Hello, this is Yoon Soo Ji with a brand new strory.

First of all, ini akan berada di alternative universe, Star Wars!

Tapi tak masalah, aku hanya memasukkan konsep Jedi, Sith, Republik, dan droid-droid sebangsanya. Jadi itu bukan masalah jika kalian tak pernah menonton Star Wars, atau tak mengikuti ceritanya dari episode 1.

Dan juga, ini akan menjadi yaoi dan M-Preg area, kalian yang homophobic, nagajuseyo.

Anyway, that's all.

enjoy the story!

Run This

Tahun-tahun berlalu sejak sistem planet EXO diruntuhkan oleh Federasi Merah, membuat sistem terpencil itu kian terlupakan dalam Perang Galaktik yang pecah puluhan tahun yang lalu. Sementara sekutu mereka, sistem planet Bulletproof, berusaha mengembalikan sistem mereka di tengah-tengah kejahatan korupsi yang terselubung dalam Republik, tertutup sempurna oleh Federasi Merah, juga ancaman Sith yang kembali merajalela...

.

Ibukota Republik, enam belas tahun setelah invasi.

Tak pernah ada yang tidak ribut di sistem planet pusat, selalu ada Starship yang lalu lalang meminta bala bantuan ataupun hanya sekedar kunjungan sesama senator. Namun kali ini, semuanya begitu ribut, mengingat pemilihan suara untuk Kanselir Agung terjadi hari ini.

Min Yoongi harus rela berdesakan bersama pendamping Jedi-nya, Park Jimin, dalam perjalanan menuju rapat Senat hari ini. Senator itu dengan tenang menembus kerumunan dan hiruk pikuk orang-orang menuju tempat duduknya.

Secepat dia dan Jimin duduk, kapsul mereka melayang dan mereka dapat melihat anggota Senat lainnya ikut duduk. Begitu banyak sistem di galaksi ini dan hanya akan ada satu yang terpilih menjadi pemimpin.

"Menurutku ini sia-sia." Ucapnya, melirik ke arah anggota lainnya, "Kekuasaan akan jatuh ke orang yang lebih berada."

Yoongi menatap rekannya itu, mendekatkan diri untuk berbisik, "Itu memang benar cara kerja Senat," jawabnya santai, "Tapi kita tak bisa lepas dari sini, kita sudah berjanji."

"Dan menurutku perjanjian kita tak lain hal dari janji seorang yang telah mati." Jawab Jimin, menghela nafas, "Aku bisa merasakan jeritan Force ketika sistem mereka dihancurkan, begitu banyak korban."

Sang Senator meraih tangan pendampingnya yang berada tersembunyi di balik kapsul, mencoba menenangkannya. Tak ada yang mengetahui bahwa dua sistem planet yang bersekutu itu memiliki perkumpulan Jedi terkuat, tersembunyi dengan sempurna dibawah ajaran dua Master besar.

"Tenangkan dirimu." Ucap Yoongi, berbisik. "Jika kita melawan sekarang, itu bunuh diri."

"Lalu sampai kapan?" Timpal Jimin lagi, tak mau kalah. "Aku tak mau sistem kita bernasib seperti mereka, Senator."

Sebelum sang Senator muda itu bisa menjawab, rapat telah dimulai, bermula pada sambutan terakhir Kanselir Agung mereka, Kim Mingyu, hingga pemilihan beberapa kandidat.

Jimin menyangga kepalanya dengan tinjunya, lelah mendengarkan beberapa pernyataan dari beberapa kandidat yang terpilih. Tugasnya adalah mendampingi Senator Min dan kembali ke sistem mereka. Dia merasakan sentilan Yoongi di kepalanya dan membuatnya duduk tegak kembali.

Senator Lai dari sistem planet One tengah bicara, seorang pendatang baru sepertinya, namun Jimin dapat melihat ketegasan dalam suaranya. Pemimpin yang bagus, tetapi dia akan sangat yakin bahwa anggota Senat akan ragu soal kemampuannya, mengingat umurnya yang masih muda.

"Siapa menurutmu yang akan menang?" Bisik Yoongi lagi, matanya menyelinap ke sekeliling arena rapat.

Jimin mengikuti arah pandangan matanya, tiga kandidat telah dipilih dan itu memiliki kelayakan sempurna untuk seorang Kanselir Agung. Senator Lai yang tengah bicara, Senator Manoban dari sistem planet YG, dan Senator Son dari sistem planet Velvet.

Pendamping itu tahu, Yoongi dapat melihat kebimbangannya.

"Senator Son, jika disamakan dengan Senator Manoban, akan lebih sedikit mendapat dukungan, menurutku, namun itu tak berpengaruh, karena keduanya akan mendapat keraguan karena jenis kelamin–"

"Kukira kau tak ingin mengatakan itu."

"Sebenarnya aku tak ingin, tapi kenyataan memaksaku." Jawab Jimin cepat dan menyelesaikan perkiraannya, "Anggota Senat mungkin akan lebih terbias ke Senator Lai, tapi umurnya terlalu muda dan orang-orang akan meragukannya."

"Lalu intinya?"

"Mereka akan mengambil siapapun yang mendapat dukungan Federasi Merah." Raut wajah Senator Min langsung menggelap mendengar nama federasi itu disebutkan. Terdapat begitu banyak kenangan buruk terhadap konflik mereka, dan itu berakhir ketika satu sistem planet menjadi korbannya.

"Kenapa kau harus menyebutkan itu?"

Sebelum Jimin dapat bicara, dewan memutuskan bahwa pemilihan akan ditangguhkan hingga pertemuan mereka berikutnya, karena tiga kandidat telah menyuarakan kemampuan mereka masing-masing, dan akan secara resmi terpilih tiga hari kemudian.

"Kau tahu aku tak suka membicarakan itu." Tegur Yoongi, dengan wajah mendung dan gelap, lebih gelap dari sisi tergelap inti planet. "Kita kembali sekarang, Master Park."

Yoongi tahu, sekalipun bukanlah seorang padawan lagi dan walaupun berada di lingkup formal seperti sekarang ini, Jimin selalu benci dipanggil sebagai seorang Master, bukan karena itu terdengar aneh dengan paduan namanya, namun dia benci ketika sang guru pergi meninggalkan mereka dan meresmikan persidangan mereka.

Dia benci ketika guru mereka pergi dan serta merta menjadikan mereka berdua sebagai Jedi Master.

Dengan tenang, sang Jedi mengikutinya ke arah Starship mereka, siap pulang ke sistem planet mereka sendiri. Sang senator dapat melihat wajah Jimin yang tertekuk selama perjalanan, membuatnya menghela nafas dan mengetuk kepala yang lebih muda.

"Kau marah karena aku memanggilmu Master?" Tanyanya, namun dia hanya menggeleng, "Lalu?"

Jimin hanya menghela nafas, "Kali lain, ajak Penasihat Kim atau Perdana Menteri Jung bersamamu, aku tak mau ikut." Yoongi hanya berjongkok di depannya, menunggu jawaban. "Jangan melihatku seperti itu."

"Lalu aku harus melihatmu bagaimana?" Tanyanya, sabar. Menghadapi seorang Park Jimin haruslah sabar. "Master Park?" Panggilnya lagi, membuat yang disebut menjerit kesal.

"Senator Min, jika lightsaber-ku sudah terbuka, aku takut keselamatanmu akan terancam di tanganku." Yang lebih tua tertawa, mengusak kepala Jimin sebelum duduk di sampingnya. "Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil."

"Kau memang anak kecil." Canda Yoongi, "Kau tak lebih kekanakan dari Jendral Jeon." Hal itu membuat Jimin semakin mengamuk dan si senator harus menerima kemarahannya. "Baik, baik, aku bercanda."

Seketika, kemarahan Jimin lenyap entah kemana, membuat keduanya yang bersahabat lama sebelum mereka menerjunkan diri ke dunia politik itu bersenda gurau, seperti dulu ketika dia masihlah padawan mungil, seolah tak ada yang berubah.

.

Keduanya membungkuk di hadapan Pimpinan Kim, yang mengangguk pada mereka, menerima setiap laporan yang mereka berikan. Pria itu mengerut ketika mendengar pendapat Jimin tentang pemilihan tak adil yang dia prediksi akan terjadi.

"Itu tak bisa dibiarkan," mulai sang penasihat, Kim Seokjin, yang segera dibantah oleh gerakan tangan sang pemimpin. "Pimpinan!" Mulainya, berusaha berdebat.

"Aku tahu berbagai tipuan di Dewan Senat, Penasihat Kim, aku bahkan pernah datang ke rapat sendirian." Jawab Namjoon, berusaha menenangkan orang yang sudah nyaris meledak di belakangnya.

"Pimpinan, dengan segala hormat," mulai Perdana Menteri Jung Hoseok, menerima seluruh perhatian semua yang hadir saat itu. "Ini berarti invasi berikutnya, sistem planet kita tak lebih besar dari sistem planet EXO yang dihancurkan beberapa tahun lalu."

"Jika saya boleh bicara," Sahut Jendral Jeon Jungkook, menundukkan kepalanya sebagai yang termuda. "Sistem planet EXO, jauh sebelum Deathstar menyerang mereka, adalah sekutu kita yang terkuat. Dan saya percaya, kita semua tahu bahwa sebagian besar Jedi dari sistem mereka berhasil melarikan diri beberapa jam sebelum ledakan terjadi."

"Saranmu adalah lari dan meninggalkan rakyat?" Ringkas Hoseok, menerima tarikan nafas dari sang jendral.

"Tentu tidak, saya hanya menyarankan untuk meminta bantuan mereka." Jawab Jungkook, "Atau, jika bisa, menarik Senator yang terpilih."

"Bisa atau tidak bisa, perkiraannya hanya separuh," Ucap Jedi Master Kim Taehyung, memutar-mutar lightsaber-nya. "Senator Jon akan mendapat dukungan terbesar dari federasi, namun sistem mereka jugalah sekutu sistem planet EXO semasa mereka ada."

"Pro dan kontranya terlalu kuat." Simpul Seokjin, menarik nafas kaget. "Pimpinan, jika mereka goyah, kita bisa menarik mereka bersama kita."

"Sistem planet Velvet terkenal dengan ratunya yang kuat," Namjoon menutup matanya, "Tanpa federasi sekalipun, mereka cukup kuat untuk menghancurkan tiga sistem sendirian, mereka takkan goyah sama sekali bahkan ketika Senat menentang mereka."

"Pimpinan," Panggil Jimin yang sedari tadi diam, "Ada satu kandidat lagi, saya merasakan Force di dalamnya, sangat lemah namun terasa." Dia melirik Yoongi yang menaikkan alisnya. "Senator Lai dari sistem planet One."

Walaupun hanya ada enam orang yang akan menanggapi perkataannya, Jimin merasa jantungnya nyaris copot karena gugup ketika mendengar mereka kasak-kusuk tak karuan. "Seorang Jedi takkan bisa memasuki Senat," Taehyung mengulangi peraturan kuil mereka, "Kita semua tahu itu."

"Saya khawatir sepertinya dia bukanlah Jedi." Jelas Yoongi, "Saya dan Jedi Master Park telah membicarakannya, ada kemungkinan bahwa Senator Lai bahkan tak menyadari Midi-Chloron dalam tubuhnya, sehingga itu sangatlah lemah."

"Namun berbahaya," Sahut Hoseok, "Jika seorang Sith menyadari itu, dia akan menuntaskannya dengan segera."

Namjoon semakin memejamkan matanya, menenangkan dirinya dan mencoba mencari jalan untuk menyelesaikan semuanya. Ada kala cekcok seperti ini terjadi dan dia harus segera bertindak, ada pula kalanya kedamaian setelah pertemuan terjadi.

"Jedi Master Kim," Panggilnya dan Taehyung maju ke depan, "Pergi ke sistem planet One, cari tahu apa ada Jedi yang tersisa disana dan tetap bersembunyi." Perintahnya, "Dan Jedi Master Park, tetap dampingi Senator Min di setiap pertemuan dan melapor padaku."

Keduanya membungkuk pada Namjoon sebelum kembali ke tempat masing-masing, Taehyung di samping Jungkook dan Jimin di samping Yoongi. Hingga akhirnya sang senator undur diri, membuat satu Jedi Master mengikutinya keluar.

"Jadi kurasa kita terjebak dengan satu sama lain." Komentar Yoongi, berpura-pura menghela nafas bosan.

"Aku sudah terjebak denganmu sejak dulu, jadi tak masalah bagiku," Balas Jimin, melirik ke arah yang lebih tua, "Hyung." Keduanya berbagi tawa sebelum akhirnya kembali ke ruangan masing-masing yang juga terletak bersebelahan sejak mereka masih kecil.

.

Jungkook menemani Taehyung ke hanggar untuk menaiki Starship-nya. Sang jendral hanya bisa menghela nafas ketika menyaksikan sang kakak mengelus droid yang akan dia bawa bersamanya. Terpisah dalam waktu yang lama memang sudah biasa, tapi tetap saja, dia akan merindukannya.

"Aku ingin mengucapkan selamat jalan, tapi terakhir kali aku mengatakan itu, kau kembali setelah sepuluh tahun." Protes yang lebih muda, menepuk-nepuk kendaraan itu. "Kau akan kembali dengan cepat, kan?"

"Tentu saja," Taehyung tersenyum miris, "Sistem planet One hanya berjarak dua ratus tahun cahaya dari sini, aku akan kembali dengan cepat."

"Kau tahu bahwa ini tak hanya sekedar masalah jarak." Sudut Jungkook, menatapnya dengan wajah sedih, dibalas oleh sang kakak dengan raut yang sama. "Aku hanya tak ingin terjadi apapun padamu."

"Tak ada yang tahu bahwa aku ini Jedi," Dia menenangkan, "Bahkan mereka masih percaya bahwa perkumpulan Jedi telah musnah bersama sistem planet EXO." Ujarnya, merasa miris karena saudara-saudaranya ada disana. "Aku akan kembali sebelum kau bisa menyebutkan Kim."

"Kim." Ucap Jungkook, menunjukkan seringai kelincinya ketika sang kakak menatapnya kesal. Dia tertawa sambil membantu Taehyung membenahi diri di atas kokpit. "Kau benar-benar harus kembali, Hyung."

Dia mengelus rambut hitam sang adik sebelum tersenyum manis, "Kapan aku tak kembali?" Mata Jungkook berkaca-kaca mendengarnya dan Taehyung harus segera mengalihkan perhatian agar dia tak menangis. "Mundurlah, aku harus lepas landas."

Dan Jungkook denga sukarela mundur beberapa langkah, tersenyum paksa. "Kembali dengan cepat, Hyung."

Taehyung balik tersenyum padanya, "Sampaikan salamku pada Bom."

"Akan kusampaikan."

Jedi itu dapat melihat kilau air mata yang berkilat di wajah sang jendral. "Kemarilah," pintanya dan mengecup pipinya cepat. "Aku akan segera kembali, aku janji."

Dan dengan itu, Jungkook menyaksikan kekasihnya menutup pelindung kokpit dan dengan cepat lepas landas, terbang keluar dari sistem mereka.

.

Yoongi tengah mempersiapkan kopernya untuk perjalanan berikutnya, dengan Jimin yang mengawasinya dari pintu. Sangat jarang bagi mereka untuk meluangkan waktu berdua seperti ini sejak dewasa.

"Aku merasa aneh jika kau memperhatikanku seperti itu." Komentarnya, membuat Jedi berpipi tembam itu tersenyum manis.

"Kau sering memperhatikanku seperti itu dulu." Sangkalnya, mendorong dirinya maju. "Apa bedanya denganku yang menatapmu begitu?"

"Akan menyenangkan melihatmu tersipu, tapi aku ragu kau akan mati bosan bahkan sebelum aku memerah." Jimin tertawa, mendekat dan mengecup keningnya perlahan. "Dan aneh ketika kau melakukan itu."

"Semua yang kita lakukan terasa aneh." Jawab yang lebih muda.

Dan Yoongi menatapnya dengan penuh godaan, "Kau mau memberi Bom teman?"

"Dan berakhir seperti Jungkook yang bahkan tak bisa mendengar putrinya memanggilnya... ibu?" Jimin tertawa, "Aneh mendengar Jungkook dipanggil sebagai seorang ibu." Sebutnya.

"Dan Bom bukannya tak memanggil Jungkook ibu, dia hanya tak bisa memanggilnya begitu di depan orang lain selain kita berenam."

"Dia memang seorang ibu."

Kim Bom, putri kecil dari Taehyung dan Jungkook yang kini berusia lima tahun. Tak ada yang mengetahui bagaimana sang jendral melahirkan anaknya itu kecuali mereka berenam. Minggu-minggu pertama adalah yang tersulit, karena anggota mereka yang termuda langsung mengalami koma beberapa jam setelah melahirkan.

Tidak adanya organ perempuan yang seharusnya menjadi jalan bayi itu lahir membuat proses persalinan semakin sulit, dan Jungkook kehilangan energinya selama berminggu-minggu. Yang paling tersiksa saat itu adalah Taehyung, yang bahkan tak pernah keluar kamar dalam meditasinya.

Sebuah kebiasaan bagi seorang Jedi untuk bermeditasi demi ketenangannya, dan itu sangat sulit ketika dia menggenggam tangan Jungkook di samping bayi mereka yang tertidur lelap. Tak ada satupun dari mereka yang mengemukakan bahwa Jungkook mungkin takkan selamat, namun Jedi itu merasa bahwa harapannya akan segera kandas, tepat ketika sang jendral membuka matanya dan tersenyum.

"Sepertinya kita harus menunda untuk memiliki anak." Putus Jimin, mengelus kepala Yoongi dengan sayang. "Lagipula, kau masih menjadi anggota Senat."

"Aku akan mengatakan pada Seokjin bahwa aku akan mengundurkan diri sesegera mungkin." Dia meyakinkan.

Namun Jimin justru menggelengkan kepala, "Aku tahu kau suka berada di sekitar mereka, aku takkan memaksamu, itu terserah padamu jika kita ingin memiliki anak."

"Jiminnie," Yoongi menghela nafasnya, dan sebelum dia dapat bicara lagi, Jedi tersebut sudah mengecup bibirnya dengan cepat.

"Lagipula," Potongnya, "Kau masih bisa bekerja di Senat walau aku sedang mengandung." Dia meyakinkan.

"Tapi aku tak ingin meninggalkanmu jika harus ke Ibukota."

"Tetap saja, Jiminnie."

Dan Jimin hanya mengecup bibirnya dengan gemas, "Kau harus berkemas, kita akan tinggal di Ibukota untuk beberapa hari, kan?" Yoongi mengangguk sebelum kemudian melipat kembali semua pakaiannya, dengan Jimin yang kini duduk di tempat tidurnya, memandangnya sambil tersenyum.

.

"Eomma!" Jerit seorang gadis kecil, berlari ke pelukan Jungkook dengan gaun dan sepatunya. Kim Bom adalah seorang yang energetik dibanding anak seumurannya dan sang carrier bisa memaklumi itu.

"Bom-ah," sambut sang ibu, mengangkatnya untuk duduk di atas pangkuannya. "Bagaimana kau bisa datang kemari? Bersama Paman Kim?" Seperti biasa, mungkin saja Seokjin adalah yang mengantar Bom hingga sampai ke kamarnya.

Gadis mungil itu mengangguk, tersenyum polos dengan gigi susunya. "Eomma, aku bermain dengan Paman Min hari ini." Ceritanya, membuat Jungkook mengerutkan dahi, Yoongi belum berangkat?

"Benarkah?" Tanyanya, mencoba tak menghiraukan itu. "Kalian bermain apa saja?"

"Jedi master!" Seru Bom, "Paman Park membiarkanku menyentuh lightsaber-nya dan aku bermain bersama Paman Min." Dua orang itu, Jungkook menarik nafasnya, jika putrinya cedera karena lightsaber milik Jimin, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk merebut senjata Taehyung dan menebas Jedi pendek itu.

"Bom, ingat pesan Eomma tentang lightsaber?" Pandangan Jungkook menunduk sambil memperhatikan anaknya yang berkedip lucu.

"Berbahaya?"

"Eomma bahkan tak membiarkanmu menyentuh milik Appa dan sekali Eomma membiarkanmu dengan Paman Park kau bermain senjata itu?" Dia dapat merasa bahwa Bom telah merasa bersalah karena gadis mungilnya mulai mengerjap lucu, berkedip, dan menunduk.

"Maafkan Bom, Eomma."

"Berjanji untuk tidak mengulanginya lagi?" Kalimat itu dibalas dengan anggukan dari Bom dan putrinya itu memeluknya lagi. "Juga," tambah sang ibu, "Bom tak masalah kalau hanya dengan Eomma, kan? Karena Appa sedang pergi sebentar."

"Appa pergi kemana?" Tanya Bom polos, "Jauh? Naik Starship?"

"Naik Starship," Jungkook menelan ludahnya, jangankan Bom, dia juga telah merindukan sekaligus mengkhawatirkan ayah dari anaknya itu. "Tapi tak jauh, dia berjanji akan segera kembali."

"Appa harus cepat pulang, Appa sudah berjanji bermain dengan Bom minggu ini." Dia cemberut, memang benar, Taehyung harus menjanjikan putrinya soal akhir pekan ketika dia hendak bertugas, mengingat Bom sangatlah manja pada sang ayah.

Ketukan pintu terdengar dan langkah mungil Bom segera berlari ke arah pintu, membuat wajah Seokjin menyembul masuk diikuti badannya. Dia mengelus kepala gadis kecil itu sebelum duduk di depan Jungkook.

"Kau sudah beritahu Bom tentang Taehyung?" Yang lebih muda mengangguk, menundukkan kepala. "Hei," hibur Seokjin, mengusap kepalanya, "Dia akan kembali, kau tahu. Sistem planet yang dia kunjungi tak begitu jauh."

"Hyung," Jungkook menghela nafas. "Setiap kali Namjoon Hyung mengirimnya bertugas, aku tak bisa tidur dengan tenang. Aku bahkan terus terpikir apa dia masih selamat dan tersembunyi atau sudah tertangkap dan terbunuh. Jika dia tertangkap oleh prajurit lokal aku masih bisa positif dia melarikan diri, jika yang menangkapnya adalah Sith–"

"Jeon Jungkook," tegurnya, mencoba menenangkan yang lebih muda. "Apa kau mendengar dirimu sendiri mengatakan itu sekarang?" Dia terdiam, membiarkan Seokjin kembali bicara. "Lihat, Bom terus memperhatikanmu."

Dia dapat malihat wajah polos putrinya menatap polos karena bingung, pasti bingung ketika mendengar ibunya mengomel sedari tadi.

"Kekasihmu adalah salah satu dari Jedi Master terkuat yang pernah ada selain keturunan Skywalker. Dia akan baik-baik saja." Seokjin menenangkan. "Aku yakin dia takkan melakukan hal ceroboh."

"Hal ceroboh dan seorang Kim Taehyung adalah perpaduan yang sangat bagus, Hyung, itu yang kutakutkan."

Seokjin tertawa melihat Jungkook yang mencebik,saat mereka masih kecil dulu, Taehyung adalah yang paling aneh dan ceroboh, bahkan ketika masih menjadi seorang padawan, dialah yang membuat Jedi Master Bang memijat pelipis setiap hari.

"Dia pasti tahu lebih baik dari itu." Seokjin menenangkan kembali, menatap gadis mungil yang duduk di atas kursi sedari tadi. "Bom, kemarilah." Putrinya melompat turun ke arah mereka dan langsung ke pangkuan carrier yang lebih tua, menyandarkan kepalanya ke dada Seokjin. "Putrimu sangat manis." Pujinya, membuat Jungkook tersenyum dan mengelus anaknya.

"Omong-omong soal anak,"

"Aku sedang tak mau membuat satu dengan Namjoon, jika itu yang ingin kau tanyakan."

"Tolong buat obrolan ini menjadi enam tahun kebawah, Hyung." Sang penasihat memberi isyarat 'baik' padanya, tersenyum malu dan kembali mengelus rambut Bom yang nyaris terlelap di pelukannya. "Dia pasti lelah."

"Dia bermain dengan Yoongi dan Jimin seharian," Jelas Seokjin, "Kau harus lihat wajah Yoongi yang nyaris menjerit ketika melihatnya dan Jimin bermain lightsaber." Ceritanya, "Yah, walaupun dia ikut bermain bersama mereka juga."

"Hyung, Bom masih lima tahun, akan berbahaya jika bermain dengan lightsaber seperti itu." Jungkook memijat pelipisnya, "Jika apapun terjadi padanya, aku akan menebas mereka, aku berjanji."

"Kau tahu," Mulai Seokjin, "Jimin merasa ada Midi-chlorian dalam darah Bom, tapi dia tak berani mengambil sampel darahnya, takut kau akan memukulinya karena membuat anakmu terluka."

"Taehyung adalah Jedi, takkan aneh jika Bom juga memiliki Midi-Chlorian dalam tubuhnya." Dia tersenyum, mengelus putrinya sebelum mengangkatnya dari dekapan Seokjin dan menidurkannya di atas ranjang. "Dia bahkan tak melepas sepatunya."

Yang lebih tua hanya menyaksikannya melepas ikatan sepatu anak lima tahun itu dan membuka jalinan yang mengikat rambutnya. Jungkook, walaupun yang termuda, dia adalah carrier pertama dari mereka bertiga – Seokjin, Jimin, Jungkook – yang memiliki anak, dan itu membuatnya lebih bersikap keibuan.

"Bicara soal Midi-Chlorian," Mulainya, "Aku mulai berpikir, jika Senator Lai memiliki itu sedikit, ada kemungkinan bahwa salah satu orang tuanya, atau keduanya, merupakan Jedi."

"Dan itulah yang dilakukan kekasihmu disana," Jelas Seokjin, "Dia harus mencari tahu apa ada lagi Jedi yang tersembunyi."

Jungkook menghela nafas, merebahkan dirinya di ranjang, "Aku akan menuntut Namjoon Hyung jika sampai Taehyung butuh lebih dari satu minggu untuk kembali."

.

Taehyung memarkir Starshipnya di hanggar timur, setelah mendapatkan izin untuk mendarat jauh ketika dia masih di udara, Jedi dalam penyamaran itu mendarat di hanggar kosong yang tersedia, melompat turun dari kokpit diikuti R4-J6, droidnya.

Seorang berpakaian seperti anggota Senat datang, menyambutnya. Dengan senang hati, dia membalas jabatan tangan sang tuan rumah. Posturnya terbilang pendek, dengan wajah polos dan tampak seperti seorang anak kecil.

"Selamat datang, anggota dewan Kim," sambutnya, "Saya Ong Seungwoo, diplomat sistem planet One."

Taehyung kembali tersenyum, "Saya percaya pesan yang saya kirimkan tempo hari sudah tiba?" Tanyanya, memastikan, "Saya ingin bertemu salah satu Senator kalian dan meluruskan beberapa perkara bersamanya."

Seungwoo tersenyum, mempersilahkan tamunya untuk berjalan lebih dulu. "Saya percaya Presiden Yoon telah melihat hologram itu sekarang ini." Ucapnya, masih berjalan. "Tapi apa yang dilakukan salah satu anggota dewan sistem planet Bulletproof jauh-jauh kemari, sungguh aneh, Tuan Kim."

Taehyung hanya tersenyum, duduk di atas kursi yang tersedia bersama sang diplomat.

"Perkara apa yang membuat anda sangat ingin menemui Senator Lai?" Tanyanya, meneguk minuman yang disediakan. "Dan meminta untuk merahasiakan ini dari berbagai pihak." Ucapnya lagi.

"Saya memiliki beberapa alasan, dan itu sangat terlarang."

"Katakan, Tuan Kim," Ujar Seungwoo, merebahkan diri ke atas tempat duduknya. "Ada begitu banyak telinga dan sistem kami adalah yang terkecil, berita akan lebih cepat menyebar."

"Saya tahu itu." Ucap sang Jedi yang tengah menyamar. "Tapi jika saya bertemu dengan Senator Lai, mungkin saya bisa mencoba meyakinkan pimpinan sistem kami untuk turut memihak kalian di pemilihan Kanselir Agung."

Seungwoo tersenyum simpul, tentu saja, otaknya sebagai seorang diplomat mengerti jenis kesepakatan apa yang diserahkan padanya oleh perwakilan sistem planet lain ini, dan dia tak cukup bodoh untuk menolaknya.

Setelah melewati begitu banyak konflik, sistem planet Bulletproof menempati salah satu peringkat dari sistem terkuat, setelah sistem planet Neo dan Velvet, nyaris mengalahkan sistem planet EXO yang musnah bertahun-tahun lamanya.

"Saya akan membicarakan ini dengan Presiden Yoon." Mulainya, berdiri, "Jika beliau menyetujui, saya akan segera mengirimkan pesan pada Senator Lai untuk menemui anda."

"Saya harap itu tak lama, Diplomat Ong," Taehyung tersenyum, "Saya juga memiliki sesuatu untuk dikerjakan di sistem saya sendiri."

Dia memikirkan wajah Jungkook dan Bom ketika mengatakan itu, jika proses untuk meyakinkan seorang Yoon Jisung memakan waktu lama, Jedi itu sepertinya harus sedikit mengingkari janjinya untuk pulang di akhir pekan dan bermain bersama putri kecilnya itu.

Namun Seungwoo hanya tersenyum, "Saya mengerti."

.

Sudah tiga hari, dan Taehyung nyaris ingin mati bosan menunggu presiden mereka menyetujui pertemuannya dengan sang senator. Dia memang sempat berjalan-jalan di kotanya, yang nampak lebih mirip kota futuristik, khas dengan kendaraan-kendaraan yang melayang di atas jalan raya.

Sistem planet One memanglah kecil, namun Jedi itu dapat menyimpulkan bahwa penduduk mereka sangatlah disiplin dan rapi, lebih maju dan terpadu dibandingkan beberapa sistem planet yang lebih besar. Namun yang membuat Taehyung kecewa adalah, tak ada satupun – bahkan sekelebat – Jedi yang mereka kira bersembunyi di planet ini. tempat ini benar-benar bersih dari Midi-Chlorion.

Seseorang mengetuk pintunya, pria berbadan tegap dan rapi datang di hadapannya, membungkuk sopan.

Taehyung dibawa menuju ruangan pusat, dimana dia dapat melihat presiden mereka tengah duduk di bagian ujung, memeriksa beberapa catatan, tersenyum ketika melihatnya. Jedi itu duduk di ujung satunya setelah berjabat tangan dengan sang pemimpin.

"Begitu banyak cerita tentang anda, Tuan Kim." Sapa Jisung, masih tersenyum. "Dan saya baru sempat bertemu dengan anda sekarang ini."

Taehyung hanya membalas senyum sopannya, "Mungkin saja, jika salah satu dari kita tak berkepentingan, kita takkan bertemu, Presiden Yoon." Jawabnya.

Dia dapat melihat kilau gugup yang lebih muda, "Saya merasa sedikit aneh dengan permintaan anda yang dikirimkan lewat hologram tempo hari – maafkan saya karena kita baru bisa bertemu sekarang." Mulainya, "Namun menemui Senator Lai jauh-jauh kemari adalah tindakan yang sedikit membingungkan, menurut saya."

Sebenarnya, Taehyung ingin tersenyum dan mengatakan bahwa dia juga tak bisa menjelaskan kenapa dia harus menemui sang senator, namun yang duduk di hadapannya adalah presiden, sebuah perantara dimana dia bisa menemui Jedi tersembunyi itu.

"Senator Lai sedang dalam perjalanannya kemari, yang mungkin akan tiba di waktu sore. Hingga dia tiba, saya khawatir saya harus menahan anda sejenak dan menunggu. Namun sebelum kalian bisa bertemu, saya perlu alasan pasti kenapa anda sangat berniat menemuinya."

Jedi itu menjilat bibirnya, "Di rapat senat waktu itu, Senator Min menceritakan soal beberapa kandidat Kanselir Agung. Pasti anda telah mengetahui bahwa Senator Lai ada di antaranya." Jisung mengangguk. "Pimpinan Kim memberi sedikit pertimbangan untuk mendukung senator kalian."

Sang presiden hanya tersenyum pahit. "Saya telah mengatakan pada Senator Lai bahwa dia akan mengikuti pemilihan ini dengan sia-sia, salah satu diantara Senator Manoban dan Senator Son-lah yang akan dipilih."

"Anda sudah tahu tentang Federasi Merah?"

"Tentu saja," dia mengangguk, "Kami berusaha sebisa mungkin untuk mencegah mereka memasuki sistem planet kami. Boikot hanya berhasil untuk beberapa bulan mendatang, sayangnya."

"Federasi Merah akan mendukung Senator Son, saya yakin itu." Taehyung memanas-manasi. "Namun kami akan memberi sedikit pertimbangan bagi Senator Lai jika saya bisa bertemu dengannya, Pimpinan hanya tak ingin kami memilih orang yang salah."

"Setahu saya, sistem planet Bulletproof tak menjadi bagian dari federasi."

"Bukan berarti kami tak memiliki sekutu."

Itu tak sepenuhnya bohong. Sekutu mereka memanglah tak sebanding dengan yang federasi miliki, namun sistem mereka cukup kuat untuk bahu membahu ketika bahaya mengancam. Sedangkan sistem planet ini tak hanya membutuhkan perlindungan, namun sokongan dalam lingkup senat.

Jisung menutup matanya, jika perwakilan di depannya berbohong soal ini... Namun akan lebih baik menerimanya daripada dikalahkan oleh orang federasi dalam pemilihan, setidaknya mereka sudah mencoba segala hal.

"Senator Lai akan mendarat dalam waktu empat jam, Pendamping Park akan membawanya menemui anda."

Taehyung nyaris mengeluarkan nafas lega. "Terima kasih."

.

"Appa!" Jerit Bom, menemukan hologram dengan wajah sang ayah terpampang di depannya. Bahkan Jungkook yang baru saja tertidur mengerjap bangun karena teriakan si gadis kecil, wajah kantuknya menjadi sangat terkejut ketika melihat Taehyung yang tersenyum. "Eomma, ada Appa."

"Baguslah, kau akhirnya menghubungi kami." Ujar si carrier, masih sedikit memejamkan mata. Memang, mereka berdua memasang hologram yang berkaitan satu sama lain dan muncul otomatis ketika salah satu dari mereka hendak saling mengabari, itu sangat memudahkan, mengingat betapa manjanya Bom pada sang ayah, sementara Taehyung sering berpergian jauh.

"Kau marah?" Taehyung hanya bisa tertawa melihat wajah kekasihnya yang mencebik lucu, sedangkan putri mereka dengan tergesa melompat ke arah meja. "Bom-ah, kau sedang apa?" Tanyanya, melihat sang anak menarik boneka yang tak lebih besar dari tangannya.

"Paman Jung membantuku memperbaiki Tata." Ucapnya, berceloteh soal bonekanya yang sedikit robek di bagian samping karena terlalu sering di ajak bermain. Boneka jahitan tangan berbentuk hati, lengkap dengan mata dan bibir itu adalah hadiah ulang tahun ketiga dari sang ayah.

"Benarkah?" Jedi itu tersenyum, ingin rasanya dia mengelus rambut putrinya yang tersenyum polos itu sekarang. "Appa akan pulang beberapa hari lagi, tenang saja dan tunggu Appa di akhir pekan, oke?"

"Terakhir kali kau mengatakan itu, kau akan membalasku dengan mengatakan bahwa kau tak mengatakan akhir pekan kapan." Gerutu Jungkook, masih setia menutup mata.

"Permisi, Tuan, aku sedang bicara dengan putriku."

"Aku yang melahirkannya, dasar kurang ajar."

"Aku mencintaimu juga." Taehyung nyaris tertawa ketika melihat ibu dari anaknya itu menenggelamkan diri ke dalam selimut, dengan setitik rona merah muda di pipinya ketika dia mengatakan kalimat itu.

Belum sempat membalas, wajah Taehyung disana nampak terkejut dan sambungan putus tiba-tiba, membuat Bom dengan lesu melihat pemancar hologram. Dia tahu – walaupun dia masih sangat kecil – bahwa dia tak bisa menghubungi sang ayah jika ekspresinya sudah seperti itu. Entah seseorang datang atau ada pekerjaan mendadak.

"Eomma, Appa akan pulang sebentar lagi, kan?" Tanyanya penuh harap, memperhatikan manik milik Jungkook dengan polos sementara sang ibu mengelus rambutnya pelan.

"Apa Appa pernah berbohong?"

.

Seseorang datang, membungkuk padanya dengan sopan. Terpaksa, Taehyung mematikan saluran dimana dia tengah menghubungi keluarganya. Perawakannya lembut, lebih lembut dari yang tadi memandunya.

Di belakangnya, seorang dengan awak yang lebih besar berdiri, ikut menunduk padanya. Taehyung membalas jabatannya ketika tangan itu terulur padanya. "Saya Senator Lai Guanlin dari sistem planet One." Dia memperkenalkan diri.

"Perwakilan Kim Taehyung dari sistem planet Bulletproof." Balasnya sebelum akhirnya dia beserta sang senator dan pendampingnya, yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Park Jihoon, duduk di sofa.

"Saya mendapat pesan dari Presiden Yoon bahwa seseorang hendak menemui saya." Sang perwakilan hanya mengangguk. "Tak banyak yang ingin menemui saya, kebanyakan akan meremehkan dan kebanyakan akan dengan terang-terangan meminta saya untuk mundur. Jadi dengan alasan apa anda datang sekarang?"

Taehyung menegakkan tubuhnya, "Pembicaraan ini sedikit personal, sebenarnya." Mulainya. "Saya sudah meminta Presiden Yoon untuk tidak menyadap ruangan ini ataupun meletakkan mata-mata. Jika boleh," dia melirik Jihoon, "Pembicaraan ini hanya empat mata."

Guanlin menatap pendampingnya, "Dia bisa dipercaya, saya meletakkan nyawa saya di tangannya, Tuan Kim."

Jedi tersembunyi itu pun hanya mengangguk. "Kalau begitu, anda tahu apa itu Midi-Chlorion, kan?" Dia dapat melihat punggung Guanlin menegak karena itu, wajahnya menjadi kaku, dan rautnya terkejut. "Senator?"

"Ya," ucapnya tiba-tiba, "Setahu saya, itu adalah semacam kehidupan yan menghubungkan kita pada Force, sebuah kepercayaan yang ada pada para Jedi." Narasinya, "Tapi beberapa tak mempercayainya lagi, kaum mereka telah musnah."

Sebuah vas melayang ke tangan Taehyung ketika dia menggerakkan telapaknya sedikit, membuat dua orang lainnya melonjak kaget. "Yah, mereka benar-benar tak menyisakan satu keturunan pun."

"Maaf?"

"Jika aku mengatakan bahwa ada Midi-Chlorion di dalam darahmu, maukah kau mempercayaiku, Senator Lai?"

"Cukup, Tuan Kim." Sanggah Jihoon, menarik satu sapu tangan untuk menutupi wajahnya, dan itu dia lakukan dengan satu ayunan telapak tangan. "Saya adalah Jedi disini, dan saya tak merasakan apapun dari Senator Lai."

"Dan aku tak merasakan apapun darimu." Taehyung mengerutkan kening.

"Ada beberapa dari kita yang berhasil menutupi kadar Midi-Chlorion dalam tubuhnya. Itu sangat berguna, terutama bagi mereka yang bekerja secara koperatif dengan Republik. Saya telah menjadi pendamping Senator Lai selama bertahun-tahun dan tak merasakan apapun selama ini."

Bahkan kedua Jedi tak melihat senyum samar Guanlin, senyum yang sangat miris seolah dia telah berkali-kali mengunjungi sisi gelap para Sith dan selamat dari kegilaannya. Secara harfiah. Namun senator itu hanya mengangkat tangannya, tak membicarakan apapun.

"Kehadiran anda," Mulainya, "Adalah ancaman atau bantuan?"

Taehyung hanya tersenyum, "Keduanya." Jawabnya. "Tergantung dimana pihak kalian."

"Dan maksud anda adalah?" Pancing Jihoon, terus menatapnya tajam.

"Sebagai sesama dalam persembunyian," dia melirik Jedi yang lebih muda, "Saya berniat untuk menawarkan persekutuan, Pimpinan Kim dari sistem planet kami telah mengkehendaki adanya kerjasama, namun jika kalian menolak, kami bisa melaporkan kedok kalian di hadapan para Senat."

"Tak ada keadilan dalam kesepakatan ini!" Sanggah Jihoon, nyaris membanting meja jika Guanlin tak menahan tangannya. "Senator!"

"Dilihat dari segala sisi, ini sebuah ancaman, Jedi Master Kim." Ucapnya tenang.

"Tidak juga." Taehyung merapatkan tubuhnya, "Ada satu jedi lagi di sistem planet kami, juga putriku yang masih kecil." Bisiknya, mencondongkan diri mundur kemudian. "Nah, rahasia sistem planet kami sudah ada di tangan kalian. Kalian bisa melaporkan kami bila kami melanggar kesepakatan." Taehyung sebenarnya sengaja melewatkan satu hal, Jedi Master yang menjadi gurunya dan Jimin tak dia sebutkan.

"Apa Presiden Yoon tahu tentang ini?" Tanya Guanlin, ragu.

"Saya tak menceritakan apapun soal masalah Jedi dengan presiden kalian," Jawab Taehyung, melipat tangannya, "Tapi dia tahu dengan jelas sistematika perjanjian ini, sekarang, Senator Lai, adalah giliran anda untuk menjawab."

Dari sudut matanya, dia dapat melihat Jihoon menatap Guanlin ragu. Bahkan keraguannya begitu mantap hingga Taehyung dapat merasakan mendung yang terpicu oleh Jedi yang lebih muda. Senator Lai menutup matanya, berpikir keras, hingga akhirnya dia menghela nafas menyerah.

"Perjanjian akan berlaku melalui Diplomat Ong, Master Kim." Putusnya, tak menghiraukan Jihoon yang memasang raut tak setuju, nyaris marah sebenarnya. "Saya sendiri yang akan menjamin keamanan anda selama berada disini dan menandatangani persetujuan."

"Senator!"

"Tak ada bantahan, Jihoon." Taehyung dapat melihat tangan kanan Guanlin meraih tangan kiri pria bermarga Park itu, sebersit ketegasan dan kelembutan teraduk menjadi satu. Dan Jihoon hanya menunduk, patuh.

"Saya akan mengirimkan pesan pada Pimpinan Kim dengan segera, Senator Lai. Dan sayangnya, bukan saya yang akan menandatangani perjanjian, Perdana Menteri Jung akan datang kemari untuk mengesahkan kesepakatan kita."

"Tentu saja." Guanlin menunduk hormat, "Dan anda sendiri tidak akan menginap barang semalam lagi?"

Taehyung hanya tersenyum. "Saya akan segera meninggalkan sistem planet ini setelah mengirim pesan pada Pimpinan. Untuk berbagai alasan, saya harus segera pulang, salah satunya adalah bahwa saya merindukan keluarga saya."

"Anda sudah memiliki pasangan?"

"Dan seorang anak perempuan." Jawabnya, tersenyum sendiri sambil membayangkan wajah dua orang yang disayanginya itu. "Bagaimana dengan anda, Senator Lai?" Dia dapat melihat Jihoon meremas jaketnya. "Maaf jika pertanyaan saya terlalu mengganggu."

Guanlin segera menggelengkan kepala. "Bukan masalah, sebenarnya. Hanya saja, kami sepakat untuk merahasiakan ini, bahkan dari Presiden Yoon." Jawabnya. "Tapi kami memiliki seorang putra, dia baru saja lahir beberapa bulan yang lalu."

Taehyung sedikit berbincang dengan Guanlin sore itu, sebelum pada malam dingin yang sedikit mencekam di sistem planet tuan rumahnya, sang Jedi mengirimkan pesan kepada Pimpinan mereka, meminta Perdana Menteri Jung untuk segera datang dan menandatangani kesepakatan.

.

Dan ketika dia meluncur turun dari kokpit setiba di sistem planet Bulletproof, Bom adalah yang pertama melemparkan sebuah pelukan padanya. Taehyung tersenyum pada Jungkook, yang hanya bersandar pada Starship lain di hanggar megah mereka.

"Aku menepati janjiku," Dominan itu tersenyum bangga, "Aku bahkan lebih cepat tiga hari."

Sang jendral hanya balas tersenyum, mengelus surai kecoklatan Bom yang telah memanjang kembali. "Akan sulit untuk memintamu tetap datang lebih cepat, tapi setidaknya akhir pekan ini kita bersama-sama."

Bom menjerit senang ketika sang ayah mengecup pipi ibunya, mengulurkan Tata yang dia bawa kemana-mana. "Ayo main, Appa."

So how was it?

Jujur, aku tak pernah menulis seperti ini sebelumnya. Biasanya, aku menulis tentang satu fandom saja, biasanya EXO. Tapi aku menambahkan Wanna One dan BTS disini. Kuharap alurnya tak terlalu berat dan satu chapter tak terlalu membingungkan. Dan juga, jangan lupa tinggalkan review disini, aku akan sangat menghargai itu.

Dan juga mungkin kalian punya beberapa pertanyaan terkait alur, karena siapa tahu kalian tak mengerti, atau mungkin karena aku memasukkan beberapa unsur Starwars disini, terserah. Ask me anything.

Dan juga aku minta maaf jika ada typo atau grammatical error.

Until next update,

Yoon Soo Ji, out!