Naruto belongs to Masashi Kishimoto

AU (Alternate Universe), crackpair, multi-chaptered, DLDR

.

A fanfiction

by Biya Edogawa

.

Thank You, Sarada

Chapter 1

Bolt menatap Chouchou yang masih asyik menyantap makanannya. Kalau bukan karena mengenai hubungannya dengan Sarada, Bolt enggan mengajak makan Chouchou ke restoran mahal seperti ini, apalagi mengingat porsi makannya. Bolt membuka mulutnya, ingin memulai percakapan. Tapi Chouchou terlihat tidak mau diganggu.

'Tsk, menyesal aku membawanya tadi. Harusnya aku mengajak Hima saja-ttebasa,' sesal Bolt dalam hati.

"Jadi, ada apa dengan sahabatku?" tanya Chouchou masih dengan mulut penuh makanan dan sambil mengunyah.

"Ew, telan dulu, Chou," Bolt menghela nafas, setengah tidak percaya pada gadis berkulit gelap dihadapannya—terutama untuk topik yang saat ini ingin ia angkat. "Dia berbeda dengan kalian."

"Tentu saja berbeda. Kau dan Hima yang bersaudara saja sangat berbeda. Apalagi aku dan Sarada yang bukan siapa-siapa."

"Bukan itu yang kumaksud."

Chouchou memutar bola matanya. "Aku paham. Dia straight, kan?" dalam arti yang positif tentu saja.

Bolt mengangguk antusias. "Aku pikir dia sama seperti gadis lain yang kukencani. Ternyata tidak. Dia berbeda dengan gadis lain, adikku contohnya."

"WHAT?! Kau kencan dengan adikmu sendiri?!" Mata Chouchou membulat sempurna. 'Berarti ada kemungkinan fanfiction incest yang kubaca semalam ada live actionnya.'

"Ssssttt!" Bolt tidak berani mengedarkan pandangannya ke sekitar. Bisa dipastikan semua pengunjung restoran sedang beralih menatapnya. "Berisik-ttebasa! Bukan itu!"

Chouchou tergelak melihat wajah panik dari seorang mantan playboy dihadapannya. "Hahaha… kau ini payah, Bolt. Tiap orang tentu saja berbeda-beda."

"Ayah dan ibuku sifatnya berbeda jauh, apalagi orang tua Sarada. Kenapa mereka bisa menikah, ya?"

"Paman Naruto suka Bibi Hinata, dan Bibi Hinata suka Paman Naruto. Kalau yang satu itu, Bibi Sakura suka Paman Sasuke, dan Paman Sasuke suka denganku… Aw! Pasti menyenangkan menikah dengan ayahnya Sarada yang tampan itu." Chouchou melanjutkan celoteh konyolnya dengan mata berbinar-binar yang membuat Bolt kesusahan untuk memulai percakapan mereka lagi.

"Chou…"

"Sudah tutup sesi curhatnya. Kau harus menepati janji, Bolt. Ingat: hanya satu masalah saja." Pungkas Chouchou kembali memasukkan makanan yang masih tersisa ke mulutnya.

Meski bersungut-sungut, Bolt akhirnya berhenti berbicara. Dia amat mencintai Sarada, tapi gadis itu terlalu kaku untuknya. Padahal dia tinggal di share house bersama Chouchou yang pecicilan dan adiknya Himawari yang periang. Pernah ketika mereka akan berkencan, Sarada meminta dibatalkan karena teringat jadwal bimbingan belajar. Acara jalan-jalan mereka pun tertunda karena Sarada harus mengerjakan tugas kelompok.

Bolt selalu merasa hidupnya menjadi kaku sejak bersama selalu mengingatkannya untuk mengenakan sabuk pengaman, Bolt sampai bosan mendengarnya. Sampai di share house harus sebelum jam sepuluh malam, dan selalu menolak menerima ajakan untuk minum alkohol. Bolt juga beberapa kali berupaya untuk mencium Sarada, beberapa kali itu pula ia punya cara untuk menghindar.

"Chou, aku penasaran dengan perasaan Sarada yang sesungguhnya, apa dia benar-benar cinta?"

"Nanti kamu akan tahu."

.

.

.

Sarada pulang diantar Bolt pukul sembilan malam. Rupanya Inojin dan Shikadai sedang berkunjung. Mereka sedang bermain kartu bersama Chouchou dan adiknya, Himawari. Bolt mendengus kesal, rasa iri menjalar di hatinya saat melihat kemesraan sang adik dengan putra dari Nara Shikamaru. Apalagi saat Himawari mencoret wajah pemalas Shikadai dengan bedak. Tanpa menunggu usiran dari Chouchou atau Shikadai, ia berinisiatif pamit pulang.

"Sarada, kau mau ikut main?" ajak Inojin.

"Arigatou. Tapi aku mau belajar. Aku naik, ya." tolak Sarada halus, lalu naik keatas dan masuk kamarnya.

Chouchou dan Himawari saling lempar tatapan bingung. Mereka sudah lama merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam diri dan Inojin yang sudah kenal lama pun turut merasakan kejanggalan. Permainan yang sempat terhenti akhirnya benar-benar dihentikan. Dua pria itu segera pulang. Chouchou ikut Inojin yang notabene apartemennya bersebelahan dengan Bolt.

Tuk! Tuk! Tuk!

"Sarada-nee , boleh aku masuk?" Himawari termangu di depan pintu kamar Sarada.

"Masuk saja, Hima."

Himawari membuka knop pintu kamar Sarada dengan sangat perlahan, takut mengganggu yang ada di dalam. Kamar Sarada selalu rapih—setidaknya setiap kali Himawari masuk kamar ini. Dinding kamar berwarna kuning cerah yang dihiasi oleh schedule harian dan jadwal mata kuliah. Disana juga terpasang foto mereka bertiga dengan rapih. Namun Himawari tidak menemukan foto Sarada dan Bolt disitu. Mungkin saja Sarada membuangnya tadi? Atau memang tidak pernah dipasang?

Sarada terduduk kaku di depan meja belajarnya. Tangannya memegang sebuah buku tebal yang tengah terbuka. Sesekali jemari lentik itu membalik-balik halaman pada buku tersebut. Posisi Sarada sekarang memunggungi Himawari. Akan tetapi Himawari tetap tahu, Sarada tidak benar-benar sedang membaca.

"Sarada-nee kenapa? Sedang ada masalah?"

"Tidak ada, Hima." Jawab Sarada sekenanya, berusaha keras menghindari tatapan Himawari. Bulir airmata jatuh dari balik kacamata berbingkai merah itu. Himawari melihatnya dengan jelas.

"Masalah dengan Bolt-nii?"

Tidak ada jawaban. Sungguh berat bagi Sarada. Ia tidak bisa menceritakannya pada siapapun, meski pada Himawari yang sudah ia anggap adik. Sarada tahu, dibalik wajah manis Himawari, tersimpan ketegasan dan kata-kata bijak di dalamnya. Selalu berhasil mengingatkannya pada sosok sang Mama. Tapi tidak untuk saat ini. Yang dia inginkan hanyalah betul-betul sendiri.

Himawari mengusap punggung Sarada halus. Dia tak perlu mendengar cerita Sarada, dia mengenal kedua orang yang sedang dirundung masalah ini terlalu baik. Apalagi Bolt kakaknya, tidak mungkin dia akan tega menyakiti seorang wanita meski predikat playboy melekat erat padanya.

"Nee-san, ada satu hal yang perlu nee-san tahu. Di dunia ini, tak selamanya semua harus berjalan sesuai keinginan kita."

Tanpa mengeluarkan suara, Sarada menghambur ke pelukan Himawari. Tangisnya pecah. Himawari mempererat pelukannya pada gadis yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. Tiba-tiba ia tersentak, dia baru ingat akan suatu hal.

Chouchou-nee ikut ke apartemen Inojin-nii! Dia pasti mau menghajar Bolt-nii!

.

.

.

"Malam, Bolt." Sapa Chouchou begitu pandangannya tertumpu pada Bolt yang sedang asyik menonton TV.

"Heh, kau pasti mau menghajarku-ttebasa," timpal Bolt asal, namun tepat sasaran.

Chouchou merebahkan tubuh gempalnya ke sisi kiri Bolt. "Kalian putus kan?"

Bolt mengangguk lemah. "Kau kan yang kujadikan tempat curhat tentang masalahku, Chou…"

"Suatu saat nanti, entah kapan, kau akan tahu kenapa Sarada begitu."

"Aku tidak mengerti."

Putri Akimichi Chouji itu menggeram kesal. Rasanya tinjunya ini sudah siap ditujukan ke wajah mulus Bolt, dan menyadarkan betapa sahabatnya sangat mencintai dirinya yang serampangan itu. Tapi Chouchou paham, Sarada takkan suka kalau ia memakai kekerasan. Sarada adalah gadis yang baik-baik, tidak pantas kalau hanya disia-siakan playboy macam Bolt.

Selama masa pacaran dengan Bolt, Sarada nampak lebih sering tersenyum. Saat di rumah pun Chouchou sering mendengar senandung lagu cinta keluar dari bibir dingin Sarada. Ia bahkan menemukan puisi indah yang dikirim Sarada pada salah satu situs di internet. Chouchou jadi turut merasa miris pada sahabatnya, tidak terasa ia sekarang sedang mengusap matanya yang panas karena airmata yang membendung.

"Chou, kau kenapa? Sedang lapar?"

Bugh!

Satu tinju mematikan dari tangan Akimichi Chouchou sukses mendarat pada wajah tidak berdosa yang dipasang lawan bicaranya. Bolt yang menjadi korban, terkapar sambil memegangi hidung dan bibirnya yang berdarah. Mengingat Sarada hanya meruntuhkan kesabaran yang mati-matian Chouchou sudah bangun sesaat sebelum masuk apartemen Bolt. Chouchou berlari menuju apartemen sebelah.

"Inojin, antar aku." pinta Chouchou, sambil menarik tangan sahabat pirangnya, lalu bergegas pulang.

.

.

.

.

.

.

.

[to be continue]

.

.

.

A/N :

First multi-chap saya ya! Hehehe~ Ini sih kayaknya bakal jadi two-shoot doang, atau 3 chapter kalo sedikit lebih panjang, tidak akan panjang sekali kok, saya membatasi kalau membuat multi-chaptered tidak boleh lebih dari 10. Walaupun pada gak suka tetep bakal diupdate kok (karena saya tidak suka situasi kalo lagi baca fic udah seru-seru gak taunya discontinue-_-). Tapi review kalian sungguh sangat membantu, mind to review?

hugs and kisses,

biy.