Hola minna-san *melambai gaje ke arah webcam*. Nama author Anggi ^^ dan kali ini setelah lama menjadi reader sejati, saya pengen nyoba jadi author nih :D well, saya masih baru belajar nulis fic jadi gomen kalo fic yang saya buat itu jelek banget. Oke sip, gak usah panjang-panjang kita langsung aja :D

.

.

Disclaimer: Walaupun Sasori tuh calon suami Anggi *ditimpuk massa*, tetep aja Sasori dan karakter di Naruto tuh punyanya om Masashi Kishimoto

.

.

Warning: Abal, Gaje, Alur Membingungkan, OOC, Eyd Kacau, Typo(S), Banyak Lah Kekurangannya

.

.

Summary: Dia adalah gadis aneh yang sangat menyukai gelembung yang bersembunyi di balik topeng dinginnya. "Percayalah aku tidak pernah menganggapmu aneh…"/ "Aku ingin menjadi gelembung karena…"/ "Bangun, jangan tinggalkan aku…" / "Aishiteru…"

.

.

Bubbles and Dandelion

By: AkasunaAnggi

Rate: T

Pairing: SasoSaku

Happy reading, Don't like don't read

.

.

Pagi itu di Konoha High School, terdengar berbagai hiruk pikuk yang disebabkan oleh siswi KHS yang menyambut idola mereka. Sedangkan sang idola yang berambut merah itu hanya memutar bola mata hazel-nya dengan bosan karena sudah terbiasa. Dia adalah Akasuna Sasori, seorang siswa KHS yang menjadi salah satu pria paling diincar di KHS-ralat- seluruh Konoha karena ketampanannya yang jauh diatas rata-rata. Tidak hanya ketampanannya, Sasori juga merupakan salah seorang siswa yang jenius yang selalu menduduki peringkat 3 besar di sekolahnya bersaing dengan Haruno Sakura dan Nara Shikamaru. Dan lagi, ia berasal dari keluarga terpandang pemilik Akasuna Corp. Yah, sempurna? Tidak juga. Satu-satunya kekurangan sasori adalah statusnya yang masih jomblo. Bukannya tidak laku, hanya saja ia ingin seorang kekasih yang mencintainya, bukan mencintai kelebihanya.

Karena terlalu sibuk melamun, secara tidak sengaja Sasori menabrak seorang siswi yang membawa setumpuk buku ditangannya. Akibatnya, buku-buku yang dibawa gadis tersebut terjatuh.

"Gomen..." Gadis tersebut meminta maaf tanpa memandang Sasori dan mengambil bukunya yang terjatuh.

"Tidak, aku lah yang minta maaf. Sini biar kubantu!" Walau bagaimanapun, Sasori merasa bersalah karena dia yang menabrak gadis tersebut. Di satu sisi ia tertarik dengan gadis yang belum pernah dilihatnya ini.

"Tidak per-" kata-kata gadis tersebut dipotong oleh seorang siswi berambut merah.

"Kenapa kau membantu Haruno gila itu Sasori-kun? Lebih baik kau membantuku belajar daripada membantunya" Gadis yang dikenali sebagai Uzumaki Karin itu menatap Sakura dengan tatapan merendahkan. Kemudian Sasori dan gadis tersebut selesai dengan pekerjaan mereka. Sasori pun memberikan buku yang ia ambil kepada gadis bermahkota pink yang tadi ditabraknya.

"Ini dia, err- Siapa namamu" Sasori sama sekali mengacuhkan Karin sehingga Karin pun mendengus sebal dan pergi meninggalkan mereka.

"Haruno Sakura" Sakura pun mengambil bukunya dari Sasori dan langsung meninggalkan Sasori dan Karin. Kemudian mata Sasori menangkap sebuah kertas di lantai. 'Sepertinya punya gadis itu' batinnya.

"Hei Haruno-san ada amplop yang ja-" Sasori pun berniat mengejar Sakura jika saja suara bel belum berbunyi. 'Mungkin nanti saja aku mengembalikannya'. Ia pun melangkah menuju kelasnya dan menyimpan amplop tadi ke dalam tas miliknya. Ia pun masuk ke kelasnya dan langsung berjalan menuju kursinya di barisan paling akhir. Sahabatnya, Deidara yang juga teman sebangkunya melambai kepadanya yang dibalas oleh senyuman khas Sasori yang mampu melelehkan kaum hawa.

"Ohayou Sasori, un" Deidara menyapa Sasori setelah sahabatnya duduk dengan Senyuman yang lebar.

"Hn, Ohayou Deidara" Balasnya dengan tersenyum (sangat) tipis.

"Sepertinya kau bahagia sekali pagi ini, ada apa un?" Deidara merasa bingung dengan Sasori yang sudah dua kali tersenyum pagi ini.

"Tidak ada. Deidara, apakah kau mengenal seorang gadis bernama Haruno Sakura?" Entah mengapa Sasori merasa penasaran dengan gadis berambut pink itu.

"Hah? Haruno Sakura? Tentu saja, siapa yang tidak mengenal Haruno gila itu. Dan lagi, ia kan sainganmu ketika pengumuman nilai, un". 'Tumben Sasori bertanya mengenai seorang gadis, un' Deidara merasa heran dengan sahabatnya yang tiba-tiba menanyakan seorang gadis.

"Iya, aku tahu dia itu sainganku. Tunggu dulu, Haruno gila? Apa maksudnya itu?"

"Itu julukannya karena anak-anak di sini menganggapnya gila karena dia selalu terlihat sendiri dan bermain gelembung. Mereka bilang semenjak kelas 3 dia jadi pendiam dan penyendiri, un. Dan kata beberapa murid, mereka pernah melihat dia meniup gelembung di belakang sekolah dan kemudian seperti berbicara dengan gelembung itu, un. Katanya dia menganggap gelembung itu temannya"

"Hn, menarik" Gumam Sasori

"Jangan bilang kau me-" Kata-kata Deidara terpotong oleh sapaan dari Orochimaru-sensei, guru biologi mereka. Ia pun mengurungkan niatnya untuk mengintrogasi sahabatnya lebih lanjut karena ia tahu sang guru sangat membenci siapapun yang berbicara di jam pelajarannya.

-Sasori PoV-

Entah mengapa aku merasa tertarik dengan gadis pink itu, Sakura. Mungkin karena aku tidak pernah melihatnya berteriak-teriak seperti para fans-ku. Atau mungkin karena penjelasan singkat Deidara mengenai dirinya yang membuatku penasaran?. Hah, aku penasaran sekali dengan gadis itu. Apakah mungkin aku menyukainya? Entahlah, apapun alasannya aku benar-benar ingin bertemu lagi dengannya. Sebaiknya istirahat nanti aku mencarinya dan sekarang aku harus fokus dengan penjelasan Orochi-sensei. Yah, walaupun aku siswa jenius aku tetap harus menghargai guru bukan?.

Kring...

Akhirnya bel istirahat berbunyi juga. Baiklah, sekarang aku akan mencari Sakura dan mengembalikan amplop tadi padanya. Aku pun mengambil amplop tadi dari dalam tas. Sebenarnya aku penasaran dengan isinya, namun aku tidak boleh melihatnya bukan?. Aku pun segera berjalan keluar kelas setelah mengatakan pada Deidara kalau aku tidak ikut ke kantin bersamanya. Yah, syukurlah dia tidak mempersulitku kali ini. Setelah keluar dari pintu, aku pun mencarinya ke kantin namun hasilnya nihil. Otakku pun mulai bekerja memikirkan kira-kira dimana ia berada. Ya, dia pasti di sana. Aku pun melangkahkan kakiku dengan cepat menuju ke halaman belakang sekolah. Entahlah, instingku mengatakan kalau dia pasti ada di sana.

Sesampainya di tempat yang aku tuju, aku pun mengedarkan pandanganku dan, yap aku melihat seorang gadis merah muda yang sedang duduk di bawah sebuah pohon. Gadis tersebut memejamkan matanya dan wajahnya yang pucat memperlihatkan ekspresi sendu dikelilingi dengan gelembung berbagai ukuran yang membiaskan cahaya matahari sehingga terlihat berwarna-warni. Harus kuakui, aku sangat terpesona dengan pemandangan di depanku. Indah dan cantik, itulah yang informasi yang dikirimkan otakku padaku. Kelihatannya Sakura tidak menyadari kehadiranku yang memandangnya dengan takjub dari tadi dengan jantung yang berdebar-debar tanpa alasan. Aku pun tersadar setelah beberapa lama terpesona dengan pemandangan di depanku. Aku pun mendekatinya dengan jantung yang semakin tak karuan. Perasaanku saat itu bercampur aduk. Antara bahagia, gugup, dan kagum.

"Err- Haruno-san, tadi ada amplop ang terjatuh ketika aku menabrakmu, sepertinya ini punyamu" Jantungku berdegup dengan benar-benar kencang ketika ia membuka matanya perlahan.

" Hn? Iya, benar ini punyaku. Arigatou Akasuna-san" Ia mengambil amplop tersebut dengan senyum bahagia dan tulus yang membuat pipiku agak memanas.

"Eh- iya, sama-sama Sa-Sakura-san. Bo-bolehkan aku memanggilmu begitu?" Sialan, aku benar-benar gugup saat ini. Oh ayolah, Sasori merasa gugup? Yang benar saja.

"Hn, tidak masalah sama sekali" Ia pun kembali meniupkan beberapa gelembung karena gelembung tadi telah pecah dan beberapa tertiup angin.

"Kalau begitu kau panggil aku Sasori. Boleh aku duduk disini?"

"Baiklah. Tentu" Entah mengapa aku merasa senang sekali ia mengijinkanku bergabung bersamanya. Aku pun duduk di sebelahnya. Ia tengah memandangi gelembung tadi dengan tatapan sendu.

"Hm, Sakura-san, bolehkah aku beratanya sesuatu?"

"Hn-" Kuartikan itu sebagai iya, aku pun bertanya padanya mengenai hal yang benar-benar mengganjal dari tadi.

"Er- benarkah kau menganggap gelembung itu seperti orang atau temanmu? Maaf sebelumnya" Aku bertanya dengan nada yang agak lembut agar tidak menyakiti perasaannya.

"Hn? Kau pasti menganggapku aneh, bukan?"

"Tidak sama sekali, Sakura. Percayalah, aku tidak pernah menganggapmu aneh. Bagiku kau adalah gadis yang unik dan lain daripada gadis lainnya." Ya, itu memang yang sebenarnya. Aku tidak menganggapnya aneh barang sedikitpun.

"Benarkah? Arigatou" Ia tersenyum dengan tulus, bukan sendu seperti tadi. "Aku tidak menganggap gelembung seperti itu, Sasori. Hanya saja, aku sering berharap pada Kami-sama agar beliau bisa mengubahku menjadi gelembung saja." Sambungnya dengan wajah ramah. Dan ini pertama kalinya dia menyebut nama kecilku. Ada sedikit rasa bahagia mendengarnya memanggilku dengan nama kecilku.

"Hah? Mengapa?" Jujur, aku agak bingung dengan jawabannya. Namun dia hanya tersenyum tipis.

"Karena gelembung bisa memberi setidaknya sedikit kebahagiaan bagi yang lain, walaupun dalam waktu yang singkat" Jelasnya lagi dengan singkat.

"Kalau memang begitu tidakkah dandelion lebih baik? Karena walaupun salah satu dari mereka pergi meninggalkan temannya yang lain, ia akan berusaha untuk tumbuh lagi di tempat barunya untuk mendapatkan dan memberikan kebahagiaan yang baru. Tidak seperti gelembung yang tidak berusaha untuk mempertahankan dirinya" Sakura pun hanya menatap kosong ke depan.

"Suatu saat kau akan mengerti, Sasori." Dan ia kembali tersenyum sendu. Entahlah, aku merasa hatiku sedikit tercubit melihat wajah sendunya.

"Dan err- Sakura, kalau boleh tahu, apa isi amplop itu?" Kemudian aku merutuki perkataanku barusan. Ayolah, aku baru mengenalnya, sudah berani menanyakan hal yang sepertinya adalah privasinya.

"Hn? Ini adalah barang yang berharga. Suatu hari kau akan mengetahuinya, Sasori" Aku pun mencerna perkataannya barusan. Dan kemudian aku merasa dia tidak ingin aku menanyakan lagi mengenai amplop itu. Kami pun hanya duduk dalam hening dan dikelilingi beberapa gelembung yang baru saja ditiup oleh sakura sampai bel berbunyi. Dia pun bangkit dan perlahan hendak berjalan meninggalkanku.

"Sakura, bolehkah aku menemuimu lagi di sini besok?" Kali ini ada rasa malu ketika aku bertanya padanya. Ia pun berbalik dan menatapku dengan raut agak terkejut dan kemudian mengangguk perlahan. Ia pun segera berbalik dan berjalan hingga aku tidak bisa menangkap lagi bayangannya. Bayangan akan bertemu lagi dengannya membuatku merasa sangat bahagia. Yah aku mengakuinya, Aku menyukai-ralat-mencintai Haruno Sakura

.

.

.

TBC

Nah, gimana fic anggi? Jelek yah?. Maklumlah anggi masih baru belajar nulis fic. Jadi kalo gak memuaskan yah mau gimana lagi, nilai mengarang cerpen aja anggi Cuma dapat 78 -_-

Ohya, ini mau dilanjutin gak? KEEP or DELETE? Silahkan ngasih pendapat di kotak ripyu

Kalo senpai punya kritikan, saran, atau apalah yang sejenis itu, boleh dikirimkan melalui kotak review. Flame juga boleh kok, anggi terima semuanya

So, Mind to Review?