.
Walaupun merasa aneh dengan sikap natsu, namun di singkirkannya pikiran itu lagi. Mereka berdua terus melaju menuju taman dalam kesunyian tanpa adu mulut mereka lagi.
' Ingat Natsu, jangan terbawa perasaan lagi!'
Di lapangan di taman hargeon, nampak kepala warna-warni sedang bermain basket. Tampak pula kepala bertopi biru sedang mendribble bola sambil mengelilingi lapangan. Sekumpulan uap-uap keluar dari mulutnya.
"erza sialan! Keliling lapangan sepuluh kali lagi!" maki natsu. Sesekali sambil mengelilingi lapangan, sudut matanya melirik sepasang sejoli yang duduk di bangku taman. "mesra sekali. Ughh, neraka!"
' neraka, melihat orang yang kita sukai bermesraan dengan orang lain, terlebih lagi pacarnya.'
chapter 1 ~end~
reviewnya plizzzz!
