Dear
A Katekyo Hitman Reborn Fanfiction
Written By Gokudera J. Vie
Disclaimer : KHR © Amano Akira
Dear © Gokudera J. Vie
Warning : AU, OOC, some typo, etc. don't like? Don't read!
# # #
Cklek,
Suara gagang pintu yang berputar, membiarkan papan kayu yang menempel pada dinding rumah itu terayun terbuka. Satu langkah, pemandangan yang tampak adalah sebuah ruang tamu lengkap dengan segala perabotnya yang tampak baru. Diatas sofa dalam ruangan ini, dua sosok saling bercengkrama. Tertawa. Marah. Cemberut. Menggoda. Cemburu. Semua perasaan yang dapat ditemukan dalam sosok pasangan kekasih.
Mataku berpaling, kakiku membawaku menjauh pergi melangkah ke depan. Kini aku berhadapan dengan tangga. Mendongak ke atas, menatap jendela di lantai dua yang membingkai pemandangan pohon sakura di luar rumah. Di masing-masing sisi kanan dan kiri bingkai jendela, berdiri individu yang berbeda. Yang satu memiliki rambut pirang yang menyilaukan, sementara yang lain memiliki rambut hitam nyaris kelam.
Menutup mata, aku menarik nafas, suatu bentuk kegiatan yang kurasa cukup mampu menenangkan pikiran. Kembali berjalan, menuju keatas, memijak satu per satu anak tangga, mengabaikan sosok yang berdiri di dekat jendela, melewatinya begitu saja, seolah tak ada apa-apa disana.
Lantai dua tidak seluas lantai pertama, tapi di lantai ini terdapat sebuah dapur cadangan dan dua kamar tidur. Dapur di tengah, dikepung oleh dua kamar yang saling berhadapan.
Meskipun disebut dapur, ruang tengah itu hanyalah diisi sebuah counter setengah lingkaran bercat pelangi. Dalam ruang setengah lingkaran, ada sebuah kursi. Di kursi itulah, kembali ada kehadiran sosok yang lain. Lagi-lagi dua orang. Mereka sedang bercakap-cakap saling berhadapan, pandangan mata pun saling beradu. Mata beriris abu-abu bertemu mata dengan warna coklat.
Aku nyaris mengerang menyaksikannya. Demi apa aku harus menyaksikan semua ini? Jadi, aku memutuskan untuk berjalan pergi. Kali ini, tujuanku adalah kamar di sisi sebelah kanan. Kamar yang pintunya bercat putih polos tanpa papan nama, berbeda dengan kamar sebelah kiri yang dihiasi stiker-stiker dan dipasangi papan nama.
Lagi-lagi suara pintu terbuka, dan terayun membuka.
Sederhana. Hanya kata itu yang mampu menggambarkan kamar itu secara keseluruhan. Hanya berisi sebuah kasur dan meja belajar, dihiasi sebuah jendela yang membingkai pemandangan pantai. Suasananya tenang dihibur suara desiran dan terkadang hempasan ombak.
Cukup puas dengan ketenangan yang disajikan kamar ini, aku berjalan pergi. Menutup pintu kamar sederhana bercat abu-abu itu, dan mulai menelusuri kamar yang lain.
Kamar yang ini… rapi. Lebih luas dibandingkan kamar sebelumnya. Terdapat juga sebuah jendela di kamar yang satu ini, tapi kali ini yang dibingkai adalah sebuah taman, taman depan rumah ini yang dihiasi aneka bunga warna-warni.
Di atas kasur yang berukuran besar, dua orang berbaring, tertidur berdua dengan sebuah selimut tebal yang menyelimuti. Aku kembali bersikap tidak peduli, berjalan mendekati jendela, menyentuhkan tanganku pada kacanya.
Seseorang berdiri disana, di antara depan gerbang rumah. Sendirian.
Seseorang itu adalah seorang pria berambut pirang, memakai jaket tebal, dan sedang tersenyum harap-harap cemas. Ah, ternyata dia adalah seorang yang sama dengan yang berada di ruang tamu, tangga, dapur, dan berbaring diatas kasur. Si pria berambut pirang bermata coklat yang selalu ceria. Hanya, yang kali adalah kenyataan, bukan ilusi yang kuciptakan dari memori. Benar, empat pemandangan orang sebelumnya hanyalah ilusiku, kenanganku antara aku dan dia.
Perlahan sebuah senyuman terukir, senyuman pertama dan terakhir yang kuberikan padanya, pada orang yang berdiri di gerbang sana, sebuah senyuman sedih.
Dear, Dino.
Itulah namanya… Dino.
Kali ini dia tidak lagi sendiri. Sebuah mobil datang dan berhenti di depannya. Dari dalam mobil tersebut turun dua sosok perempuan. Yang satu adalah wanita dewasa berambut pirang, dan yang seorang lagi adalah anak kecil yang juga berambut pirang. Istri dan anak Dino Cavallone.
Yang terisisa kini hanyalah aku seorang, sendirian. Ditinggalkan bersama segala kenangan… yang akan segera pupus dan menghilang. Rumah ini akan menjadi tempat tinggal Dino dan keluarganya, mengisi tiap ruang dengan kenangan akan kehidupan mereka, mengukir cinta disetiap centinya. Tak ada ruang untukku, meski aku adalah mantan penghuninya. Tidak meninggalkan cintanya untukku meski dulu aku memiliki segala seginya.
Sayonara.
Hanya itu yang bisa kuucapkan untukmu. Selamat tinggal, aku tidak akan kembali lagi dalam hidupmu. Dan jangan pernah kembali dalam hidupku.
F I N
A/N : Oke, gaje? Saya tau kok. Hedeehh,… Hibari OOC nian disini.
Terima kasih banyak buat yang sudah membaca cerita ini, maafkan saya bila ada yang menyinggung perasaan.
Saya mengharapkan kritik dan saran dari anda sekalian.
RnR pelase!
.
26 Maret 2011
.
Gokudera J. Vie
