Dirty Fantasy

Sebuah nama yang terlukiskan di bahu kiri Yifan bukanlah sembarang nama. Park Chanyeol. What a beautiful name. Nama kekasih Yifan itu bagaikan sebuah janji kepada dirinya sendiri untuk tetap menjaga eksistensi sang kekasih di dalam hatinya.

Tattoo itu baru terlukis di bahu Yifan selama dua minggu, padahal Yifan sendiri termasuk pria dewasa yang seharusnya sudah memikirkan bagaimana masa depan putra satu-satunya nanti, bukan memikirkan tattoo baru apa yang harus meramaikan lengannya nanti.

"Sebuah nama lainnya atau sebuah lambang tak berarti?" tanya Yifan sambil masih menatapi kulit lengannya yang masih bersih tanpa tattoo lewat cermin. "Aku inginnya gambar wajahmu, Yeol."

"Hm."

"Tapi sepertinya tidak akan bisa," Yifan tersenyum kecil, ia masih memunggungi Chanyeol yang kini sedang berbaring di atas ranjang (read: bermalas-malasan).

"Kenapa tidak? Wajahku memangnya seburuk itu?" nada bicara Chanyeol terdengar kesal, tampilan raut wajah menggemaskannya hampir saja membuat Yifan yang melihatnya tertawa. Dari pantulan cermin, Yifan dapat melihat Chanyeol siap melayangkan sebuah bantal ke arahnya.

"Jangan berburuk sangka, 'kay?" ia diam sejenak ketika mendengar dentuman dari arah kamar Sehun putra mereka. Mungkin Sehun kini sedang mimpi buruk lagi dan kepalanya tidak sengaja membentur headboard ranjang. Hal ini adalah hal yang biasa sehingga Yifan dan Chanyeol pun meneruskan perbincangan mereka. "Aku pikir telingamu yang besar itu tidak cukup untuk dilukiskan di lenganku." Tutur Yifan yang diakhiri dengan tawa gelitik, ia kemudian merasakan sebuah bantal terlempar ke punggungnya.

"Dasar menyebalkan!"

"Tapi kau masih menyukaiku." Kini Yifan membalikkan tubuhnya untuk menghadap Chanyeol sambil tersenyum penuh arti. Kancing piyama yang Yifan sengaja buka itu membuat Chanyeol harus berusaha untuk tidak menatap ke arah tampilan tubuh Yifan yang indah.

"God, damn it. Kau benar."

"Aku selalu benar."

"Tidak juga."

"Oh yeah? Bagian mana yang aku salah tentangmu?"

Chanyeol terus diam meski kini Yifan sudah ikut berbaring di sampingnya di atas ranjang. Yifan lalu menarik kekasihnya tersebut ke dalam pelukannya, mereka berdua mendesah berat di saat yang bersamaan.

"Kau salah bila kaupikir hari ini aku sedang ingin menyentuhmu." Kata Chanyeol yang kini sedang nyamannya menyandarkan kepala di atas dada Yifan. Posisi mesra ini adalah favoritnya.

"Maksudmu?" Yifan menghadapkan wajahnya pada Chanyeol sekilas. Bertanya seolah tidak mengerti apa yang dimaksud Chanyeol.

"Oh, ayolah ..., kautahu maksudku. Kau yang paling mesum di antara kita berdua."

Mendengar pernyataan itu, Yifan tertawa menggelitik. Kemudian ia kecup pucuk kepala Chanyeol sekilas seraya mengelusi helai rambut Chanyeol yang halus. "Okay, kuakui aku tidak selalu benar. Kali ini kau yang benar, kalau saja kautahu kalau fantasiku mengenaimu benar-benar kotor."

Chanyeol terkikik, ia menarik napas dalam untuk menghirup aroma tubuh Yifan yang membawa nuansa maskulin. "Gosh, aku tidak perlu mengetahui semua fantasimu mengenai aku."

"Well, fantasi itu sudah menjadi kenyataan anyway." Yifan mengecup pipi Chanyeol gemas.

Aksi Yifan tersebut membuat kedua pipi dan telinga Chanyeol memerah. Chanyeol pun memekik sebagai responnya. "Yifan!"

Dan Yifan hanya tersenyum, masih mengagumi semua hal menggemaskan yang ada di diri kekasihnya. Pada titik ini, Yifan merasa ia adalah seorang pria yang paling beruntung karena telah berhasil membuat Chanyeol jadi miliknya. Apalagi mengingat bahwa Chanyeol merupakan seorang mahasiswa yang cukup populer di universitasnya dahulu, dan semua orang menginginkannya.

Ada jeda yang cukup panjang di antara mereka. Jarum jam yang terus berjalan tiap detiknya hanyalah suara yang terdengar di sana. Namun Yifan segera memecah keheningah itu dengan, "Hey, Chanyeol,"

"Hm?" Suara Chanyeol terdengar agak parau. Mungkin karena ia mulai mengantuk.

"Aku ingin membuat fantasiku yang lain jadi kenyataan,"

"Huh?"

"You know ...," Yifan dan Chanyeol kemudian saling bertatapan. "Sepertinya sudah saatnya untuk Sehun memiliki adik."

Chanyeol masih saja mengernyitkan keningnya meski Yifan telah memberikan Chanyeol sebuah kode dengan memainkan kedua alisnya. Butuh beberapa detik untuk Yifan kemudian dihadapkan dengan tampilan punggung Chanyeol.

"Tidak malam ini. Aku lelah."

Yifan tahu dari nada bicara Chanyeol bahwa Chanyeol tidak benar-benar serius mengenai perkataannya. Chanyeol kini hanya sedang 'jual mahal'. Dan inilah salah satu hal lainnya yang paling Yifan sukai dari Chanyeol, yakni sifatnya yang manja-Chanyeol senang didominasi.

"Oh, really? Kau yakin tidak ingin ada seorang putra lagi?"

"Hmmmm." Chanyeol membenamkan wajahnya pada sebuah bantal untuk menyembunyikan senyumnya.

"Park Chanyeol! kaumulai seperti Sehun, nakal!"

"Hentikan, Yifan. Kau sudah cukup terdengar menggoda, okay?"

Sebuah senyum juga terukir di wajah Yifan. Sebuah senyum kemenangan. Yifan melebarkan senyumnya ketika melihat Chanyeol menunjukkan raut wajah malu-malunya. Sungguh menggemaskan! Hati Yifan rasanya lemah. Sambil masih memandangi lekuk tubuh Chanyeol, Yifan tanpa sadar bergumam,

"God, Chanyeol. Kau memang benar-benar ditakdirkan untuk mewujudkan fantasi kotorku,"


fin.