If it's Wrong

Cast: Baekhyun (yeoja), Kris (namja)

Disclaimer: Cerita asli punyaku!

Warn: ini GS, out of charachter, typo(s), ada NC

.

.

.

"Cium aku, Kris. Sentuh aku semaumu, buat rasa panas itu hilang. Ngh ini sungguh menyiksaku, Kris" Pintaku pada Kris.

Kami sedang berada di ruang tamu rumahku dengan posisi aku yang duduk di pangkuan Kris, saling berhadapan, tanganku mengalung di lehernya. Posisi yang terlalu intim jika dilihat dari status kami yang hanya bersahabat.

"Itu bukan cara yang bagus Baekhyun. Aku akan menelpon Luhan atau Chanyeol untuk meminta saran mereka. Jadi kau boleh turun dari pangkuanku sekarang" Ucap Kris.

"Mereka tidak akan mau menolong 'korban' mereka, Kris. Aku begini juga karena ulah mereka, Kau tau?! Lagi pula, bertanya kepada mereka itu sama saja jika kau mencari ikan di toko bunga. Jadi apa yang kau tunggu? Apa kau menungguku bermain sendiri hingga kau tergoda hah?" Kris tidak menyahuti perkataanku.

Apa ada yang bertanya kenapa aku seperti yeoja yang minta diperkosa begini? Aku malu tapi memang benar sih, tapi ini semua karena pasangan ChanLu, Chanyeol dan Luhan. Mereka pasti telah mencampur minumanku dengan obat. Aku cukup tau obat macam apa yang mereka campurkan jika melihat dari reaksiku tadi. Badanku terasa panas, bukan panas seperti dipanggang tapi panas yang uhh aneh dan tumbuhku jadi sangat sensitif, bahkan aku mendesah hanya karena Kris yang mengelus punggung tanganku. Itu berlebihan bukan? Apa kalian sudah tau obat macam apa yang dicampurkan couple evil itu? Sudah jelas bukan. Hmm dan aku bukan yeoja polos yang tidak tau bagaimana cara mengatasi ini. Jadi aku meminta Kris untuk menolongku. Kenapa Kris? Karena aku tidak punya namjachingu. hei jangan mengejekku. Kris juga satu-satunya diantara semua sahabatku yang bersikap dewasa. Oke, kembali ke cerita.

Karena tidak sabar menunggu Kris selesai berpikir aku langsung mencium bibirnya, melumatnya pelan, menuntun tangan kirinya agar memeluk pinggangku dan tangan yang satunya lagi kutuntun menuju payudaraku, meremas tangannya yang otomatis juga meremas payudaraku sendiri. Aku melenguh, dan akibatnya Kris tersadar. Bahkan dia tidak membalas ciumanku dan malah langsung melepasnya paksa.

Kami saling bertatapan, hehing sejenak hingga,

"Apa yang kau lakukan?" Tanya kris dingin. Aku menunduk, agak takut juga menatapnya.

"Kau tidak mengerti, Kris. Aku merasa sangat tersiksa tapi kau tak mau membantuku." Aku mulai merajuk.

"Itu namanya mencelakai bodoh! Aku menyayangimu jadi mana mungkin aku mau mencelakaimu." Ucapnya lembut sambil membelai pipiku, aku terpejam. Tindakannya itu malah membuatku makin menginginkan sentuhannya.

'ish kenapa cuma pipi sih yang dibelai, bagian tubuhku yang lain juga butuh belaianmu, Kris' Omelku dalam hati.

"Kau menyayangiku tapi kau malah membiarkanku tersiksa. Aku hanya ingin mengalihkan perhatianku dari rasa panas yang menyiksa ini." Aku memasang wajah memelas, berharap Kris luluh dan segera membebaskanku dari rasa panas ini.

Kris terdiam, aku kecewa, sedih tersiksa, marah, panas, semua bercampur.

"Aku marah padamu." Ucapku, aku berniat berendam berharap panasnya dapat melebur jika terkena air. Tapi saat aku berniat mengangkat tubuhku dari pangkuan Kris, tangan kirinya menahan pinggangku, sedangkan tangan kanannya mengelus lembut pahaku. fyi aku memakai baju kaos longgar dan hotpants.

"Kau tak mau kuobati, hm?" tanyanya, bersamaan dengan tangan kirinya yang meremas bongkahan pantatku.

"eunghh." Aku mengeluh sambil mengangguk. Tanganku kebali melingkar di lehernya. dia menarikku merapat ke tubuhnya, aku mendekat menciumnya lebih dulu dan disambut dengan ciuman lembut olehnya.

Tangan kanannya yang semula mengelus pahaku, kini naik menyusup ke balik bajuku, mengelus perutku, merayap naik dan menyingkap ke atas bra yang kukenakan setelahnya menggoda nippleku dengan ibu jari dan telunjuknya, mengelus, mencubit disusul remasan lembut lalu keras lembut lagi. Tangan kirinya yang semula menggoda bongkahan kembar di bawah kini beralih ke bongkahan lain yang berada di atas, ikut menyusup dibalik baju dan meremas benda kenyal itu lembut. Kedua tangannya meremas payudaraku, sesekali memberikan rangsangan pana benda kecil dipuncaknya, membuatku mendesah nikmat. Lidahnya langsung melengos masuk di dalam rongga mulutku. Kuhisap lembut lidahnya, kemudian melepaskannya kembali untuk bermain. Akupun mencoba memainkan lidahku di dalam mulutnya, menggelitiki langit-langit di rongga mulutnya, dan dia melenguh pelan, kegelian mungkin. Dia menghisap lidahku, hanya sesaat karena aku menariknya kembali masuk kesarangnya. Dia beralih ke bibirku.

Meanwhile, kedua tangan kris masih setia pada benda kembar kenyal di dadaku, tapi tak lama karena tangan kanannya kini mencari mainan baru, sehingga dada kiriku terasa kosong jadi aku menggunakan tanganku sendiri untuk mengisi kekosangan tersebut, meski rasanya beda saat tangan besar kris yang meremasnya. Tangan kanannya kini mengelus daerah pribadiku yang masih berlapis hotpants serta underwear tentunya. Mengelus daerah tersebut, memperkirakan sendiri letak benda mungil yang berada ditengah-tengah, dan tepat sasaran.

"ahhmmm..." desahan tanda nikmatpun mengalun.

Tanganku yang menganggur mencengkram rambut belakang kris untuk menyalurkan kenikmatan yang kurasa, akibatnya Kris mencium kasar bibirku, menghisap kasar bibir bahkan lidahku. Bukannya kesakitan aku malah makin menikmati, ditambah lagi kenikmatan yang kudapat dari benda kembarku dan elusan lembut yang dia berikan pada bagian bawahku membuatku tak tahan unuk mendesah tapi terhalang oleh ciuman kami.

Kris terus menciumku kasar, ditengah ciumannya dia menggigit bibir bawahku terlalu keras, mungkin karena terlalu semangat. Aku terlonjak karena terkejut, mengakibatkan terhentinya semua kegiatan tangan dan bibir kami.

Aku menyandarkan kepalaku di pundak Kris sedangkan dia bersandar pada sandaran sofa. Kami saling berpelukan, tak terlalu erat tapi terasa sangat nyaman. "Apa kau masih 'panas'?" tanyanya sambil mengelus rambutku. Aku mengangguk.

"Malah kau membuatku tambah 'panas'. Tapi itu jauh lebih baik daripada waktu kau membiarkanku kepanasan sendiri, dan aku menyukainya. Bagaimana denganmu, Kris?" Tanyaku tanpa mengangkat kepalaku.

Kris terdiam, aku tau dia pasti sedang berfikir. Aku menarik nafas dalam, lalu

"Aku mau lebih, Kris. Aku mau kau menyentuhku lebih, aku mau kau mencium seluruh tubuhku, aku mau lebih dari ini, krishh" Ungkapku sambil mendesahkan namanya.

Kris memegang bahuku, mendorongku pelan agar dia dapat menatapku. Aku melihatnya tersenyum manis, tunggu apa itu termasuk senyum manis? Kalau tidak salah dia sering memasang senyum itu saat berhasil membodohi Chanyeol.

"Kau yakin?" Ucapnya sambil mendekatkan kepalanya, mengecup ujung bibirku, kemudian menjilatinya. Aku menahan nafasku, ini terlalu uuuh. Jilatannya turun mengikuti garis rahangku, dan berakhir di daun telingaku. Mengulumnya, menjilat dan menggigit kecil. Aku mendesah, akhirnya. Aku memeluk lehernya lagi, menahan diri agar tidak mencekiknya karena menahan geli sekaligus nikmat.

"Akuuh yakiin krishh ahh, sangat." Jawabku sambil mendesah. Dia menghentikan kegiatannya, beralih menatapku dengan senyum 'manis'-nya.

"Bahkan jika kau harus kehilangan mahkotamu?" jeda, lalu mengecup leherku "karena aku tak yakin bisa menahan diri jika kau menggodaku lebih dari ini, sayang." Ucapnya tanpa menjauhkan bibirnya dari leherku, sungguh itu mebuatku merinding. Dia lanjut menjilati leherku, menghisapnya lembut.

Aku mengigit bibir bawahku karena perbuatan kris pada leherku itu sungguh memberikan sensasi aneh pada tubuhku, membuat rasa panas ditubuhku semakin menjadi-jadi. Aku mencoba mengenghentikannya dengan mendorong bahunya dan berhasil. Dia menatapku,

"Lakukanlah, Kris. Tapi bisakah di tempat yang nyaman, kakimu pasti sakit jika harus memangkuku terus"

"Hm, ayo ke kamarmu. Kamu mau jalan sendiri atau mau kugendong, sayang?" Tanyanya.

"Gendoong~ tubuhku lemas karena sentuhanmu." Jawabku sambil memeluk lehernya erat.

Dia langsung berdiri, otomatis aku melingkarkan kakiku ke pinggangnya supaya tidak tejatuh. Dia tidak langasung berjalan tapi malah melihatku.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Kau menggondongku seperti bayi, aku sudah besar. Kau tidak melepas pengait Braku malah langsung menyingkapnya ke atas, breastku tertekan dan itu sangat tidak nyaman kau tahu?!" Omelku.

Dia langsung menurunkanku dari gendongannya, aku berdiri didepannya. Dia langsung mengangkat ujung bajuku, aku mengerti jadi aku langsung mengangkat tanganku untuk memudahkannya. Setelah terlepas, dia melingkarkan tangannya kebelakan tubuhku melepas pengait braku dan melemparnya asal, dan benda itu sekarang sudah menggantung cantik di TV. Aku sekarang sudah topless, bagian bawah masih tertutup hotpants.

Dia menundukkan badannya hingga sejajar dengan dadaku, mengecup nippleku yang tegang karena efek sentuhannya beberapa saat lalu,

"Kau kesakitan? Maafkan aku ya" Ucapnya bodoh, kemudian kembali menciumi nipleku.

"Bodoh!" ejekku. Dia kembali menegakkan badanya.

"Kau tau, aku menyukai kedua benda ini." Ucapnya sambil meremas kasar kedua payudaraku. Aku berkacak pinggang, lalu menatapnya.

"Kau menyukainya? Punyaku kan tidak besar seperti Xiumin" Aku berkata jujur, punyaku memang kecil.

"Punyamu tidak kecil, punyanya saja yang kebesaran. Apalagi, punyamu ini sangat kenyal, nipplenya imut seperti wajahmu, membuatku ingin menjepitnya disela bibirku, lalu menghisapnya." Ucapnya memeluk pinggangku dan menatap wajahku sambil memasang tampang menggoda..

"Bagaimana kalau kau mencobanya sekarang? Aku sudah tidak tahan, Kris."

"Kau sungguh liar, Baekhyunie. Tapi idemu itu bagus sekali"

Kris langsung menggendongku, masih digendong seperti tadi. Kalau menggodanya sedikit tidak apa kan? Jadi aku sedikit menegakkan badanku agar Kris dapat melihatku, tangan kiriku meremas sendiri payudaraku.

"ahh, Kris. Ini sangat nikmat."

Kris yang semula memperhatikan jalannya kini berlalih menatapku.

"Kau menggodaku Baekhyunnie? Tunggu kita sampai dikamar dan aku akan membalasmu." Aku menghentikan kegiatanku dan kembali keposisi nyamanku tadi, yaitu memeluknya.

"Aku tunggu pembalasanmu, Kris." Ucapku, aku menjilat lehernya, berniat untuk menggodanya lagi tapi dia tak merespon.

.

Dia menurunkanku di samping kasurku, melepas hotpantsku dengan tergesa-gesa.

"Sabar Kris, aku tidak akan lari. Aku milikmu."

Kris lagi-lagi tidak meresponku. Dia beralih menelanjangkan dirinya setelah melepas perlindunganku yang terakhir.

Dia langsung menciumiku kasar, tangannya meremas payudaraku. Mendorongku agar berbaring di kasur masih dengan bibir yang saling bertautan.

Ciumannya kini beralih ke payudaraku, mengemut nippleku, diselingi hisapan keras, sedangkan tangannya tak berhenti meremas payudaraku yang menganggur. Tangannya yang lain kini merayap ke bawah, mengelus klitorisku bahkan menekan nekannya. Aku hanya bisa mendesah sebagai dukungan atas perbuatannya, tanganku menggapai gapai apasaja karena tak mendapat sesuatu untuk mengekspresikan kenikmatan yang kurasakan.

.

.

.

TBC