Yosha semua~ Diriku hadir dengan membawa fic NaruHina lagi nih. Kenapa NaruHina? Soalnya ini adalah saquel fic-ku yang judulnya "One Step Make You Love Me". Jadi bagi yang berniat membaca fic ini, alangkah baiknya membaca fic itu dulu sebelum melanjutkannya ke sini..
Bagi yang berminat, silahkan lihat di my stories saja~ Baiklah, kuucapkan selamat bertemu lagi denganku di bawah~ Fic-nya hanya two shot~
Oke, selamat membaca~
::
::
::
V
"Hei teme, sepertinya Hinata sudah merasa nyaman denganku deh.." menatap Sasuke serius, aku mulai menceritakan kejadian kemarin padanya.
"Ya bagus. Terus?" menghentikan aktivitasnya, dia menatapku. Bukankah itu tandanya dia serius ingin mendengar kisahku? Itu bagus 'kan? Pasalnya, Sasuke itu tidak akan pernah mendengarkan dengan baik apabila topik pembicaraannya tidak menarik minatnya.
Dengan berpikir sementara, menatapnya malu-malu, aku bertanya. "Langkah selanjutnya bagaimana?" tanyaku. Rasanya kemarin aku ingat langkah selanjutnya bagaimana setelah mengantar Hinata pulang. Tapi, entah mengapa saat sampai di sekolah aku melupakannya. Apa karena aku yang terlalu bahagia ya?
"Sudah kukatakan padamu, arahkan jalannya supaya dia menyukaimu! Makanya kalau orang berbicara diingat dong!" melihat Sasuke kesal, aku hanya tertawa renyah dan minta maaf padanya. Habis, biasanya tidak pernah seperti ini sih.
"Jadi ini langkah keduanya ya?" tanyaku padanya. Mengeluarkan ponsel sesudah aku mendapat jawaban, aku mencatatnya. Siapa tahu aku akan lupa kembali, 'kan itu bahaya.
"Hn. Dapat dikatakan begitu." menjawab singkat, Sasuke kembali pada aktivitas awalnya. Membaca koran sekolah, sudah biasa karena banyak berita menarik disana.
"Tapi.. Bagaimana aku melaksanakan langkah kedua?" satu pertanyaan lagi keluar dari mulutku. Membuat Hinata nyaman, aku sudah diberikan langkah-langkah melakukannya. Tapi langkah kedua, aku tak tahu harus berbuat bagaimana.
"Ajak dia bicara setiap hari. Usahakan selalu berbuat baik dan menolongnya. Ya sebenarnya sama saja sih dengan yang pertama. Tapi, dengan berpikir bahwa kamu adalah orang baik yang selalu ada untuknya, dia akan otomatis menyukaimu." tidak menatapku, ia tetap serius membaca korannya. Apa dia sudah mulai bosan karena aku terus-terusan bertanya ya?
Tapi, tidak apalah. "Jadi begitu ya." meng-iya-kan kata-katanya, mungkin langkah kedua ini harus segera kulakukan. Habisnya, aku tidak sabar menyelesaikan langkah kedua sih.
"Satu hal kuperingatkan." kembali menatapku, tatapannya kembali serius. Seperti di langkah pertama, dia kembali memperingatkanku akan satu hal. Hal apa lagi yang harus kuhati-hatikan dalam menjalankan langkah kedua ini?
"Apa?" tanyaku penasaran.
"Jangan tunjukkan sifat bodohmu padanya. Nanti dia menganggapmu aneh." meninggalkanku tanpa melanjutkan kata-katanya, aku merasa sedikit kesal. Kalau itu, sudah pasti aku tahu.
"Tapi kejam juga kata-katanya." terdiam sebentar, "Jadi begitu ya." aku tersenyum, dan melamun sendiri. Sampai aku dikejutkan kembali, ternyata Sasuke kembali menemuiku. Sebenarnya apa maunya?
"Masih ada langkah terakhir."
Hah? Masih ada "Langkah terakhir?" benarkah?
"Ya."
"Apa itu?" tanyaku kemudian.
"Setelah dia menyukaimu, buat dia menjadi milikmu."
Membuat dia menjadi milikku?
"A.. Apa maksudnya..?"
Next Step
Make You Love Me
- Step Two -
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto-sensei
Next Step Make You Love Me © Haruta
Pairing : Uzumaki Naruto & Hinata Hyuuga
Genre : Romance
Rated : Teen
Warning : Full Naruto P.O.V.
::
::
"Buat dia jadi milikmu."
Mengingat kata-kata Sasuke, aku lemas duluan. Membuatnya suka saja belum, tapi masih ada langkah selanjutnya. Kalau suka, dan sama-sama suka, itu berarti sudah memiliki satu sama lain 'kan? Aku tidak mengerti deh maksud teme.
Kalau memang sudah saling suka, otomatis 'kan berarti saling memiliki. Lalu, kenapa harus membuat dia menjadi milikku lagi? Tapi tak apa, mungkin diantara orang lain, ada kasus yang saling menyukai tapi tak bisa saling memiliki. Di film juga banyak kasus yang seperti itu. Tapi kuharap kasusku tidak seperti itu. Habisnya, dalam pikiranku, saling menyukai, sudah pasti saling memiliki 'kan?
"Hah.." menghela napas, aku menatap langit-langit. Langit yang indah diantara kumpulan awan yang selalu berpindah setiap waktu. Tentu saja ini di atap sekolah, dimana lagi kalau bukan disana?
Saat ini sedang istirahat, makanya aku berpikir untuk bersantai disini saja sambil menenangkan pikiran. Tahu saja sekembalinya dari sini, aku langsung bersemangat seperti biasanya. Tapi, masih memikirkan kata-kata Sasuke tadi, aku berpikir pasti akan sedikit melelahkan kalau sampai ada halangan untukku memiliki Hinata.
Tapi, tidak ada yang tahu kehidupan akan berjalan seperti apa 'kan?
Makanya, selagi aku bisa berusaha, akan kulakukan berbagai cara supaya usahaku ini berbuah.
Ceklek..
Hah? Ta.. Tadi itu bunyi apa? Menatap ke arah pintu atap, aku segera berlari menuju pintu. Yang benar saja! Yang benar saja! Ini masih jam istirahat siang lho! Mencoba membuka pintu atap, aku mengeluarkan seluruh tenagaku. Tapi,
Aku.. Terkunci di atap!
"Hei! Kamu yang menguncinya, apa kau mendengarku? Ada orang di atas sini lho!" mencoba berteriak, aku berusaha membuat orang yang menguncinya mendengar. Semoga saja ada yang mendengar, semoga saja. Soalnya kalau tidak ikut kelas berikutnya, bisa-bisa aku dicap tukang bolos oleh Hinata. 'Kan gawat kalau begitu.
"Hei! Kau dengar aku? Ada orang disini!" berusaha berteriak lebih keras, semoga saja yang kali ini terdengar.
Tapi, dikala sudah menunggu tiga detik, tetap tidak ada yang membukanya. Jadi.. "Baiklah! Terjun lewat pohon sebagai penyangga!" memang ide konyol, tapi, gerak reflek-ku bagus. Seharusnya sih aku dapat turun dengan selamat. Ya semoga saja.
Berjalan mendekati sisi pohon, sedikit mengangkat kakiku, aku meneguk ludah. Semoga berhasil turun, itu yang ada dipikiranku. Ya, tentu saja harus berhasil. Baiklah, akan kucoba.
Ceklek
"Ada orang disini ya? Ma.. Maaf, aku tidak memeriksanya du.. Ah! Apa yang kau lakukan?"
Bruk..
Merasakan tarikan pada baju belakangku, aku pun tertarik. Yah.. Hasilnya, aku dan orang yang menarikku jatuh bersamaan. Tapi, untung saja aku tak harus melakukan hal berbahaya seperti tadi.
"Naruto-kun! Apa yang kau lakukan tadi?"
"Eh?" mengangkat kepalaku, rasanya aku sedikit malu. "Aku mau turun dengan cara alternatif. Hehe." ternyata yang menarikku barusan Hinata ya. Jadi, yang mengunciku juga Hinata? Tapi syukurlah Hinata datang, soalnya aku merasa kegiatanku barusan belum tentu berhasil sih.
"La.. Lain kali jangan lakukan hal berbahaya seperti itu lagi." melihat Hinata yang sepertinya khawatir, rasanya perasaanku langsung tenang.
"Iya.. Maafkan aku." rasanya seperti Hinata menunjukkan kepeduliannya terhadapku. Kalau aku tak salah menduga, Hinata seperti takut jika terjadi apa-apa padaku. Hal ini cukup membuatku senang sih. Tapi Hinata tidak mengatakannya, jadi aku tak boleh memutuskan hal itu.
"Syukurlah kau tidak apa." iya, baguslah aku tidak apa-apa. Tapi kalau Hinata datang pada waktu yang tidak tepat, mungkin saja sekarang aku sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit.
"Hehe. Hinata duluan sih yang mengunciku." seruku. Ingin menjahilinya dan membuatnya merasa sedikit bersalah deh. Tapi jahat juga ya jika aku berbuat begitu hanya karena ingin melihat ekspresi bersalahnya.
"Maaf. Habisnya jam segini biasanya tidak ada yang datang kesini." hum.. Begitu ya. Benar juga ya, sebelumnya aku tak pernah beristirahat di atap. Hanya kebetulan saja hari ini aku melakukannya karena memang ingin.
Tapi.. "Ternyata kamu diberi kepercayaan seperti ini ya?" tanyaku padanya. Diberi kepercayaan untuk memegang kunci atap sekolah, rasanya menyenangkan 'kan? Kalau sedang usil, bisa saja digunakan untuk menyelinap malam-malam ke sekolah untuk melihat langit malam 'kan?
"Iya." Hinata mengangguk.
Kembali berpikir, "Benar juga ya. Hinata 'kan dipercaya oleh guru-guru." memang di sekolah Hinata anak yang berprestasi, dipercaya oleh guru. Oleh sebab itu, Hinata dicap sebagai anak yang baik dan semua guru juga menyukainya.
"Naruto-kun."
"Ya?"
"Ada baiknya kita ke kelas sekarang. Sebentar lagi bel akan berbunyi." benar juga ya. Karena asyik berbincang dengan Hinata, aku jadi lupa waktu. Aku pun menganggukkan kepalaku dan kami menuju kelas bersama.
::
::
"Jadi, apa kau sudah menjalankan langkah kedua selama istirahat tadi?" baru saja aku duduk di kursiku, tapi diriku sudah diberi pertanyaan oleh Sasuke. Tidak bisakah dia membiarkanku duduk sebentar baru menanyakan hal itu?
Menghadap Sasuke, aku menggelengkan kepalaku. "Tapi aku sudah sedikit berbincang dengannya sih." seruku kemudian. "Tapi kalau dipikirkan, mungkin dia sedikit memperhatikanku deh." tersenyum sumringah, disaat melihat wajah khawatir Hinata, rasanya aku jadi berpikir yang macam-macam.
Bukan macam-macam dalam maksud arti menjerumus, tapi dalam arti seperti, apakah Hinata sudah menyukaiku? Kalau iya, bisakah aku menyatakan perasaanku padanya sekarang? Tapi sepertinya saat ini belum waktunya untuk melakukan hal itu.
Oh ya, membicarakan soal perkataanku pada Sasuke sebelumnya, Sasuke hanya menatapku bingung. "Maksudmu?" ya itulah yang ditanyakan olehnya. Apa perkataanku sebegitu sulitnya untuk dimengerti ya? Ya.. Daripada berkepanjangan, lebih baik aku mengalihkannya saja.
"Ya begitulah." jawabku singkat dan seadanya. Kalau sudah seperti itu, pasti Sasuke tak akan bertanya macam-macam lagi dong?
"Hn.." dan benar 'kan apa yang kukatakan? Sasuke tidak bertanya apapun lagi padaku. Tentu saja itu membuatku dapat sedikit tenang, setidaknya, untuk tidur sebelum guru datang!
Kebiasaanku kalau sedang tidak ada kerjaan, pasti aku akan menenggelamkan kepalaku dan langsung tertidur. Tidak takut ketahuan, karena pasti saat guru hampir masuk kelas, langsung ada satu murid yang berteriak. Jadinya, aku akan tersadar dari tidurku.
"Hei! Guru datang!" dan benar apa yang kukatakan 'kan? Belum juga tidur, Kiba sudah meneriaki bahwa ada guru yang datang. Jadi, dengan perlahan kuangkat wajahku dan kutopang daguku. Yah.. Menunggu beberapa detik sampai guru tiba di kelas itu cukup membosankan.
Akhirnya guru pun telah tiba di kelas dan telah memulai pelajarannya. Waktu terus berjalan seiring dengan kegiatan yang kulakukan. Sampai akhirnya, saatnya untuk pulang sekolah.
"Kalau begitu kerjakan pekerjaan rumah yang baru saya berikan dan kumpulkan lusa." begitulah kalimat terakhir yang diucapkan oleh guruku. Aku kembali melihat lembaran pekerjaan rumah tersebut, kemudian.. Tersenyum kaku.
"Teme!" aku berbalik menghadap teme. "Bantu aku mengerjakannya!" seruku dengan cepat. Yang benar saja! Pekerjaan rumah kali ini tingkatnya luar biasa bagiku. Melihat semua soalnya, rasanya tidak ada yang dapat kukerjakan dan kalau dipikirkan lebih dalam, rasanya kepalaku ingin meledak!
Menatapku sebagai reaksi kata-kataku, "Kerjakan sendiri." itu yang dikatakan olehnya. Bagaikan tsunami yang menerjangku, aku langsung lemas. Tidakkah seorang teman sekiranya mau berbaik hati membantu temannya yang kesulitan membuat tugas rumah?
"Kejam sekali kamu.." aku pun menundukkan kepalaku, hatiku rasanya terpukul oleh benda keras sehingga membuatnya merasa sakit. Kalau begitu, bagaimana aku menyelesaikannya jika tidak ada yang mau membantuku mengerjakannya?
"Minta bantuan Hinata." aku langsung mengangkat kepalaku dan menatap teme. "Pada dasarnya, guru bilang dia baik. Jadi, seharusnya dia mau membantumu." mendengar kata-katanya, senyum lebar mengembang pada wajahku. Baru saja aku mendapat ide yang sangat luar biasa!
"Terima kasih teme." aku pun sembah sujud padanya karena merasa apa yang dia usulkan benar-benar hal yang sama sekali tidak terpikirkan olehku dan tentu hal itu benar-benar luar biasa.
Dan berakhirlah dengan guru yang mengakhiri pembelajarannya dan keluar dari kelas. Disusul dengan murid-murid yang sudah merapihkan barang-barangnya dan keluar dari kelas. Ada juga yang menunggu sementara sampai ada teman dari kelas lain yang menjemputnya.
Dikala sudah sedikit sepi dan teme yang juga sudah pulang duluan, kebetulan Hinata masih di dalam kelas. Aku pun berjalan mendekati Hinata dan menatapnya malu-malu. "Aa.. Hinata." panggilku pelan. Kenapa aku harus malu karena ingin meminta bantuannya mengerjakan pekerjaan rumah saja ya?
"Ada apa Naruto-kun?" tanyanya padaku. Dia menghentikan aktivitasnya sementara dan menatapku. Benar-benar gadis yang baik karena mendahulukan orang yang berbicara dengannya.
Melanjutkan kalimatku, "Sebenarnya.. Pekerjaan rumah yang diberikan tadi.. Aku.. Sama sekali tidak mengerti." sungguh malu untuk mengucapkan hal itu. Rasanya seperti membuka aib sendiri dan mengatakan akulah orang bodoh yang tidak mengerti apapun tentang pelajaran yang telah disampaikan.
Tapi.. "Kalau begitu, biar kuajarkan." melihat Hinata tersenyum, aku pun ikut tersenyum, malahan lebih lebar dari senyum Hinata yang hanya segaris.
"Benarkah?" tanyaku tak percaya. Padahal, padahal aku belum memintanya untuk menolongku 'kan? Tapi dia sendiri yang menawarkan dirinya untuk membantuku.
Perasaan itu, perasaan hangat itu kembali mengalir dalam dadaku. Rasanya.. Benar-benar menyenangkan. Benarkah aku boleh merasakan perasaan hangat ini? Dikala dia kembali mengambil buku tulis dan pensilnya, Hinata kembali menatapku.
"Waktu masih cukup untuk mengerjakan beberapa. Ayo segera kita hilangkan ketidakmengertian Naruto-kun." Hinata pun duduk dan kembali menatapku. Terdiam sementara, rasanya ingin menangis menerima kebaikan hati Hinata. Tapi tidak mungkin kulakukan itu 'kan?
Aku pun mengangguk. Dikala ruangan yang sudah mulai kosong dan hanya meninggalkan kami berdua dalam ruangan, cahaya jingga menyeruak masuk. Aku meletakan tasku dan kembali mengeluarkan barang-barangku.
Kebaikan hatinya.. Tentu yang membuatku merasakan perasaan ini 'kan?
::
::
"Hinata.." aku berhenti sementara merapihkan barang-barang. "Terima kasih banyak! Terima kasih!" aku mengucapkan banyak terima kasihku padanya. Tidak disangka-sangka, lima soal yang beranak tiga itu dapat kuselesaikan dalam satu hari.
"Tidak masalah Naruto-kun. Ini cepat selesai karena Naruto-kun yang cepat mengerti." kembali dia tersenyum. Rasanya.. Hari ini benar-benar hari yang menyenangkan. Bahkan saat aku berkali-kali tidak mengerti dengan apa yang diajarkannya, dia tetap serius mengajariku yang tidak pandai ini. Tidak mengeluh sekalipun, berkali-kali aku menatapnya yang sedang menjelaskan, senyum pun terukir dari wajahku. Walaupun dia berkata aku cepat mengerti, tapi bukan itulah kenyataannya.
"Rasanya hari ini aku merasa lega." ya, selain telah menyelesaikan tugasku, aku juga begitu amat sangat banyak merasakan kebaikan Hinata kepadaku. Dimulai dengan hari ini dia menolongku dari kejadian yang tidak terduga, dan juga menolongku mengerjakan apa yang tidak dapat kulakukan.
"Baguslah. Aku senang mendengarnya." aku tersenyum, Hinata pun juga tersenyum. Saling memberikan senyuman kami, tanpa disadari ternyata langit sudah gelap.
Aku menatap ke luar jendela, para bintang sudah bermunculan. Rasanya hari ini berlalu dengan sangat cepat. Jika seperti ini, aku pasti memiliki banyak waktu untuk mengantarkannya kembali sampai ke rumah.
"Karena hari sudah malam, ayo kita pulang sekarang Hinata." ajakku. Tidak baik 'kan jika seorang gadis pulang malam? Apalagi jika pulang malamnya dengan laki-laki, pasti akan dikira anak nakal. Tapi lebih tidak baik lagi kalau pulang malamnya sendirian, karena bisa mengundang aksi para hidung belang untuk berbuat yang macam-macam.
Menanggapi ajakanku sebelumnya, Hinata mengangguk. Aku telah selesai merapihkan barang-barangku, begitu pula sama hal-nya dengan Hinata. Kami pun bangkit dari kursi kami dan menatap jendela kelas sementara.
"Aku tidak pernah memerhatikan langit yang seperti ini." aku menatap Hinata, dia memulai pembicaraan antara kami duluan. "Langit hari ini, memunculkan bintang lebih banyak dari biasanya." aku pun lebih memperhatikan langit lagi. Benar juga. Banyak sekali bintang, tidak seperti hari-hari sebelumnya.
"Rasanya.. Seperti aku dapat mengatakan apa yang selama ini terpendam dalam hatiku." aku menatap Hinata. Dapat mengatakan apa yang selama ini tidak dapat dikatakan olehnya? Mak.. Maksudnya?
"Aku menyukai rasi bintang. Mencari teman yang sama-sama menyukai hal itu sulit." sedikit kecewa disaat mendengar kata-katanya. Jadi, itu kata-kata yang selama ini tidak dapat dikatakan?
Tapi, aku harus menanggapi kata-katanya. "Walaupun aku tidak memahami berbagai macam rasi bintang, tapi aku menyukai bentuk-bentuknya kok." aku kembali menatap bintang yang berada di atasku. Kelas yang yang bersinar, mungkin akan lebih indah jika cahaya dalam kelas ini dimatikan. Jika begitu, pasti cahaya bulan dan bintang akan menyeruak masuk dalam kelas ini. Tentu menambah kesan keromantisannya.
"Tapi kalau membicarakan apa yang selama ini tidak dapat kukatakan," aku menatap Hinata, begitu pun Hinata yang juga menatapku. "..aku juga memiliki kata-kata yang selama ini tidak dapat kukatakan padamu." malam ini, rasanya aku dapat mengatakannya. Perasaanku, yang didukung dengan kumpulan bintang yang menyinariku. Tidakkah akan terasa indah jika diberikan pernyataan cinta ditemani dengan apa yang sang gadis sukai?
"Kata-kata yang ingin Naruto-kun katakan padaku?" Hinata menatapku bingung. Harus kuselesaikan kebingungan Hinata sekarang.
Meneguk ludahku, menyiapkan keberanianku, tenang saja, aku tidak sendiri. Walaupun rasanya terlalu cepat untuk kuungkapkan sekarang padahal baru dapat langkah kedua, tapi inilah waktunya. "Aku.." kembali mengumpulkan keberanianku, "Aku memiliki perasaan khusus padamu." itulah yang kukatakan. Aduh.. Kenapa aku tidak langsung mengatakan bahwa aku menyukainya sih?
"Pe.. Perasaan khusus?" kulihat rona merah sedikit terpancar pada wajahnya. Sedikit merasa lega karena masih ada kemungkinan, aku pun akan lebih memperjelas perkataanku sebelumnya.
"Perasaan khusus terhadapmu. Aa.. Maksudku.." aku menggaruk pelan kepalaku yang tidak gatal dan menatap Hinata malu. "Aku menyukaimu." dan pada akhirnya, aku pun telah berhasil mengatakannya. Sisa menunggu hasilnya akan baik atau tidak. Akankah kami akan saling memiliki, atau aku harus melakukan langkah terakhir seperti yang teme katakan?
Kembali pada pernyataanku sebelumnya, kulihat Hinata terkejut. "Ja.. Jadi, bagaimana menurutmu?" aku pun bertanya pada Hinata. Tentu saja untuk mendapatkan jawaban dari Hinata 'kan?
"A.. Aku.. Aku senang atas pernyataanmu Naruto-kun." senang? Bukankah itu berarti.. Hinata menyukaiku?
"Kamu.. juga menyukaiku Hinata?" aku bertanya padanya. Hinata menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Jadi.. Perasaan kami sama dan dia sudah menjadi milikku dong?
"Asyik!" seruku kegirangan. "Berarti, sekarang kita sudah menjadi sepasang kekasih 'kan Hinata?" tanyaku berdebar. Kalau saling menyukai, otomatis menjadi sepasang kekasih 'kan? Lupakan soal langkah terakhir, karena pasti dia sudah menjadi milikku!
"Tapi.. Tidak bisa Naruto-kun."
Eh..? "EHH? Kenapa?" aku langsung terkejut dengan perkataan tidak bisa Hinata. Yang benar saja! Saling menyukai tapi tidak menjadi sepasang kekasih? Kenapa? Ada apa dengan kehidupanku ini?
"Ayahku melarangku untuk memiliki kekasih selama bersekolah. Jadi, tidak bisa. Maaf. Tapi, aku juga menyukai Naruto-kun kok." setelah berkata begitu, Hinata yang wajahnya masih memerah pun langsung berjalan keluar kelas meninggalkanku. Aku tahu Hinata tidak bermaksud buruk, soalnya dia terlihat senang dengan pernyataanku dan juga tersakiti karena harus menuruti perkataan ayahnya.
Tapi.. Tu.. Tunggu dulu! Tadi itu apa sih? Ja.. Jadi.. Aku benar-benar harus membuatnya menjadi milikku dengan susah payah? Pa.. Padahal, aku sudah menyelesaikan langkah kedua. Ta.. Tapi, sekarang aku harus memulai langkah terakhir.
Membuatnya menjadi milikku.
Baiklah, tidak apa! Ya, tidak apa! Aku akan berusaha sekali lagi. Langkah terakhir ini akan kuselesaikan!
Membuatnya nyaman, membuatnya menyukaiku, dan membuatnya menjadi milikku, akan kutaklukan semua langkah itu! Bersiap-siaplah Hinata!
Ditemani oleh cahaya bintang yang kau sukai, lihat saja. Aku akan benar-benar membuatmu menjadi milikku.
To Be Continue
(Step two, end)
Yeah~ Akhirnya selesai juga~ Chapter besok adalah chapter terakhir~ Ditunggu ya~ Updatenya seminggu setelah chapter ini publish~
Bagaimana? Apa ada yang tidak dimengerti? Kalau ada yang tidak dimengerti, silahkan lompat dulu ke fic awalnya~ Judulnya "One Step Make You Love Me". Silahkan dicari di list my stroies~
Tidak ada yang banyak kukatakan, baiklah~ terima kasih bagi kalian yang sudah membacanya~ sampai jumpa di chapter terakhir~
::
::
Haruta Hajime
Next Step Make You Love Me (step two)
Kamis, 10 Septermber 2015
